CHAPTER 23 | TRUTH BELIEF

210 23 0
                                    

Happy Reading!

Dhara menatap dengan sendu keadaan di hadapannya, hujan turun cukup deras di pagi hari ini. Ia lantas terkesiap saat melihat Azel menyenggol bahunya pelan, membuat ia menoleh ke arah lelaki itu. Mereka berdua tengah berdiri di teras rumah dan hendak berangkat ke sekolah.

Azel melebarkan payung yang baru saja diambilnya. "Ra, sini bareng Kakak," ajak Azel dengan menarik Dhara agar mendekat ke arahnya.

"Payungnya cuma satu, Kak? Aku ambil__"

"Udah pakai berdua aja, payung yang lain pada rusak. Rangka besinya pada keluar dari tempatnya. Lagian ini juga lebar kok payungnya."

Dhara mengatupkan bibirnya yang berkedut geli sedikit lucu mendengar penjelasan Azel perihal payung rusak. "Ini kita beneran naik taksi, Kak?" tanya Dhara melirik ke arah taksi yang sudah menunggu di depan pagar rumah.
Masalahnya ini kali pertamanya Azel naik taksi bersama dirinya.

Azel menoleh ke arah Dhara. "Memangnya lo mau nebeng di mobil Alvan?" balas Azel. Jika saja ia punya mobil, ia tidak perlu repot seperti ini saat hujan. Itu karena Harun tidak akan membelikannya mobil sebelum ia lulus sekolah.

Melihat Dhara yang diam, ia bisa menyimpulkan jika Dhara pastilah enggan. "Ayo Ra, buruan. Kasihan tuh sopirnya kalau kita kelamaan," lanjutnya langsung merangkul bahu Dhara agar melangkah bersamanya.

Dhara melangkah beriringan dengan Azel, berteduh di bawah payung yang dipegang oleh Azel. Sudut bibirnya sedikit terangkat, ternyata membuka diri kepada orang terdekat tidaklah buruk. Ia menemukan satu kesenangannya sekarang, yaitu hidup bersama dengan keluarga angkatnya dan saling berbagi cerita bersama.

"Maaf ya Pak kelamaan," ucap Azel setelah dirinya dan Dhara duduk di dalam mobil.

"Iya Mas. Nggak papa," jawab sopir taksi tersebut.

"Jalan sekarang, Pak."

Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang menemani, tidak ada satu pun yang memulai percakapan. Azel sibuk dengan ponsel di tangannya, sedangkan Dhara sibuk mengamati rintik hujan melalui kaca jendela yang ada di sampingnya dan tentunya sang sopir yang fokus dengan jalanan yang dilaluinya.

Setelah sampai di sekolah, Azel dan Dhara keluar dari taksi tersebut dan tidak lupa untuk membayar ongkosnya, lalu melangkah beriringan seperti sebelumnya. Sudah banyak pasang mata yang menyorot heran keduanya, bukan rahasia lagi jika Azel akan bersikap acuh tak acuh kepada Dhara walau Dhara adalah adik angkat lelaki itu.

Dhara menjauhkan tubuhnya dari Azel setelah sampai di hall depan. Ia menatap Azel yang tengah melipat payung yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Sialan!"

"Yoneta!"

"Neta!"

Azel dan Dhara mendongak saat mendengar umpatan dan makian yang ditujukan kepada Yoneta. Di gerbang sekolah sudah terlihat Yoneta yang baru saja melajukan motor memasuki area sekolah, membuat cipratan air hujan mengenai beberapa murid yang tengah berjalan dengan membawa payung.

Azel tertawa pelan melihat kelakuan Yoneta yang terus saja melaju menuju tempat parkir setelah berteriak meminta maaf. "Teman lo tuh Ra," ucap Azel menunjuk arah kepergian Yoneta.

Sudut bibir Dhara berkedut geli. "Kak, aku ke kelas duluan ya," pamit Dhara lalu melenggang pergi dari sana. Untuk payung sudah disediakan tempat sendiri dan Azel pastilah tahu.

Dhara melangkah menyusui koridor sekolah, akan tetapi saat di persimpangan koridor langkahnya terhenti. Ia menoleh melihat siapa yang mencekal tangannya, ternyata Liam yang berdiri sambil menyengir kepada dirinya.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang