Happy Reading...
Dhara duduk di samping Liam sembari memakan cokelat pemberian dari Azel. Azel tidak membeli cokelat itu, melainkan ia mendapatkan cokelat itu dari pemberian anak sekolah sebelah yang tadinya menjadi lawan tim basket sekolahnya.
Awalnya Dhara menolak, tetapi karena paksaan dari Azel dan kebetulan perutnya juga sudah sedikit lapar akhirnya ia memakan cokelat itu yang seharusnya berstatus milik Azel itu. Ia tebak, coklat yang tengah dimakannya ini pasti pemberian dari perempuan itu yang dulu pernah menelepon Azel dan Azel menyuruhnya untuk menjawab telepon itu.
Dhara masih berada di dalam gedung olahraga setelah selesai menonton pertandingan tim basket putri. Ia saat ini sedang bersama dengan Azel, Alvan, dan Liam yang tengah duduk di tepi lapangan. Sebagian suporter yang tadi menonton sudah pergi dan satu hal yang ia tahu, banyak perempuan yang menyukai Azel, Liam dan Alvan.
“Sialan, kalau kaya gini gue jadi kurir namanya!” kesal Neta yang datang sambil membawa beberapa cokelat dan susu kotak yang masing-masing tertempel kertas catatan kecil.
“Untuk gue ada nggak, Net?” tanya Liam berdiri membantu Neta atau lebih tepatnya merebut semua cokelat dan susu kotak itu dari tangan Neta.
“Satu Lam,” pinta Neta mengambil susu kotak rasa cokelat dan sebatang cokelat.
“Itu dua bego!” seru Liam memukul pelan lengan Neta agar menjauh darinya.
Neta mendelik tajam. “Songong lo! Banyakan juga punya sepupu gue!” balasnya lalu mengambil duduk di dekat Dhara.
“Kamu tadi dari toilet kan, Net?” tanya Dhara menatap heran Neta yang datang-datang membawa banyak cokelat batangan dan susu kotak.
Neta mencoblos sedotan pada kotak susu dengan sedikit geram dan meminumnya hingga membuat pipinya menggembung. Ia lalu menoleh ke arah Dhara yang ternyata masih menunggu jawabannya.
“Iya, Dhar. Gue dari toilet, eh waktu mau balik ke sini dicegat tuh sama penggemar fanatik mereka bertiga noh!” tunjuknya mengarah kepada Azel dan Alvan yang duduk bersila di lantai dengan saling berbincang, lalu Liam yang sibuk memilah cokelat dan susu kotak di atas pangkuan lelaki itu.
“Iya weh, kebanyakan buat Alvan. Kalau dijual bisa untung banyak lo, Van!” celetuk Liam setelah menghitung berapa jumlah cokelat dan susu yang diberikan atas nama Alvan.
Azel yang mendengar itu langsung melempar botol minumnya yang sudah habis ke arah Liam. “Orang kaya masih mikirin recehan!” serunya menatap sekaligus mengejek Liam.
Liam mendengus. “Yang kaya orang tua gue, bukan gue!” balasnya melempar kembali botol kosong itu kepada Azel.
Dhara mengerjap pelan menatap Liam dan Azel yang saling melempar botol bekas air mineral, sembari memakan cokelat ditangannya.
“Eh Dhar, mas-mas waktu di mall itu siapanya lo?” tanya Neta tiba-tiba sembari memakan cokelat ditangannya.
“Lo ketemu Dhara sama mas-mas di mall?” sahut Azel memutar duduknya menghadap ke arah Neta dan Dhara. Ia sendiri belum tahu Dhara pergi ke mall dalam waktu dekat ini. Apa mungkin yang dimaksud Yoneta adalah Cakra?
Alvan juga ikut memutar tubuhnya dan mendongak menatap Dhara yang berada tepat di hadapannya. Sudut bibirnya berkedut geli ketika melihat Dhara langsung membuang muka darinya dengan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Novela JuvenilON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...