CHAPTER 16 | TRUTH BELIEF

298 31 5
                                    

Dhara duduk terdiam menatap monoton ke arah lapangan basket yang menjadi tempat latihan tim basket sekolahnya. Tangannya memegangi sebungkus keripik singkong yang menjadi camilan untuk menemani dirinya.

Hari Minggu ini, seharusnya ia menghabiskan waktu di rumah dengan membaca buku atau menonton film guna mencari kesenangan untuk dirinya sendiri seperti kata dokter Arisha. Namun, tiba-tiba saja Azel mengajaknya keluar rumah untuk menemani latihan basket dan berakhirlah dirinya di sini, duduk di tepi lapangan basket.

"Suka cokelat enggak, Ra?"

Dhara menoleh ke samping. Ia tidak sendirian, karena ada Liam yang duduk di sebelahnya. Keripik singkong yang menjadi camilannya juga dari Liam.

Liam tiba-tiba saja datang dengan membawa sekantong plastik berisi beberapa makanan ringan dan minuman.

"Gue tadi kayanya ambil cokelat sama susu kotak," ujar Liam merogoh kantong plastik yang menampung makanan dan minuman itu.

Sudut bibir Dhara berkedut geli. "Kamu kenapa beli sebanyak itu, Liam?" tanyanya melirik Liam yang masih sibuk merogoh kantong plastik.

"Biar lo kenyang dan nggak bosan, Ra," jawab Liam dengan mengambil sekotak susu rasa cokelat dan sebatang cokelat, lalu menyerahkannya kepada Dhara.

"Nih, ambil. Lo makan keripik lama banget deh, buat gue ajalah kalau gitu," lanjutnya mengambil alih sebungkus keripik dari tangan Dhara.

"Itu tinggal dikit, tahu. Astaga Liam!" seru Dhara menatap tidak percaya ke arah Liam yang dengan santainya melahap sisa keripiknya. Dhara hanya menggelengkan kepala pelan dan beralih menunduk menatap sebatang cokelat dan sekotak susu kemasan di tangannya.

Liam tertawa pelan setelah keripik di dalam mulutnya tertelan. "Eh Ra, besok pas hari-H pertandingan basket, gue jemput ya?" ucapnya lalu kembali melahap keripik singkong di tangannya.

Dhara terdiam sejenak. "Nggak usah, Liam. Aku bareng Kak Azel aja, nanti kita ketemu di sana aja gimana?"

Liam menggeleng pelan. "Bareng gue aja. Azel kan main, Ra. Nanti lo ditinggal sendirian lho."

"Bang Liam!!!"

Liam dan Dhara menoleh ke sumber suara yang meneriaki nama Liam. Liam membelalakkan mata melihat sebuah bola basket mengarah ke arahnya dan juga ke arah Dhara. Dengan cekatan ia langsung menangkis bola itu dengan lengannya.

"Sialan Lo, Lang!" umpat Liam menyorot tajam Langit yang memanggilnya dan kini menatap bersalah ke arahnya sembari menyatukan kedua tangan sebagai isyarat permintaan maaf.

Dhara yang tadi sedikit memejamkan matanya karena takut terkena bola itu beralih membuka mata dan mendesah lega karena bola itu sudah dicegah lebih dulu oleh Liam.

"Maaf, Bang. Gue bakal lebih hati-hati lagi mainnya," ujar Langit mendekat ke arah Liam dan mengambil bola yang menggelinding di tepi lapangan. Ia berdiri menatap Liam dan Dhara bergantian. "Maaf ya, Kak," lanjutnya meminta maaf kepada Dhara.

Dhara mengangguk pelan. "Iya, nggak papa," balasnya kepada Langit.

Alvan dan Azel setelah melihat kejadian bola melayang ke arah Liam dan Dhara saling pandang sejenak. Azel mengkode kepada Alvan agar istirahat sejenak yang segera diangguki oleh Alvan. Mereka memang membutuhkan istirahat, terlihat dari konsentrasi Langit yang tadi sempat terpecah.

"Istirahat sebentar!" seru Alvan mengkoordinasikan kepada teman lainnya agar istirahat dulu.

"Oke, Bang!" jawab mereka kompak. Mereka adalah adik kelas yang seangkatan dengan Langit.

Alvan dan Azel mendekat ke arah Liam dan Dhara, sedangkan yang lain memilih sedikit menyingkir dari mereka berempat. Azel mengambil duduk di dekat Dhara, melihat Dhara memegang susu kotak dan cokelat membuat rasa penasarannya membuncah.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang