Happy Reading...
Part ini lebih panjang dari biasanya. Jadi pelan-pelan aja bacanya.
_______________________________“Mentang-mentang udah pacaran, sekarang berduaan terus!” Suara Azel terdengar sewot dengan lirikan kesal yang tertuju ke arah Alvan dan Dhara.
“Nanti sebelum malam, Dhara harus udah sampai rumah pokoknya!”
Alvan hanya melirik sekilas ke arah Azel yang sedari tadi sedikit sewot. Bahkan di kelas tadi, Azel terus saja menyindirnya tentang Dhara. Perkara ia telat mengantar pulang Dhara ke rumahnya.
“Dhara, ingat ya nanti jam lima harus udah sampai rumah! Cuaca hari ini juga nggak mendukung, takutnya nanti turun hujan!” tegas Azel beralih menatap Dhara sepenuhnya.
Dhara mengangguk lemah. “Iya Kak," kata Dhara dengan tatapan yang mendongak ke arah langit, ada gumpalan awan mendung di atas sana.
“Kalau Alvan macam-macam sama kamu, langsung lapor ke Kakak!”
“Iya Kak.”
“Astaga dari tadi kok ribut mulu! Lo juga Zel, udah kaya bokapnya Dhara aja deh,” sela Liam yang sudah mulai jengah mendengar Azel.
Azel berdecap kesal. “Gue hanya waspada! Alvan diam-diam kaya gitu kadang suka menghanyutkan Lam.”
“Gue enggak akan aneh-aneh karena gue sayang sama Dhara. Gue pasti jaga Dhara semampu gue,” sahut Alvan membantah rasa curiga Azel kepadanya.
Dhara yang mendengar Alvan berkata seperti itu langsung salah tingkah. Ia menunduk dengan tangan yang mencoba mengaitkan pengait helm yang baru saja dipakainya. Alvan memang jarang bicara panjang, tapi kenapa saat ia sekali bicara panjang selalu berbobot dan membuatnya terbawa perasaan?
“Gue pegang kata-kata lo!” balas Azel dengan menatap Alvan serius.
Liam membuang muka saat melihat Dhara yang salah tingkah karena Alvan. Ia lalu berdehem pelan. “Gue pamit pulang dulu,” katanya sambil menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada motornya. Ia lantas memakai helm dan bersiap di atas motornya.
“Lo buru-buru banget Lam? Nongkrong dulu lah!” ujar Azel.
Liam memundurkan motornya dari tempat parkir. “Lain kali aja, gue ada urusan,” balasnya sambil menyalakan mesin motornya dan melaju pergi meninggalkan sekolah.“Gue lihat-lihat si Liam makin kurusan. Sebenarnya tuh anak ada masalah apa sih?”
Dhara mengalihkan pandangan ke arah Azel. Ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh kakaknya tentang kondisi fisik Liam. Liam memang terlihat sedikit lebih kurus dari sebelumnya.
“Padahal dulu kalau ada apa-apa langsung cerita. Sekarang kaya lebih tertutup gitu ya nggak, Van?”
“Mungkin dia belum siap cerita aja,” balas Alvan beralih naik ke atas motornya.
“Ayo Ra buruan naik!” lanjutnya meminta Dhara segera naik ke boncengan motornya.
“Jaga adik gue! Awas aja sampai Dhara lecet, gue hantam juga lo!” peringat Azel sambil menatap Alvan dengan tajam.
“Kak Azel, jangan gitu,” mata Dhara mendelik tajam ke arah Azel. Bisa-bisanya bawa hantam menghantam. Tidak ingat apa jika bibir Azel hampir saja robek karena hantaman Alvan.“Aku sama Alvan pergi dulu ya Kak. Kak Azel pulangnya hati-hati,” lanjutnya beralih naik ke atas motor Alvan.
Azel mendengus pelan. “Iya, hati-hati juga kamu,” katanya dengan menatap kepergian Alvan dan Dhara. Ia juga langsung bergegas melajukan motornya pergi dari sekolah. Namun, baru beberapa meter meninggalkan sekolah ia sudah dicegat oleh gadis yang coba ia hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Teen FictionON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...