CHAPTER 40 | TRUTH BELIEF

192 19 2
                                    

Happy Reading

Dhara berulang kali memastikan penampilan dirinya di depan cermin. Malam ini serasa tidak bagus untuk jantungnya. Sedari tadi jantungnya semakin berdegup kencang seolah tidak sabar menanti sesuatu. Tangannya terulur mengambil tas selempang yang ada di atas meja riasnya. Tidak lupa dua paperbag miliknya dan Alvan yang menjadi kado untuk ulang tahun Neta yang ke-18 tahun malam ini.

"Dhara," panggil Azel dari luar kamar sembari mengetuk pintu kamar Dhara.

"Iya," balas Dhara bergegas keluar dari dalam kamar.

Azel tersenyum kecil melihat penampilan Dhara yang terkesan anggun dengan mengenakan dress lengan pendek berwarna abu muda serta flast shoes dengan warna yang sama.

"Kakak berangkat dulu. Kamu berangkatnya bareng Alvan kan?"

Dhara mengangguk pelan. "Iya Kak."

"Oke. Kakak pergi dulu," pamit Azel lalu bergegas pergi meninggalkan Dhara dengan bersiul riang sembari mengecek isi paperbag yang dibawanya.

Dhara menatap datar kepergian Azel. Kenapa pakai acara bersiul segala? Ia merasa Azel memberi celah lebar kepada Alvan agar lebih dekat dengannya.

Dhara menyandarkan punggung di kusen pintu. Ia menjadi berpikir apakah Alvan benar-benar akan menjemputnya atau tidak. Ia sama sekali tidak menghubungi Alvan begitu pun sebaliknya. Tangannya terulur mengetuk pelan keningnya. Merutuki kebodohannya yang hanya mengandalkan perkataan Alvan sore tadi.

"Kamu kenapa Dhara?" tanya Maya menatap heran putrinya yang menepuk dahi berulang kali.

Dhara terkesiap. Ia menegakkan tubuhnya dan berdehem pelan. "Nggapapa Ma. Mama kenapa ke sini?"

Maya mendekat ke arah Dhara dan mengusap lembut puncak kepala Dhara. Tidak menyangka jika putrinya sudah tumbuh dewasa. "Mama cuma mau kasih tahu kalau di depan ada Alvan. Jadi ini toh alasannya kenapa kamu enggak berangkat bareng Kak Azel hem?" godanya sembari menarik tangannya menjauh.

Dhara mengalihkan pandangan dengan menunduk melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah sepuluh menit berlalu sejak kepergian Azel dari hadapannya. Ia beralih menutup pintu kamarnya yang sedari tadi masih sedikit terbuka. Ia kembali mendongak menatap Maya, sedikit malu dan gugup.

"Kenapa kadonya ada dua?" tanya Maya menatap dua paperbag yang dibawa Dhara.

Dhara menunduk menatap barang bawaannya. "Satunya punya Alvan, Ma."

Maya tersenyum penuh arti. "Oh begitu. Ya sudah sana berangkat, nanti Alvan kelamaan nunggu di depan. Alvan juga sudah izin sama Mama."

Dhara tersenyum kikuk. Ia mengulurkan tangan untuk menyalami Maya. "Aku pergi dulu ya Ma."

"Iya, tetap hati-hati. Jangan pulang kemalaman," kata Maya menasihati. Ia tidak mau putrinya jatuh sakit, mengingat beberapa hari yang lalu sempat mengalami pingsan sewaktu ikut upacara di sekolah.

"Iya Ma."

Dhara bergegas menuruni tangga, keluar dari rumah. Baru juga keluar dari pintu depan ia sudah dikejutkan oleh Alvan yang berdiri bersandar di dekat pintu.

"Ra," panggil Alvan menegakkan tubuhnya. Ia menatap lembut Dhara yang terlihat menawan malam ini.

Dhara tersenyum kaku. "Berangkat sekarang Al?" tanyanya basa basi. Sungguh ia sangat gugup berhadapan dengan Alvan yang terus menatap lekat dirinya.

Alvan terkekeh pelan melihat tingkah Dhara. "Iya, ayo!" ajaknya melangkah menuju mobilnya yang terparkir di depan pagar rumah.

Dhara mengikuti langkah Alvan. Ia kira Alvan memakai motor, namun ternyata ia bawa mobil. Sesampainya di dekat mobil Alvan, ia terkesiap karena Alvan membukakan pintu untuknya.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang