Bab 59. Epilog

79.3K 3K 176
                                        

Lima Tahun Kemudian .…

Seorang anak laki-laki sedang berlarian di istana ditemani oleh beberapa pelayan yang ikut bermain. Anak laki-laki itu tertawa dengan kegirangan ketika para pelayan tidak dapat menangkapnya.

"Kalian cemua paya!" ujar anak laki-laki itu.

"Jangan lari-lari Pangeran Harry!" perintah salah satu pelayan.

Harry tersenyum dengan puas ketika melihat para pelayannya tampak lelah karena ulahnya, sungguh anak itu benar-benar sangat nakal.

"Harry!" panggil Yunifer.

Mendengar suara ibunya membuat Harry buru-buru berlari kemudian memeluk erat tubuh ibunya sembari tersenyum. Yunifer yang melihat anaknya yang kini lahir dengan normal begitu merasa bahagia. Harry lahir tanpa cacat sama sekali dan menjadi anak yang sangat aktif.

"Jangan merepotkan para pelayan dan jadi anak yang penurut," pinta Yunifer.

Harry mengangguk dengan patuh kemudian mengikuti setiap langkah ibunya. Mereka berdua duduk di kursi. Harry duduk berhadapan dengan ibunya.

"Ada di mana Ayah?" tanya Harry.

"Ayahmu sedang berada di tempat latihan, dia sedang melatih para prajurit," sahut Yunifer.

"Ohh, baguslah!" Harry bergegas duduk di samping Yunifer kemudian berbaring di pangkuan wanita itu.

"Jika ada ayah di sini, kita akan belcaing untuk siapa yang peltama berbaling di pangkuan ibu," ujar Harry.

Tiba-tiba Alaric memasuki istana sembari membawa pedang kayu. Pria itu meletakkan pedangnya di samping pintu kemudian bergegas duduk di samping istrinya.

"Jangan harap Hally akan bangun ayah, karena aku yang duluan berbaling di pangkuan ibu!" ujar Harry.

Harry yang kesulitan menyebutkan huruf s dan r membuatnya kesulitan menyebutkan namanya sendiri.

Mendengar ucapan tersebut membuat Alaric benar-benar merasa cemburu. Kedua laki-laki itu benar-benar tidak ada yang mau mengalah sama sekali sehingga membuat Yunifer hanya mampu geleng-geleng kepala.

"Bangun atau aku akan .... " Alaric menggantung ucapannya.

"Apa?" tanya Harry.

"Aku akan menggendongmu karena kau terlalu ringan!" Alaric bergegas menggendong tubuh Harry agar menyingkir dari pangkuan Yunifer.

"Ibuuuu, ayah tidak mau kalah! Dia kan cudah becal!" renggek Harry.

"Kalian terlalu kekanak-kanakan," ujar Yunifer sembari sedikit tertawa.

"Dulu waktu aku umur lima belas tahun, ibumu selalu memandikan aku, jadi aku yang lebih pantas untuk berada di pangkuannya," ujar Alaric dengan bangganya.

"Ih, ayah menjijikan! Cudah becal masa halus dimandikan?" Harry menatap ayahnya dengan tatapan jijik.

"Memangnya kenapa? Dia kan istriku," sahut Alaric.

Mereka tidak sadar bahwa sejak tadi ada Lucifer yang menatap mereka dengan tatapan penuh rasa iri.

"Bahkan aku belum sempat menggendong anak dari Charlotte," gumam Lucifer.

Charlotte adalah gadis cantik dan pemberani yang berhasil merebut hati seorang iblis neraka seperti Lucifer. Gadis itu bagaikan air yang tidak bisa disentuh oleh siapapun di dunia ini.

Lucifer benar-benar merindukan sosok Charlotte setiap kali melihat Yunifer. Semua orang mendapatkan happy ending sedangkan seorang iblis neraka yang penuh dengan dosa seperti Lucifer tidak mendapatkan happy endingnya.

Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang