Selamat membaca!!
Pelan-pelan ya, part ini lebih panjang dari biasanya☔
Dhara menatap liontin kecil miliknya. Liontin yang berbentuk huruf A doubel 2 (AA) berwarna perak. Liontin ini juga menjadi satu-satunya benda peninggalan kedua orang tua kandungnya. Dulu sewaktu di panti asuhan, Cakra yang suka memakaikan liontin ini saat dirinya enggan memakainya. Ia tidak mau memakai liontin itu karena anak panti lain selalu menatap iri kepadanya, tetapi Cakra terus saja membuatnya memakai liontin itu.
(Anggap aja bentuk liontinnya kurang lebih seperti ini)
Suara ketukan pintu menyadarkan lamunannya, disusul suara Azel yang berkata akan masuk ke dalam kamarnya.
"Ra, kamu kenapa?" tanya Azel khawatir. Ia berjalan mendekat ke arah Dhara yang tengah mengusap air matanya.
"Gapapa kok Kak. Kakak kenapa ke sini? Ada apa?" balas Dhara sembari membuang tisu bekasnya yang habis ia gunakan untuk mengusap air matanya di tong sampah plastik di dekat meja.
Azel berdecap pelan. "Kamu tuh ya kebiasaan kalau ada apa-apa dipendam sendiri! Nggak mau cerita juga!"
Dhara hanya mengulum senyum tipisnya. Setelah Azel tahu dirinya sudah baikkan dengan Alvan, Azel kembali bersikap seperti biasanya. Lebih hangat. "Kakak kenapa ke sini?" ulangnya memutar posisi duduknya menatap Azel yang baru saja merebahkan tubuhnya di kasurnya. Memang benar kemarin ia menghubungi Alvan untuk bertemu dan meluruskan masalah yang menyebabkan hubungannya dengan Alvan renggang. Namun ia juga tidak menjelaskan apa yang sedang di alami Liam walaupun itu ada kaitannya dengan kerenggangan hubungannya dengan Alvan.
Azel menatap langit kamar Dhara. "Kenapa semua jadi begini sih, Ra? Dua sahabat kakak jadi rebutin kamu."
"Maaf ya Kak. Jujur aja Kak, aku juga enggak tahu Kak," jawab Dhara dengan menundukkan pandangannya menatap kosong ke arah lantai.
Azel menghela napas pelan, lalu beranjak bangun menjadi duduk di tepi ranjang Dhara. "Kakak mau tanya serius, sebenarnya kamu sukanya sama siapa sih? Alvan atau Liam, Dhara?" tanyanya yang tentunya tidak langsung mendapat jawaban dari Dhara.
"Dasar cewek! Susah banget cuma kasih jawaban gitu aja! Ya sudah sana kamu sekarang rapihin penampilan kamu itu, kita turun ke bawah ada tamu."
Dhara mendongak menatap Azel. "Siapa yang bertamu malam-malam begini, Kak?" tanya Dhara penasaran.
"Tuh keluarga Liam. Sudah sana buruan ke bawah. Ditunggu Papa sama Mama juga kamu!"
Dhara terkejut mendengar jawaban Azel. "Kok Liam ke sini Kak? Ada apa?"
Azel berdiri dan mengedikkan bahu acuhnya. "Ya mana Kakak tahu Ra, makanya ayo ke sana!"
"Iya, bareng ya Kak turunnya," pinta Dhara bergegas menyisir sedikit rambutnya dan memastikan matanya tidak terlihat habis menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Teen FictionON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...