CHAPTER 34 | TRUTH BELIEF

175 17 1
                                    

Happy reading ya...

Dhara meneguk jus jeruk yang tersaji untuknya. Rasanya ia ingin segera pulang ke rumah, sebab ia merasa sedikit tidak nyaman berada di rumah Liam apalagi bersama dengan Mamanya. Ia lalu meletakkan gelas jus ke tempat semula sembari membenahi posisi duduknya.

“Habis lulus mau lanjut ke mana? Sudah kelas dua belas lho, pasti sudah kepikiran mau lanjut ke mana kan?” tanya Evita menatap Dhara dengan tenang.

Dhara mengangguk pelan. “Iya Tante. Aku mau lanjut kuliah, tapi untuk tempat kuliahnya belum menentukan mau ke mana.”

“Harus ditentukan dari sekarang. Ini juga sudah mau akhir semester satu. Nanti enggak terasa langsung lulus lho.”

“Iya Tante.”

Dhara melirik ke arah Liam yang tengah melahap potongan buah melon di sampingnya. Melihat Liam tidak banyak bicara seperti biasanya rasanya sedikit berbeda.

Evita berdehem pelan saat menyadari Dhara sesekali melirik putranya. “Liam, buahnya bagi sama Dhara. Jangan dimakan sendiri begitu.”

Liam menelan kunyahannya lalu menoleh kepada Dhara. “Mau Ra? Rasanya manis kaya lo,” ucapnya yang dibalas delikan tajam oleh Dhara.

“Dasar anak muda!” komentar Evita menatap sambil menatap Liam dan Dhara yang duduk berdampingan di sana.

“Ya sudah kalian lanjut berdua ya. Mama mau ke atas dulu,” lanjutnya lalu beranjak pergi dari sana.

Liam menatap sekilas mamanya yang pergi ke lantai atas. “Mama kayanya merasa cocok sama lo deh Ra,” katanya lalu menyuapkan potongan melon ke mulutnya.

“Kenapa kamu bisa nyimpulin kaya gitu Liam?” tanya Dhara menoleh menatap ke arah Liam sepenuhnya.

Liam mengangkat satu kakinya ke atas paha kaki satunya lagi dengan posisi ditekuk dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Ia lalu meletakkan piring buah di atas pahanya dan menoleh sekilas ke arah Dhara.

“Mama kurang cocok sama Yoneta, Ra. Sikapnya ke Yoneta sama sikapnya ke lo beda Ra.”

“Neta sering ke sini?”

“Cuma sesekali. Kalau Alvan sama Azel ke sini juga habis latihan atau tanding basket dulu.”

Mendengar nama Azel Dhara menjadi ingat kakaknya itu. “Nanti kak Azel pasti ke sini kan, Liam?”

Liam menoleh ke arah Dhara dan mengangguk pelan. “Iya Ra. Kalau pun enggak, nanti gue yang antar lo pulang,” jawabnya lalu menegakkan tubuhnya dan mengembalikan piring buah ke atas meja.

“Ikut gue yuk Ra,” lanjutnya lalu menarik Dhara pergi dari ruang tamu.

“Ke mana Liam? Maaf aku bisa jalan sendiri,” ujar Dhara menarik lepas lengannya dari genggaman Liam.

Liam tersenyum canggung ke arah Dhara yang disusul dehemannya untuk menormalkan dirinya karena baru saja ditolak halus oleh Dhara. “Kita ke taman belakang__ eh kenapa Ra?” tanyanya menghentikan perkataannya yang sebelumnya saat melihat Dhara berhenti melangkah.

Dhara tersenyum kecil ke arah Liam, satu tangannya terangkat menunjuk sebuah akuarium yang ukurannya cukup besar baginya. Di dalam akuarium itu terdapat beberapa ikan yang memiliki corak indah dan bentuk badan yang sedikit gembul.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang