CHAPTER 58 | TRUTH BELIEF

70 3 0
                                    

Sebelum membaca bab ini, buat teman-teman yang lupa sama alurnya, boleh banget scroll ke atas dulu buat baca bab sebelumnya, terimakasih😊
Selamat membaca...

☔☔☔

Sekolah telah usai beberapa menit yang lalu, para siswa sudah berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Di halte bus yang sepi, Dhara termenung menunggu bus yang akan mengantarnya pulang. Kali ini ia menolak semua ajakan untuk pulang bersama, mulai dari Azel, Liam, bahkan Yoneta sekalipun. Untuk saat ini ia hanya ingin sendiri, menenangkan diri dulu.

Semenjak hubungannya dengan Alvan break, ia merasa bahwa laki-laki itu selalu menjaga jarak dengannya. Masih teringat dengan kejadian di kantin siang tadi, dimana Alvan yang pasti masih kecewa pada dirinya dan Dhara tahu itu. Seharusnya hubungan ia dengan Alvan tidak seperti sekarang, kalau saja ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ia masih takut untuk menjelaskannya.

Tak selang berapa lama, tiba-tiba terparkir mobil berwarna hitam yang tidak jauh dari halte. Seorang laki-laki dengan pawakan tubuh tinggi dan masih mengenakan setelan kemeja kantornya keluar dari mobil itu, lalu berjalan mendekati Dhara dan duduk di sampingnya.

"Adhara Caliana Pandhita," panggil laki-laki tersebut membuat Dhara menolehkan ke sumber suara.

Dhara merasa terkejut, melihat sosok laki-laki yang pernah ia lihat sebelumnya bersama Alvan di pemakaman cempaka waktu itu, tiba-tiba menghampirinya.

"Apakah benar itu nama lengkap kamu?" tanyanya.

"Iya," jawab Dhara mencoba tetap tenang.

"Kenalkan saya Adam Naufal Adhitama, panggil saja Adam. Saya rasa kita pernah berpapasan sebelumnya, sewaktu saya ke rumah sakit menjenguk Cakra dan saya juga yang mengantar kamu ke rumah sakit saat kamu pingsan di pemakaman waktu itu bersama lelaki, kalau tidak salah namanya Alvan," ujar Adam, laki-laki yang bersama Dhara ini. Adam memang sengaja menghampiri Dhara di sekolahnya. Sebelum datang, ia sudah mencari tahu informasi lengkap tentang Dhara yang ia dapatkan dari Cakra.

"Terimakasih Kak dan maaf udah ngerepotin Kak Adam waktu itu," kata Dhara tulus.

"Tidak masalah, Kamu sendiri udah sembuh?" tanya Adam.

"Sudah Kak," jawab Dhara sambil tersenyum dan dibalas anggukan oleh Adam.

"Ehm, Kak Adam CEO di perusahaan Adhitama?" tanya Dhara penasaran. Ia tahu sedikit tentang perusahaan itu karena sebelumnya Alvan yang menceritakannya.

"Iya benar,"jawab Adam jujur.

"Berarti Kak Adam kenal sama Kak Cakra?" tanya Dhara lagi.

"Iya, saya atasannya Cakra," jawab Adam jujur dan Dhara menanggapinya dengan menganggukkan kepalanya. "Kamu kenal sama Cakra dari mana?"

"Waktu aku tinggal di panti asuhan Kak. Waktu itu juga pertama kali ketemu sama Kak Cakra," jawab Dhara.

"Jadi gitu yaa awalnya,"

"Iya Kak."

Hening sebentar, baik Adam maupun Dhara tidak ada yang memulai obrolan lagi. 

"Saya punya adik perempuan yang berharga buat saya, Dhara." Celetuk Adam tiba-tiba yang membuat Dhara dari posisi awalnya sedang menunduk sambil menatap sepasang sepatu miliknya sendiri seketika mendongak menatap Adam.

Adam yang melihat keterdiaman Dhara mulai melanjutkan ceritanya. "Saya juga sudah mencarinya tapi saya belum tahu keberadaannya. Mungkin jika ia masih ada, ia seusia denganmu. Entah kenapa, ketika melihat kamu, saya merasa kamu ada kemiripan sama adik saya. Bahkan nama depan kamu juga sama seperti adik saya, Adhara Caliana," ujar Adam tiba-tiba. Tatapannya lurus menerawang jauh dengan raut wajah mengisyaratkan bahwa ia sangat merindukan adiknya.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang