Dhara sudah berdiri di depan gerbang sekolah, ia sedang menunggu kedatangan Cakra. Banyak murid yang berlalu lalang keluar dari gerbang dengan sepeda motor mereka dan ada juga yang berjalan kaki serta menunggu jemputan masing-masing, termasuk Liam dengan motor sport berwarna hitam di sana. Dhara mengeratkan genggaman pada tali ranselnya saat Liam menghentikan motor di dekatnya.
"Ada apa Liam?" tanya Dhara melihat Liam yang membuka kaca helm full face yang dipakainya.
"Jangan pergi dulu sebelum Azel datang Ra, itu pesan Azel. Sekarang dia lagi ganti baju," jawab Liam menyampaikan pesan Azel di kelas tadi.
Dhara terdiam sejenak, sebelum memutuskan untuk mengangguk pelan mengiyakan pesan Liam. "Iya. Hati-hati di jalan Liam," balasnya tersenyum tipis kepada Liam.
Liam tersenyum simpul di balik helm yang dipakainya, itu pengusiran halus dari Dhara. "Iya. Duluan ya Ra," pamitnya kemudian melajukan motornya meninggalkan area sekolah.
Dhara menatap kepergian Liam, sebenarnya ia sedikit heran kenapa Liam tidak ikut main basket untuk pertandingan basket antar sekolah yang akan diselenggarakan beberapa minggu lagi. Pasalnya, Liam adalah orang yang paling menggilai basket melebihi Azel dan Alvan. Bisa dibilang Liam yang paling aktif di lapangan dan sering mencetak poin saat pertandingan. Namun, kenapa dia tiba-tiba berhenti dari tim basket?
"Loh, Liam pulang? Bukannya hari ini anak basket latihan ya?"
"Isunya Liam nggak ikut basket lagi."
"Tiga cogan nggak lengkap lagi kalau gitu. Nggak asik!"
"Nggapapalah, yang penting masih ada Alvan."
Dhara memilih menyingkir dari sekumpulan siswi yang bergosip tentang Liam, Alvan dan Azel. Jika ia tetap di dekat sana, bisa-bisa dirinya dibawa-bawa atau ditanya banyak pertanyaan soal Azel.
"Dhara..."
Dhara terkesiap saat seseorang menepuk bahunya dari arah samping. Ia hafal dengan suara yang memanggilnya barusan, yaitu Azel sang kakak angkatnya.
Azel mengabaikan keterkejutan Dhara, ia mengedarkan pandangan ke sekitar Dhara. "Mana teman kamu?" tanyanya masih terus memikirkan teman cowok Dhara dan tidak sabar melihatnya.
Dhara mendengus melihat penampilan Azel yang sudah memakai seragam basket dengan atasan tanpa lengan. Jangan lupakan bisikan dari siswi yang tadi bergosip pasti menatap berbinar penampilan Azel sekarang. "Belum datang," jawabnya sembari menyingkirkan tangan Azel yang masih setia menempel di bahunya.
Azel beralih bersedekap menatap penuh selidik Dhara, lalu bertanya. "Berapa lama lagi datangnya? Niat jemput kamu nggak sih?"
"Sebentar lagi mungkin. Kenapa ke sini?" balas Dhara menatap tenang Azel.
"Mau lihat yang mana orangnya lah," jawab Azel lalu sedikit mencondongkan tubuh ke arah Dhara. "Beneran cowok? Pacar kamu bukan?" lanjutnya berbisik kepada Dhara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Teen FictionON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...