Sebuah mobil hitam berhenti di depan bangunan yang bertuliskan panti asuhan. Kedatangan mobil itu menyita perhatian beberapa anak panti yang sedang bermain di halaman panti asuhan. Salah satu dari anak panti itu langsung berlari masuk ke dalam panti asuhan di saat melihat dua orang pria berpakaian jas keluar dari mobil.
"Bunda, di luar ada tamu yang datang!" seru bocah lelaki itu kepada Sekar yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Siapa yang datang, Alif?"
Alif, nama bocah lelaki itu yang langsung menjawab dengan gelengan kepala.
"Aku enggak tahu Bunda, tapi mereka berdua pria yang keren dan salah satunya ada Om Cakra."
Sekar yang mendengar itu mendadak merasa tidak enak. Pasalnya beberapa hari yang lalu Cakra juga ke sini dengan maksud tertentu.
"Ya sudah, sekarang Alif kembali bermain bersama yang lain ya. Bunda mau menemui tamunya dulu."
"Baik Bunda," jawab Alif berbalik pergi dari sana.
Di luar, suasana mendadak riuh. Para anak mengerubungi mobil yang menurunkan dua kardus berisi mainan. Alif yang baru saja keluar juga langsung bergabung dengan teman lainnya.
"Anak-anak tolong jangan pada rebutan! Baris yang rapi nanti Om kasih satu-satu!" komando Cakra kepada anak-anak panti. Ia lalu melirik ke arah atasannya yang hanya berdiri menatap datar anak-anak panti di hadapan mereka. Lalu tatapannya beralih ke barisan anak panti yang menatap antusias ke arahnya dan mulai membagikan mainan kepada mereka.
Sekar yang baru saja keluar dari dalam panti bergegas mendekat ke arah anak-anak yang sepertinya sudah mendapatkan mainan.
"Anak-anak, bilang apa sama Om kalau sudah dikasih?"
"Terima kasih, Om baik!" ucap mereka semua dengan kompak.
"Iya sama-sama," jawab Cakra mewakili atasannya yang tidak ada tanda-tanda akan menjawab.
"Nah, sekarang kalian semua boleh kembali bermain. Tapi ingat jangan sampai ada yang rebutan mainan!" kata Sekar menasehati anak asuhnya.
"Baik Bunda," jawab mereka kemudian berlalu pergi dengan wajah yang ceria karena baru saja mendapat mainan baru.
Sekar lalu beralih menatap Cakra dan pria yang tidak dikenalinya. "Selamat sore. Mari silahkan masuk, kita berbicara di dalam saja," ucapnya lalu menuntun mereka berdua ke ruang tamu.
"Silahkan duduk," lanjutnya setelah mereka sampai di ruang tamu.
"Maaf sebelumnya, ada keperluan apa ya sampai Tuan datang ke panti ini?" tanya Sekar berusaha menyingkirkan kegugupannya.
"Sebelumnya perkenalkan saya Adam Naufal Adhitama. Tujuan saya kemari ingin mencari tahu informasi tentang adik saya yang bernama Adhara," jawab Adam menyorot dengan tenang ke arah Sekar.
Sekar tersenyum kaku. Benar dugaannya, pria di hadapannya saat ini adalah direktur muda perusahaan Adhitama yang terkenal itu. Ia melirik ke arah Cakra yang langsung melempar senyum sopan ke arahnya.
"Apa benar adik saya pernah tinggal di panti asuhan ini bersama dengan Cakra?" tanya Adam melempar pertanyaan pertamanya.
Sekar meneguk salivanya pelan. Sesuatu yang sedari dulu selalu ingin dirinya hindari sekarang malah harus dihadapi. "Maaf sebelumnya, Cakra memang pernah tinggal di panti ini dan untuk Adhara juga pernah tinggal di sini."
"Anda tahu jika Adhara bagian dari keluarga Adhitama?"
"Kalau itu saya tidak tahu."
Cakra yang mendengar jawaban Sekar hanya menyorot Sekar dengan rumit. Sedangkan Adam tersenyum kecil dengan tatapan yang semakin menajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Belief
Teen FictionON GOING Dhara tidak pernah mengira kehidupannya akan berubah dalam sekejap. Apa yang bisa diharapkan dari seorang anak adopsi dari panti asuhan seperti dirinya? Ia tahu dimanapun tempatnya berada, akan ada seseorang yang enggan menerimanya. Ia menc...