CHAPTER 7 | TRUTH BELIEF

422 33 0
                                    

Dhara mengemasi peralatan sekolahnya setelah bel pulang sekolah berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dhara mengemasi peralatan sekolahnya setelah bel pulang sekolah berbunyi. Melihat layar ponsel di laci meja menyala dan menampilkan sebuah notifikasi pesan masuk ia langsung mengambil ponsel itu. Ia membaca sekilas pelan yang ternyata berasal dari Azel dari panel notifikasinya.

Dhara menoleh ke arah Neta yang juga sibuk mengemasi buku di sampingnya. “Net, ada latihan basket habis ini?” tanyanya.

Neta yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Dhara. “Enggak, memang kenapa Dhar?” balasnya sembari menutup resleting tasnya.

“Oh, nggak kok cuma nanya aja,” jawab Dhara tersenyum sekilas ke arah Neta.

Neta menyampirkan tas di bahu kanannya dan lalu berdiri. “Gue duluan ya Dhar,” pamit Neta. Setelah mendapat anggukan dari Dhara ia langsung melenggang keluar dari kelas.

Dhara menghela napas pelan dengan tatapan menyorot kosong ponselnya. Jika tidak ada latihan basket kenapa Azel menyuruhnya pulang sendiri? Ia membuka aplikasi pesan itu lalu mengetikkan balasan untuk Azel.

Kak Azel

Pulang sendiri, kakak ada urusan

Urusan apa?

Dhara tidak keluar dari ruang percakapan itu, karena Azel langsung online dan tengah mengetik balasan di sana.

Kepo

Dhara mendengus membaca balasan singkat Azel terlebih Azel langsung offline kembali setelah membalas pesannya. Ia beralih membalas pesan Maya, Mama angkatnya yang menanyakan kabar tentang dirinya dan juga memberi kabar jika dua hari lagi kemungkinan akan pulang ke rumah.

“Dhara!”

Dhara mendongak saat namanya terpanggil, di ambang pintu kelas berdiri Liam yang menatap ke arahnya. Ia mengedarkan pandangan saat merasa diperhatikan dan ternyata siswi yang masih tinggal di kelas menatap tidak suka ke arahnya. Ia memilih mengabaikan mereka. Ia beralih menyimpan ponsel dan menggendong tasnya lalu beranjak menghampiri Liam di sana.

“Ada apa, Liam?” tanya Dhara berhenti di hadapan Liam.

Liam menarik Dhara menjauh dari kelas Dhara. Ia melepas genggaman tangannya pada tangan Dhara lalu menyengir saat Dhara menatap datar dirinya. “Aduh gimana ya Ra,” ucapnya sedikit bergumam sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dhara mengernyitkan dahinya. “Kenapa?” tanyanya menatap Liam yang kelihatan sedikit panik.

“Azel,” ucap Liam lirih, melirik sekitar ada beberapa siswi yang sengaja menatap mereka ia memilih menarik tangan Dhara kembali. “Ikut gue, Ra,” ajaknya.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang