Fight the Strom (1)

2.2K 232 36
                                    

MY I

Fight the Strom (1)

SoonHoon 

Soonyoung - Jihoon (GS for UKE)

.

.

.

.



"Lee Jihoon! Ini sudah masuk bulan ke tiga dari janjimu membayar tunggakan uang sewa kamar"

Gadis mungil yang terpojokan hanya bisa menunduk dalam dengan kata maaf berulang.

Jihoon benar-benar diambang tanduk.

Jika sampai tanggal 30 nanti ia kembali menunggak bayaran, dapat dipastikan ia akan menggelandang.

Setelah induk semang pergi dari pintu depan kamar sempitnya, Jihoon ikut keluar akan berangkat kerja parttime di warung ayam siap saji.

Dikunci kamar tanpa harta itu sedikit kasar dan melangkah lebar-lebar.

Tekadnya kuat, hari ini juga ia harus mendapat pekerjaan baru atau besok ia mencari mati dengan datang kepada renternir yang Seungkwan tawarkan.

Jihoon benar-benar buntu ide untuk mendapat uang lebih demi membayar sewaan.

Berharap bodoh ia bisa mendapat dollar cuma-Cuma seperti acara kuis konyol di acara televisi yang biasa ia tonton.

Desah napas panjang ia buang kuat saat melewati areal taman kota. Masih ada satu jam sebelum jam kerja dan tidak ada salahnya ia duduk santai ditemani segelas the jahe dan ubi bakar seharga 2000 won persetengah kilo.

Diayunan tunggal, Jihoon duduk seorang diri memperhatikan sekitar.

Sekarang pukul 4 sore, dimana waktu yang strategis para keluarga kecil membawa anak bayi atau balitanya bermain di kotak pasir anak.

Senyum Jihoon mengembang, senang rasanya melihat para ibu muda bermain-main dengan bayi mungil mereka.

Senyum berganti desah yang kali ini dua kali lebih panjang. Mengingat bahwa umurnya mungkin sepantaran dengan para ibu muda di depan sana namun nasib mereka berbanding terbalik.

Tahun ini Jihoon masuk usia 26 tahun. Tidak muda dan belum terlalu tua, tapi cukup dewasa untuk memfikirkan mau dibawa kemana masa depannya nanti.

Jujur, di umur 24 dulu, Jihoon sempat ingin menikah saja. Tapi hanya tawa miris yang ia dapat, bukannya mendapat kekasih yang ada ia patah hati saat tahu senior di sekolahnya dulu telah menikah.

Dua tahun berselang dan sampai saat ini masih betah melajang, bukan sepenuhnya salah takdir. Jihoon sendiri terlalu cuek untuk berinteraksi dengan para lelaki.

.

.

"KAU GILA?! CARI LAGI SAMPAI DAPAT!!"

Teriakan heboh memecah lamunan panjangnya, reflek Jihoon menatap jam tangan yang sialnya kurang dari 15 menit dari jam masuk kerja dan ia masih di taman.

"AKU TIDAK MAU TAHU! CARI LAGI! CEPAT!"

Lagi, teriakan pria di depan dalam jarak 10 meter meneriaki lawan bicara pada sambungan telepon. Pria emosional tadi menghentakan kaki bahkan menendang asal kerikil didekat sepatu hitam mengkilatnya.

My ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang