Happy Reading...
“Kamu siapa?”
“Reno.”
Dhara mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat nama Reno yang terdengar tidak asing di ingatannya.
“Reno, Ra. Masa lo enggak ingat gue?” ujar Reno menunjuk dirinya sendiri. Saat di lapangan tadi ia sempat melempar pandangan ke arah bangku penonton lawan karena mendengar dua orang gadis meneriaki nama Alvan dan salah satu dari mereka sempat memanggil Azel dengan sebutan kakak.
Reno langsung melihat Dhara, mencoba mengingat Dhara yang terlihat tidak asing baginya. Hingga ia mengikuti Dhara saat melihat Dhara turun dari bangku penonton, melangkah menuju toilet.
“Reno yang dulu suka bareng Kak Cakra sewaktu di panti,” tambah Reno berharap Dhara mengingatnya.
Dhara mengingat Reno setelah Reno menyebut Cakra dan panti asuhan. Ia lantas tersenyum kecil ke arah Reno.
“Ahh! Aku ingat! Reno yang dulu sering demam kan setelah main hujan-hujanan?”
“Eh kok yang diingat itu sih, Ra,” ujar Reno merasa lemah karena memang sewaktu kecil ia rentan terkena demam.
“Ya maaf. Kamu juga ingatnya aku yang suka nangis,” ucap Dhara diikuti seulas senyum kaku di bibirnya.
Reno menyorot lekat Dhara, tidak mengira jika gadis kecil yang suka menyendiri dan sering menangis itu menjadi secantik sekarang.
Dhara sedikit memiringkan kepalanya dan melambaikan satu tangannya di depan wajah Reno. “Reno, lihatin apa sih?” tanyanya menatap Reno dengan heran.
Reno terkesiap, ia berdehem pelan menormalkan ekspresinya di hadapan Dhara. “Enggak, cuma enggak ngira aja bakal ketemu lo di sini.”
Dhara mengangguk paham. “Aku juga. Kamu jadi ketua tim basket?” tanya Dhara melirik ke arah lengan kiri Reno yang terdapat kain yang menandakan Reno seorang kapten basket.
“Iya__”
“Reno,” sapa Liam menyela perkataan Reno. Ia menghentikan langkahnya di samping Dhara.
“Ra, kenapa di sini?” tanyanya kepada Dhara.
Dhara menoleh ke arah Liam. “Aku mau ke toilet. Oh iya, kenapa kamu lama banget sih di toiletnya?”
Liam mengalihkan pandangan dari Dhara. “Maaf Ra. Kelamaan ya,” balasnya dengan tidak menjawab alasan kenapa ia lama di dalam toilet. Saat menerima pesan dari Devon tadi yang mengatakan jika Dhara menyusulnya ke toilet, ia langsung cepat-cepat keluar dari bilik toilet.
“Lam,” sapa Reno kepada Liam. Ia kenal dengan Liam, bahkan dengan Alvan dan Azel pun ia kenal karena sering bertemu di pertandingan basket.
Liam menatap Reno dan Dhara secara bergantian. “Kalian saling kenal?” tanyanya penasaran.
“Iya, benar begitu kan Ra?” balas Reno dengan melempar pertanyaan kepada Dhara.
“Iya, kami udah saling kenal,” jawab Dhara.
Liam pun hanya mengangguk pelan, walau masih penasaran bagaimana mereka bisa saling kenal. Ia lebih memilih meneliti penampilan Dhara, karena Devon juga memberi tahu jika Dhara tadi sempat disiram menggunakan minuman soda oleh Ayuna terlepas disengaja atau tidak disengaja.
“Ra, kenapa baju lo basah?” tanya Liam menunjuk pakaian bagian atas dada Dhara.
Dhara menunduk melihat pakaiannya. “Oh ini, tadi enggak sengaja ketumpahan minum.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Teen FictionON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...