CHAPTER 55 | TRUTH BELIEF

285 19 10
                                    

Happy Reading...
Kalau ada typo tandai ya..

“Liam ayo siap-siap turun, ups...” Evita langsung refleks menutup bibirnya saat netranya melihat Dhara yang masih terlelap tidur di sebelah Liam.

“Banguninnya pelan-pelan aja ya,” lanjutnya sambil menunjuk ke arah Dhara.

“Iya Ma,” jawab Liam sambil mulai membangunkan Dhara dengan menepuk pelan pipi milik Dhara. Bibirnya tidak henti-hentinya tersenyum menatap wajah damai Dhara.

Perlahan Dhara mengerjap pelan. Melihat sosok Liam yang sangat dekat dengannya membuatnya refleks memundurkan tubuhnya. “Maaf Liam, aku ketiduran.”

Liam mengulurkan satu tangannya merapikan tatanan rambut Dhara. “Nggapapa, siap-siap ya bentar lagi kita turun.”

“Ah iya,” balas Dhara dengan menepis pelan lengan Liam yang terulur ke atas kepalanya.

“Aku bisa sendiri kok.”

Beberapa menit berlalu, Dhara sudah berdiri di bandara bersama dengan Liam dan Evita sembari menyeret koper miliknya. Satu tangannya sibuk memegangi ponsel menunggu balasan pesan dari Alvan.

“Itu Om Haris di sana. Ayo kita ke sana!” seru Evita.

Dhara meremas ponselnya dengan tetap melangkah mengikuti Evita dan Liam. Kenapa ia bisa melupakan satu fakta jika Ayahnya Alvan bekerja untuk keluarganya Liam?

“Dhara sini kopermu!” seru Liam dengan mengambil alih koper Dhara untuk ia masukkan ke dalam mobil.

“Dhara,” panggil Haris sesaat setelah mempersilahkan Evita masuk ke dalam mobil.

Dhara menoleh ke arah Haris. “Iya, ada apa Om?”

Haris menyorot Dhara dengan rumit. “Nanti saja. Silakan masuk dulu,” katanya.

Dhara mengernyit heran, tetapi memilih diam dan masuk ke dalam mobil bersisian dengan Evita. Sekali lagi, ia mengecek ponselnya memastikan apakah ada balasan dari Alvan atau tidak. Namun, nyatanya sampai detik ini tidak ada satupun balasan dari Alvan.

Mendengar suara pintu mobil tertutup, ia memilih menyimpan ponsel ke dalam tas selempangnya. Nyatanya, Alvan tidak datang menjemput dirinya di bandara.

“Dhara mau langsung pulang atau ke rumah Tante dulu?” tanya Evita.

“Langsung pulang aja, Tante,” balas Dhara.

“Baiklah,” kata Evita menyetujui keputusan Dhara.

“Haris, kita ke alamat rumahnya Dhara dulu ya, kamu masih ingatkan?”

“Masih ingat, Nyonya,” jawab Haris.

“Bagus, cepat jalankan mobilnya!”

Kemudian, mobil yang dikemudikan Haris melaju meninggalkan bandara. Hening tidak ada pembicaraan selama perjalanan. Dhara lebih banyak melamun menatap ke arah jalanan luar, sedangkan Evita sibuk dengan ponselnya dan Liam yang duduk di kursi depan sibuk mendengarkan musik lewat earphone yang tersumpal di telinganya.

Setengah jam sudah terlewati dan mereka akhirnya tiba di kediamannya Dhara. “Sudah sampai, Nyonya,” kata Haris setelah memberhentikan mobilnya.

“Dhara, kedua orang tuamu ada di rumah enggak?” tanya Evita menoleh ke arah Dhara.

Dhara menggeleng pelan. “Mama sama Papa lagi enggak ada di rumah, Tante.”

Evita mengangguk paham. “Ya sudah, mungkin lain waktu saja Tante sekeluarga berkunjungnya.”

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang