CHAPTER 6 | TRUTH BELIEF

561 32 0
                                    

Hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan pagi ini menjadi pemandangan monoton bagi Dhara atau mungkin pengguna jalan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiruk-pikuk kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan pagi ini menjadi pemandangan monoton bagi Dhara atau mungkin pengguna jalan lainnya. Dhara duduk diam di boncengan motor Azel, menatap lampu lalu lintas di depan sana berharap segera berganti menyala hijau.

“Kak!” seru Dhara refleks berpegangan pada tas ransel Azel di depannya karena Azel tiba-tiba saja memainkan gas motor membuat motor itu tersentak ke depan lalu mengeremnya secara mendadak.

Azel menahan tawa melihat kepanikan Dhara dari kaca spion. “Jangan ngelamun, kesambet entar!” serunya dengan sedikit menoleh ke belakang agar Dhara mendengarnya.

Dhara mendengus pelan sembari mengurai pegangan pada tas ransel Azel. Ia beralih menoleh ke samping kanan saat mendengar deheman seseorang yang seakan disengaja. “Alvan,” panggil Dhara saat menemukan Alvan berhenti di samping motor Azel. Ia baru menyadari jika ada Alvan di sampingnya. Sebelumnya saat ia melihat ke samping kanannya terdapat bapak-bapak bersama putranya yang memakai seragam biru putih di boncengan motor bapak itu.

“Pegangan!” seru Azel tanpa menunggu respons Dhara langsung melajukan motornya saat lampu lalu lintas sudah menyala hijau.
Dhara sedikit terkejut, tetapi tidak sampai tersentak ke belakang seperti sebelumnya. Ia sedikit melirik ke belakang sebelah kanannya, di sana Alvan juga ikut melaju membuntuti motor Azel.

Tidak menunggu lama, Azel membelokkan motornya melewati gerbang sekolah menuju tempat parkir para murid. Azel memarkirkan motornya disusul oleh Alvan yang juga memarkirkan motornya di samping motor Azel.

“Zel, jangan kaya tadi bahaya!” tegas Alvan setelah melepas helmnya dan menoleh ke arah Azel. Ia juga sempat melirik sekilas ke arah Dhara yang baru saja turun dari boncengan motor Azel dan melepas helm yang dipakainya.

Alvan melihat kejadian di pemberhentian lampu lalu lintas tadi, ia kebetulan berhenti di belakang motor Azel tadi sebelum maju dan berhenti di sebelah kanan Azel. Melihat Dhara hampir terjengkang ke belakang ia sedikit terkejut, beruntung Dhara langsung berpegangan pada Azel.

Azel menoleh ke arah Alvan setelah melepas helm. “Apa?” balasnya bingung karena Alvan tiba-tiba memberinya peringatan.

“Dhara tadi hampir jatuh,” jawab Alvan sembari turun dari atas motornya.
Dhara yang merasa namanya disebut langsung menoleh ke arah Alvan. Ia menatap sejenak Alvan berpikir ke mana arah pembicaraan Alvan. “Oh yang tadi di lampu merah,” ucapnya menyela membuat Alvan menatap ke arahnya, tetapi hanya sekilas.

“Sudahlah, ngapain bahas itu, Van? Gue cuma bercanda,” ujar Azel terdengar tenang.

Alvan menatap datar Azel. “Bercanda lo nggak lucu,” ucapnya lalu melangkah pergi dari sana.

Azel mengatupkan bibirnya melihat kepergian Alvan. Ia beralih menatap Dhara yang masih berdiri di dekat motornya. “Ngapain masih di sini? Sana ke kelas!” usirnya sembari turun dari atas motor lalu melangkah menyusul Alvan, dan meninggalkan Dhara yang masih berdiri di sana.

Truth BeliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang