CHAPTER 3 | TRUTH BELIEF

727 52 0
                                    

"Harusnya lo masih ikut tim basket, Liam," ujar Neta dengan tangan menusuk batagor dengan garpu lalu melahap potongan batagor itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harusnya lo masih ikut tim basket, Liam," ujar Neta dengan tangan menusuk batagor dengan garpu lalu melahap potongan batagor itu.

Liam mengaduk jus apelnya dengan sedotan, "Enggak melulu gue, adik kelas yang minat basket banyak Net," jawabnya lalu meminum jusnya.

Neta menusuk batagornya dengan kasar membuat dentingan garpu dan piring batagor itu terdengar jelas, ia menelan batagornya lalu mendongak menatap Liam yang duduk di hadapannya. "Ya kalau lo ikut, anggap aja ini pertandingan terakhir sebelum fokus ujian kelas dua belas nanti."

Dhara menggelengkan kepalanya pelan mendengar perdebatan Liam dan Neta masalah tim basket. Padahal Neta adalah ketua tim basket putri sedangkan ketua tim basket putra saat ini juga satu meja dengan mereka, yaitu Alvan yang duduk tenang di ujung meja dekatnya dan Azel, menikmati batagor karena Liam memesan lima porsi batagor dan lima gelas jus apel sebagai traktiran.

"Kenapa di geser?" tanya Dhara mendapati Alvan menggeser jus apel ke tengah antara dirinya dan Azel yang duduk di hadapannya.

Alvan menoleh ke arah Dhara, "Enggak suka," jawabnya.

"Sini, biar gue yang minum!" seru Neta menyahut begitu saja, padahal masih sibuk berdebat dengan Liam. Ia berdiri dan mengambil jus bagian Alvan lalu duduk kembali ke posisi semula. "Ikutlah, Azel sama Alvan juga masih ikutan," lanjutnya kepada Liam.

Liam mendengus kesal. "Enggak! Gue udah vakum dari basket!" tegas Liam menyorot tajam Neta, membuat Neta seketika diam tidak melanjutkan perdebatan mereka kembali.

"Ra," panggil Azel menyela sejenak setelah meminum jusnya. "Tolong beli air mineral," lanjutnya.

Dhara mengurungkan niat untuk melahap batagornya, ia beralih mendongak menatap Azel di depannya itu. Bibirnya terkatup rapat dengan tatapan menyorot tenang Azel yang tengah mengambil uang di saku. Ia meletakkan sendoknya lalu mengulurkan tangan menerima uang pemberian Azel, tetapi sebuah tangan lain lebih dulu mengambil uang itu.

"Lanjut makan aja Ra," ujar Alvan dengan seulas senyum kelewat sangat tipis tertuju kepada Dhara, lalu beranjak berdiri untuk membeli air mineral.

Dhara menarik kembali tangannya dengan netra mengikuti punggung tegap Alvan yang menjauh dari meja mereka, melihat Alvan berhenti di salah satu penjual minuman ia memutuskan pandangannya, lalu kembali memakan batagor miliknya.

"Nanti mau pulang lebih dulu atau tunggu kakak?" tanya Azel karena nanti ada latihan basket untuk persiapan lomba bulan depan. Kelas dua belas yang masih ikut tim basket adalah dirinya dan Alvan, sedangkan Liam memilih tidak ikut.

"Dhara biar pulang bareng gue aja," sahut Liam menoleh ke arah Azel kemudian Dhara. "Gimana, Ra?" tanyanya kepada Dhara.

Dhara meminum jusnya sejenak. "Aku naik taksi atau ojek aja, nanti mau mampir dulu," Jawab Dhara menolak halus Liam.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang