CHAPTER 57 | TRUTH BELIEF

147 7 5
                                    

Happy reading semuanyaaa
Jangan lupa vote sama comment nya yaaa

***

“Ngelamun mulu! Sarapannya buruan dihabisin Dhara!” seru Azel menatap jengah Dhara yang hanya diam menatap kosong sepiring nasi goreng di depannya.

“Iya Mbak Dhara sarapannya dihabisin. Apa mau tambah telur ceplok?” tawar Bi Inah yang tengah membereskan piring bekas sarapan Azel.

Brakk!

“Adhara, kamu dengerin Kakak ngomong enggak sih!” geram Azel sampai menggebrak meja makan.

Bi Inah yang berdiri di dekat Azel sampai terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan piring yang dibawanya. “Astaghfirullah Mas Azel, untung piringnya enggak jadi jatuh.”

Dhara terkesiap dan refleks menjatuhkan sendok yang dipegangnya. Ia mendongak menatap Azel yang sudah berdiri dengan berkacak pinggang di seberang meja hadapannya. “Apa? Kenapa Kak?” tanyanya dengan raut wajah kebingungan.

“Kamu itu yang kenapa, Kakak udah bilang buruan dihabisin sarapannya. Malah ngelamun mulu dari tadi! Kamu tuh kenapa? Ada masalah tuh cerita bukannya diam kaya patung!”

Dhara kicep mendengar perkataan Azel, ternyata dirinya melamun lagi. Ia berdehem pelan dan menunduk berniat mengambil sendoknya yang jatuh di lantai, sekaligus menghindari tatapan tajam kakaknya itu.

Dukk...

“Aduh!” ringis Dhara saat keningnya tanpa sengaja membentur pinggiran meja.

“Aduh Mbak, biar Bibi aja yang ambil. Mbak Dhara pakai sendok baru aja,” ujar Bi Inah.

Azel menghela napas pelan mencoba menetralkan emosinya. Ia kembali duduk di kursi dan bersedekap dada menatap tajam Dhara yang tengah mengusap kening di sana. “Kamu ada masalah apa sih Dhara? Apa yang kamu pikirin sampai ceroboh kaya gitu hah?!”

“Engga Kak, maaf,” jawab Dhara. Ia menoleh ke arah Bi Inah yang mengulurkan satu sendok baru kepadanya. “Makasih ya, Bi.”

“Iya Mbak Dhara, silahkan dimakan lagi sarapannya.”

“Kakak tinggal kalau kamu lama sarapannya. Buruan dihabisin, Dhara!”

Dhara membelalak terkejut, “Kak tungguin aku ya?” pintanya menatap memohon ke arah Azel. Jika ia memesan taksi bisa saja dirinya telat masuk sekolah.

“Hem, iya buruan makannya!” seru Azel sembari membuka ponsel miliknya.

“Tumben si Alvan enggak ke sini jemput kamu, Ra?” lanjutnya yang sontak membuat Dhara tersedak makanannya. “Pelan-pelan makannya, Kakak tungguin ini lho.”

Dhara menghela napas pelan setelah meneguk minumannya, mendadak selera makannya hilang. Tangannya tergerak menyingkirkan piring yang masih tersisa sedikit nasi gorengnya, lalu berdiri dari kursinya. “Sudah kenyang. Ayo Kak berangkat sekarang aja!”

Azel mengalihkan perhatian dari ponselnya. Ia menaikkan sebelah alisnya menatap heran ke arah Dhara. “Kenapa enggak dihabisin itu makanannya? Tinggal sedikit lagi lho.”

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang