✨Happy Reading gais✨
_____________________"Kamu mau Mama comblangin sama Mas Cakra atau Langit?"
Yoneta yang mendengar pertanyaan dari Mamanya hampir menyemburkan air minumnya yang tengah diteguknya. "Mama! Jangan aneh-aneh deh!" balasnya menyorot kesal Mamanya yang semakin bertingkah malam ini. Setelah tahu jika adiknya Cakra juga di sini, Mamanya semakin gencar merecokinya.
"Oh, atau mau sama Liam atau Azel aja?" tambah Denita yang semakin semangat memilih calon suami untuk putrinya. "Mama itu heran, kamu itu dekat sama banyak cowok tapi kok tidak ada yang kecantol sama kamu."
Uhuk...uhuk
Yoneta tersedak air sirop yang baru saja diminumnya. "Tuh kan Mama semakin aneh deh! Aku udah nurut lho mau diadain pesta begini. Jangan aneh-aneh lagi Ma!" keluhnya sembari mengambil tisu dan mengelap bibirnya. Jika bukan karena desakan Mamanya, ia juga malas mengadakan pesta ulang tahun seperti sekarang. "Mama sama Papa aja sana, aku mau nyapa teman," lanjutnya memilih pergi menghindar dari Mamanya.
Denita memukul pelan meja di hadapannya saking gemas dengan putrinya yang pasti menghindari dirinya.
Sedangkan Neta hanya bergidik ngeri mengingat perkataan Mamanya yang semakin menjadi-jadi. Tanpa sengaja netranya menatap Langit yang tengah makan kue dengan sekali lahap, sangat tidak etis untuk dilihat. Ia semakin bergidik ngeri juga dan memukul pelan kepalanya dengan bibir yang menggerutu pelan.
"Wah si Dhara lagi sama Mas Cakra__ eh kok gue nyebut Mas sih? Hih!" seru Neta menepuk bibirnya berulang kali dan memilih memutar arah tidak jadi mendekat ke arah Dhara. Kenapa ia jadi ikut-ikutan Mamanya memanggil Cakra dengan sebutan Mas? Menggelikan sekali!
Dhara tersenyum geli mendengar cerita dari Cakra. Cakra bercerita tentang dirinya yang berakhir di pesta ulang tahun Neta. Ternyata Cakra mendapat undangan langsung dari Papanya Neta atas perintah dari Mamanya Neta. Berhubung Papanya Neta rekan bisnis dari atasannya Cakra, membuat Cakra sungkan jika menolak undangan dari Papanya Neta. Hingga Cakra memutuskan untuk menghadiri pesta ulang tahun Neta malam ini.
"Aduh leherku kaku," keluh Cakra sedikit menggerakkan lehernya.
Dhara menyorot khawatir Cakra. "Kakak beneran udah sehat kan?"
Cakra kembali menatap Dhara dan tersenyum tipis. "Kalau belum sehat aku nggak bakalan ada di sini Dhara," jawabnya lalu meneguk minumannya.
Dhara menghela napas pelan. Cakra memang memberi tahunya jika baru keluar dari rumah sakit tadi sore. Membuatnya sedikit cemas jika Cakra sebenarnya belum pulih tetapi memaksakan diri untuk menghadiri pesta ulang tahun Neta karena orang tuanya Neta.
"Kak, sebenarnya ada yang mau aku bicarain sama Kakak. Tapi mungkin lain waktu aja deh," kata Dhara sedikit mendongak menatap Cakra.
Cakra mengangguk paham. Ia tahu Dhara menghubunginya saat dirinya di rumah sakit waktu itu karena ingin membicarakan sesuatu. Tidak mungkin jika Dhara menghubunginya hanya karena ingin menyapa dirinya.
"Kamu mau bicara kapan dan di mana?" tanya Cakra sembari meletakkan gelas bekas yang sudah kosong ke atas meja yang berada di samping tempatnya berdiri bersama Dhara.
Dhara terdiam sejenak. "Besok sore? Kalau tempatnya terserah Kak Cakra aja."
"Bisa. Setelah kamu pulang sekolah kan?" tanya Cakra memastikan dan langsung dibalas anggukan oleh Dhara. "Kalau gitu besok aku jemput kamu aja sepulang sekolah."
Dhara mengangguk pelan. "Boleh Kak, Makasih ya Kak."
"Iya," balas Cakra sambil mengulurkan tangannya mengacak kecil puncak kepala Dhara. Ia beralih merangkul Dhara dan sedikit membungkuk menyejajarkan tingginya dengan Dhara. "Kamu kenal sama cowok yang ada di sebelah kanan kakakmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Teen FictionON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...