CHAPTER 44 | TRUTH BELIEF

162 11 1
                                    

❣️Happy Reading❣️

Dhara duduk sendirian di dalam kelas yang sudah sepi. Bukan tanpa alasan ia masih berada di dalam kelas di saat sudah waktunya pulang sekolah. Ia sedang menunggu Alvan yang katanya akan ke kelasnya menemui dirinya.

Jemari Dhara tergerak menggeser tampilan layar ponselnya, membaca ulang pesan antara dirinya dan Liam. Liam memintanya agar jangan memberi tahu masalahnya yang sempat mimisan tadi kepada orang lain. Dari sana ia dapat menyimpulkan jika Azel atau Alvan tidak tahu menahu tentang itu. Padahal mereka berdua teman dekatnya.

Mendengar suara langkah mendekat, Dhara menutup ruang pesan di ponselnya dan mendongakkan pandangannya yang langsung bersinggungan dengan tatapan Alvan.

Alvan meletakkan tas di atas meja dan mengambil duduk di dekat Dhara. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu diberikan kepada Dhara. “Sebagai permintaan maaf karena sempat bentak kamu tadi. Diminum, Ra.”

Dhara menerima susu cokelat yang disodorkan oleh Alvan. “Iya, makasih Al,” balasnya lalu menusukkan sedotan ke kemasan susu kotak dan meneguknya perlahan.

Alvan menyandarkan tubuh di sandaran kursi. Kepalanya menoleh ke samping, menatap ke arah Dhara yang tengah meminum susu pemberiannya. “Tadi kenapa sampai salah masuk toilet?” tanyanya setelah Dhara berhenti minum.

Dhara meletakkan susu kotaknya ke atas meja. Ia tahu pertanyaan Alvan timbul karena alasan dari Liam. “Eum kebelet Al.”

Alvan menghela napas pelan. “Jangan diulangi lagi.”

Dhara sedikit menyerongkan duduknya ke arah Alvan, “Tadi kelasmu olahraga apa?”

“Atletik lari,”

Dhara mengangguk pelan. Itu sangat menguras energi, mungkin saja Liam kelelahan tadi sampai mimisan. Ia mengambil lagi susu kotaknya dan meminumnya sedikit dengan pandangan yang tertunduk. Ia cukup gugup karena terus ditatap oleh Alvan.

“Kamu masih sibuk basket?” tanya Dhara disela minumnya.

“Enggak,” jawab Alvan sembari mengulurkan tangan meraih satu tangan Dhara dan menautkan jemari mereka di atas pahanya.

“Kapten udah diganti Galen.”

“Galen?” beo Dhara.

“Temannya Langit,” kata Alvan. Ia tersenyum samar melihat Dhara mengangguk-anggukkan kepalanya seolah paham sembari meminum susu. “Emangnya tahu orangnya yang mana?”

Dhara hampir tersedak. Ia tidak tahu yang mana Galen yang dimaksud oleh Alvan. “Ya enggak tahu.”

Alvan semakin menatap lekat Dhara. Ada kilatan geli di matanya. “Hem, ya sudah,” katanya mengakhiri pembahasan. Lebih baik Dhara tidak kenal Galen. Ia tidak suka jika kenalan lelaki Dhara jadi bertambah.

Dhara menatap tangannya yang digenggam oleh Alvan. Perutnya terasa sedikit menggelitik karena getaran hangat yang menyalur dari tangan milik Alvan.

“Kamu sakit?” tanya Alvan merasa telapak tangan Dhara berkeringat dingin.

Dhara meminum susu kotaknya hingga tandas lalu kembali meletakkannya di atas meja. Ia juga menarik tangannya menjauh dari genggaman Alvan. “Aku enggak sakit kok Al. Cu-cuma gugup aja dikit,” katanya mencoba jujur kepada Alvan.

Alvan mengulum senyum dan mengulurkan tangannya mengacak gemas puncak kepala Dhara. “Mau jalan-jalan biar enggak gugup?”

“Jalan-jalan ke mana?”

“Kamu maunya ke mana hem?” tawar Alvan sembari menyelipkan helai rambut Dhara ke belakang telinga.

“Ya-ya ke mana?”

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang