Yunifer mulai mengambil ancang-ancang ingin menyerang pria itu tetapi nampaknya kemampuan berpedang yang dimiliki oleh Kristof sekelas dengan seorang panglima kerajaan.
Prang!
"Hah! Sepertinya aku akan menyiapkan kuburanmu wahai matan guruku." Kristof menangkis pedang Yunifer dengan mudah.
Prang!
Prang!
Kristof terus menyerang Yunifer dengan membabi buta sedangkan Yunifer terus menghindar agar tidak terluka. Lengan Kristof sampai lelah sendiri karena terus menyerang lawannya.
"Ini yang terkahir, kau akan segera mati di tanganku," ujar Kristof sembari menargetkan wajah Yunifer untuk dilukai.
Prang!
Krang!
Kristof terkejut ketika Yunifer tiba-tiba melakukan perlawanan kemudian menangkis tangannya sehingga membuat pedang pria itu jatuh dengan mudah ke tanah. Ternyata sejak tadi Yunifer sengaja tidak melakukan perlawanan, gadis itu menunggu sampai Kristof benar-benar lengah.
Srek!
Yunifer mengarahkan pedangnya tepat di leher Kristof sehingga membuat pria itu tidak bisa berkata-kata dan tidak berani untuk bergerak sedikitpun. Yunifer memasang ekspresi datar ketika menyaksikan kekalah mantan muridnya itu di depannya.
"Aku pikir kau sudah berubah ternyata kau sama seperti dulu, sama-sama tidak memiliki potensi," ujar Yunifer.
"Jadi, apa kau akan memberikan nyawamu padaku dengan sukarela?" tanya Yunifer.
"Ambillah." Kristof berjongkok di hadapan gadis itu karena sudah menerima kekalahannya.
"Sayang sekali tapi kau tidak memiliki potensi yang bagus untuk dijadikan tumbalku, aku butuh orang yang lebih berpotensi darimu. Kau lebih cocok menjadi tukang pembersih lantai daripada menjadi tumbalku." Yunifer menaruh pedangnya kembali.
Mendengar perkataan tersebut membuat Kristof mengepalkan kedua telapak tangannya dengan penuh rasa kesal. Pria itu berdiri dengan tegak kemudian mengarahkan pedangnya pada pergelangan tangannya.
"Aku dengar-dengar seorang penyihir suka dengan darah manusia karena darah manusia bisa dijadikan bahan percobaan untuk penyihir," ujar Kristof.
Srek!
Kristof melukai pergelangan tangannya sehingga membuat darahnya mengalir deras ke tanah. Yunifer menoleh ke belakang untuk melihat perilaku yang tercela itu. Semua penyihir memang suka dengan darah manusia, apalagi untuk penguasa elemen api, udara dan air tetapi Yunifer tidak sejahat mereka karena gadis itu sudah dikaruniai sihir yang kuat oleh dewa.
"Aku hanya bercanda soal menjadikanmu tumbal, seorang penyihir sepertiku tidak memiliki hasrat untuk menjadikan manusia sebagai tumbal," ujar Yunifer.
"Aku berbeda dengan penyihir-penyihir yang kau kenal, sadarilah itu Kristof." Yunifer berdiri di samping Alaric.
"Lebih baik kau berhenti menjadi pelatih Putra Mahkota karena sekarang aku yang akan melatihnya," ujar Yunifer.
Kristof merasa sangat malu, ia segera membungkukkan badannya tanda memberikan hormat kemudian pergi dari tempat tersebut. Dia tidak akan pernah memunculkan dirinya di kerajaan tersebut. Pria itu benar-benar sudah pergi.
Prok!
Prok!
Prok!
"Wah, kau hebat!" ujar Alaric sembari bertepuk tangan.
"Apa aku boleh belajar sepertimu?" tanya Alaric.
"Walaupun Yang Mulia tidak memintanya, saya tetap akan mengajarkan teknik berpedang kepada Yang Mulia," sahut Yunifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Tyrant [END]
Teen Fiction"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pangeran Alaric adalah manusia setengah monster, ditubuhnya terdapat sisik naga hitam sehingga membuat s...