Bab 1. Melihat Masa Depan.

101K 6.2K 625
                                    

"Dasar makhluk menjijikan, apa kau tidak malu menampakkan dirimu di istana ini?"

"Menjijikan!"

"Dia bau dan menjijikan."

"Dia terkena kutukan karena terlalu sombong, menjijikan."

"Tidak ada yang mau berteman dengannya karena dia memiliki wujud yang menjijikan, semua temannya akan muntah!"

Saat hari ulang tahun pangeran Alaric yang ke sebelas tahun, ia harus mendengar perkataan dari para tamu undangan yang datang ke pesta ulang tahunnya.

Alaric menyembunyikan wajahnya agar orang-orang tidak merasa terkejut melihat wajahnya. Alaric terkena kutukan sejak lahir, ayahnya keseringan gonta-ganti pasangan sehingga membuat salah satu selingkuhan ayahnya mengutuk ayahnya.

Alaric memiliki sisik di sebelah tubuhnya sedangkan di sebelah tubuhnya mulus tanpa cacat. Sisik itulah yang membuat orang-orang enggan untuk mendekatinya.

"Saya memberi hormat kepada yang mulai putra mahkota." Seorang gadis kecil datang menghampiri Alaric.

"Ah, te--terimakasih," sahut Alaric dengan kepala menunduk.

"Perkenalkan nama saya Putri Veronica," ujar Veronica.

"Ah, halo putri Veronica," sapa Alaric sambil tersenyum.

Veronica menarik tangan pria itu agar ikut bergabung dengan para anak-anak lainnya yang sedang berkumpul di sudut ruangan.

Ada begitu banyak anak-anak yang seusia dengan Alaric, pria itu tampak merasa agak gugup ketika bermain bersama anak-anak normal lainnya.

"Wah, dia benar-benar memiliki wajah yang seperti monster," ujar Vivian.

"Ini menyenangkan, dia sangat-sangat terlihat seperti monster sungguhan." Ana menatap dengan jijik ke arah Alaric.

"Maaf karena sudah membuat kalian merasa jijik." Alaric menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya yang masih kecil.

Tiba-tiba Raja dan permaisurinya telah tiba sehingga membuat orang-orang mulai menunduk hormat untuk menyambut kedua pasangan yang kini telah menjadi raja dan ratu di kekaisaran.

Alaric segera berlari untuk kembali berdiri di samping ayah dan ibunya. Anak laki-laki itu tampak masih menundukkan kepalanya karena merasa tertekan dengan tatapan orang-orang yang diarahkan padanya.

Pesta ulang tahun itu tidak berjalan dengan mulus, akibat terlalu bosan berdiri seperti patung sejak tadi membuat Alaric untuk pergi ke balkon istana untuk menenangkan diri.

"Bulannya indah." Alaric memperhatikan bulan di atas langit yang bersinar begitu indah dan cantik.

"Dewa, di hari ulang tahunku aku meminta seorang teman yang ingin menemaniku dan ingin memakan kue bersamaku tanpa merasa jijik," batin Alaric sembari menyatukan kedua telapak tangannya.

"Akh!" pekik Alaric.

Tiba-tiba Alaric merasakan sakit dan panas pada bagian tubuhnya yang ditumbuhi sisik hitam, sisik itu tampak menyala terang sehingga menimbulkan rasa panas, gatal dan ngilu secara bersamaan.

Bruk!

Tubuh Alaric terduduk di lantai, di balik gorden ia dapat melihat orang-orang sedang berdansa dan bahagia tanpa dirinya. Sama sekali tidak ada yang perduli padanya padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Alaric mencoba untuk menahan rasa sakitnya, kemudian berjalan secara perlahan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia terbaring lemas di atas kasur.

"Sakit," gumam Alaric.

Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang