CHAPTER 31 | TRUTH BELIEF

195 20 0
                                    

Dhara berdiri di dekat meja makan, menata hidangan yang akan menjadi menu makan malam penghuni rumah malam ini. Keadaan rumah kali ini menjadi sedikit sepi karena Maya dan Harun sedang pergi ke luar kota mengurus pekerjaan.

"Bibi beli buah stroberi ya?" tanya Dhara saat tanpa sengaja melihat stroberi di piring yang terisi buah-buahan itu.

Bi Inah yang baru selesai memindahkan sop ke mangkuk besar menoleh sekilas ke arah Dhara. "Iya Mbak, tadi pagi waktu ke pasar. Tidak sengaja lihat kios buah-buahan terus stroberinya terlihat segar-segar jadi Bibi beli dua wadah," ujarnya sambil tersenyum.

Dhara mengambil dua buah stroberi dan menggigitnya satu, untuk mencicipi stroberi itu. Lidahnya langsung disambut oleh rasa asam manis dari stroberi yang dimakannya.

"Mbak Dhara, makan malamnya sudah siap," ujar Bi Inah yang sudah berpindah di dekat meja makan sembari menyajikan sopnya.

Dhara menelan stroberi kunyahannya dan menoleh ke arah Bi Inah. "Aku panggil Kak Azel dulu ya Bi. Bibi panggil Pak Beni sana."

Bi Inah tersenyum ramah. "Nanti saja Mbak. Bibi sama Bapak makannya belakangan aja."

Dhara mengangguk pelan. "Yaudah, aku panggil Kak Azel dulu ya Bi," pamitnya lalu melenggang pergi dari sana sembari melahap satu buah stroberi yang masih tersisa di tangannya.

Dhara melangkah menuju kamar Azel setelah memastikan Azel tidak ada di lantai bawah. Dahinya mengernyit saat mendapati pintu kamar Azel sedikit terbuka. Setahunya Azel selalu menutup pintu kamar karena menganggap kamar sebagai wilayah privasinya.

"Sial! Gue kok bisa kalah sih!"

Mendengar suara Azel dari dalam kamar, membuat Dhara semakin mendekat ke arah kamar Azel.

"Kak Azel," panggilnya yang berdiri di ambang pintu kamar Azel. Ia sedikit mendorong pintu kamar Azel menampilkan sosok Azel dan satu orang lagi yang ternyata juga ada di dalam kamar Azel.

"Ra," sapa Alvan melepas headphone yang terpasang di kepalanya menjadi berpindah mengalung di lehernya.

Azel yang sedang dalam suasana hati yang buruk setelah kalah bermain game bersama Alvan hanya menatap sekilas Dhara. "Kenapa ke sini?"

Dhara menggaruk hidungnya karena sedikit canggung mendapati sosok Alvan. Ia tidak menduga jika Alvan ada di kamar Azel. "Em, makan malamnya sudah siap Kak," ucapnya memberi tahu tujuannya datang menemui Azel.

Azel melepas headphone yang ada di kepalanya dan meletakkannya di atas karpet yang didudukinya. Ia beranjak berdiri dari posisinya. "Makan dulu yok Van," ucapnya berniat mengajak Alvan untuk ikut makan malam.

Alvan juga meletakkan headphone di atas karpet lalu beranjak berdiri dari posisinya. Ia kembali menatap Dhara yang memakai pakaian tidur motif teddy bear dengan lengan panjang yang terlihat menggemaskan di matanya. Saat ini belum waktunya tidur, namun kenapa Dhara sudah memakai pakaian tidur? Tanpa sadar sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman.

Dhara yang merasa ditatap oleh Alvan merasa sangat canggung. Ia menunduk menatap sandal berbulu berbentuk karakter kelinci yang dipakainya. Ia tidak membeli sandal itu, tetapi Azel yang membelikannya sore tadi saat melewati ruko penjual sandal.

"Sendal pilihan Kakak emang bagus. Nggak usah dilihatin terus," ujar Azel yang sudah berdiri di hadapan Dhara bersama dengan Alvan.

Dhara memundurkan tubuhnya dan mendongak menatap ke depan. "Iya Kak bagus," jawabnya mengiyakan saja perkataan Azel.

"Ayo ke bawah, makan malam dulu," ajak Azel melewati Dhara begitu saja. "Jangan lupa pintu kamar di tutup!"

Alvan yang keluar terakhir menutup pintu kamar Azel. "Ayo Ra," ajaknya kepada Dhara yang masih saja berdiri di tempatnya.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang