✨Happy Reading✨
Dhara menepuk pelan bahu Alvan yang berada tepat di depannya. "Berhenti sebentar Al," pintanya kepada Alvan.
Alvan menepikan motornya dan menoleh ke belakang ke arah Dhara. "Kenapa?" tanyanya sembari menaikkan kaca helmnya.
"Kamu tahu pemakaman umum cempaka indah?" tanya Dhara sambil menggigit pipi bagian dalamnya, sedikit cemas menanyakan hal itu kepada Alvan.
Alvan terdiam sejenak. Tangannya terulur mematikan mesin motornya. "Tahu, kenapa?"
Dhara menatap Alvan dengan mata yang berbinar. Berarti ia bisa mengandalkan Alvan agar bisa ke tempat pemakaman itu. Ia bisa saja pergi sendiri ke pemakaman itu, tetapi jika dipikir kembali ia tetap harus membawa teman. Itu merupakan tempat asing untuknya dan tidak akan ada yang tahu jika bahaya bisa saja terjadi di sana.
"Bundaku di makamkan di sana, Ra," lanjut Alvan memberi tahu satu fakta kepada Dhara tentang almarhumah Bundanya.
Tatapan Dhara meredup. "Bunda kamu Al?" ulang Dhara memastikan. Ia masih belum tahu perihal orang tua Alvan, karena memang dirinya dan Alvan dulu tidak pernah berhubungan. Bahkan hanya untuk sekedar saling sapa saat Alvan main ke rumah Azel.
Alvan tersenyum samar. "Iya. Pasti kamu belum tahu kan. Sebegitu asingnya ya kita dulu, Ra."
"Maaf, aku baru tahu Al," ucap Dhara menundukkan pandangannya. Ia merasa iba dengan Alvan yang ternyata sudah tidak memiliki ibu.
Kenapa ia baru tahu sekarang tentang fakta bundanya Alvan? Apa sebegitu tertutupnya ia dengan lingkungan sekitarnya?
Alvan beralih menatap ke depan. "Kita cari tempat dulu ya nanti dilanjut lagi," katanya kembali menyalakan mesin motornya dan melaju pergi dari sana.
Beberapa menit kemudian, Alvan menghentikan motornya di sebuah kedai es krim. Mereka berdua turun dari atas motor kemudian masuk ke dalam kedai es krim itu.
"Mau rasa apa Ra?" tanya Alvan menoleh ke arah Dhara yang berdiri di sampingnya.
Dhara menatap etalase kaca yang terdapat loyang berisi berbagai macam rasa es krim. "Stroberi aja Al."
"Rasa apa lagi?"
Dhara terdiam sejenak. "Choco banana."
"Cone atau cup?"
"Cup aja."
Alvan mengangguk pelan. Ia beralih berbicara kepada pelayan untuk memesan es krim yang diinginkan oleh Dhara dan juga satu es krim untuknya dengan rasa yang berbeda. Setelah menyelesaikan pembayaran dan menerima es krimnya, mereka berdua mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang masih kosong.
"Sini," ajak Alvan menarik lengan Dhara agar mengikutinya ke arah tempat duduk kosong yang ada di dekat dinding.
"Jadi, kenapa kamu tanya tentang pemakaman itu?" tanyanya sembari mulai melahap es krim miliknya dengan tatapan fokus ke arah Dhara.
Dhara menahan senyum melihat Alvan yang tengah memakan es krim. Ia rasa dalam hitungan sekejap es krim itu akan habis dilahap Alvan. Alvan saja hanya memesan satu rasa yaitu cokelat biasa, berbeda dengan dirinya yang memesan dua rasa dalam satu cup.
"Kenapa?" tanya Alvan menaikkan sebelah alisnya.
Dhara terkesiap dan langsung mengalihkan pandangannya dari Alvan. Ia langsung menyuapkan es krimnya ke dalam mulutnya untuk mengalihkan rasa canggungnya.
"Eum, so-soal pemakaman itu, ada yang mau aku cari tahu di sana."
"Cari tahu apa?"
Dhara terdiam dengan menggigit pipi bagian dalamnya. "Cari tahu sesuatu Al," jawabnya yang masih belum memberikan jawaban pasti kepada Alvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Ficção AdolescenteON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...