"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya.
* * *
Pangeran Alaric adalah manusia setengah monster, ditubuhnya terdapat sisik naga hitam sehingga membuat s...
"Anda sudah bersandar di bahu saya selama satu jam lamanya, apa anda tidak ada kegiatan lain?" tanya Yunifer.
Sejak satu jam lamanya Alaric bersandar di bahu gadis itu. Kini mereka berdua sedang duduk bersama di taman, rencananya akan menikmati minum teh bersama.
Satu jam sebelumnya Alaric sudah mandi kemudian berganti pakaian, setelah itu mereka memutuskan untuk bersantai di taman. Namun, bukannya bersantai bersama Alaric malah bersandar di bahu Yunifer selama satu jam sehingga membuat gadis itu geram sendiri.
"Aku hanya lelah," sahut Alaric dengan suara yang sedikit serak.
Bagaimana tidak lelah, tadi pagi Alaric berlari seperti orang gila karena mencari keberadaan Yunifer. Rupanya gadis itu sedang jalan-jalan di luar.
"Dia lelah karena kebodohannya sendiri," balas Lucifer.
Mendengar perkataan tersebut membuat Alaric menatap sinis ke arah Lucifer. Untung saja Yunifer tidak dapat mendengarkan suara Lucifer.
Alaric tidak menjawab, ia hanya diam.
"Besok saya akan mengambil tanaman obat di hutan," ujar Yunifer.
"Hutan? Hutan kan berbahaya, di sana banyak monster. Kak Alfonso saja sampai kelelahan melawan mereka." Alaric menegakkan tubuhnya kemudian menatap tak percaya ke arah Yunifer.
"Anda lupa saya ini siapa ya? Saya ini penyihir," ujar Yunifer.
"Aku ingin ikut!" renggek Alaric.
"Tidak, anda tidak boleh ikut!" balas Yunifer.
"Kekuatannya belum bangkit, kekuatannya akan bangkit jika umurnya sudah tujuh belas tahun. Aku tidak ingin dia terluka, lagian jika aku menjaganya dengan baik dia akan berutang budi padaku," batin Yunifer.
"Kenapa?" Alaric memasang ekspresi cemberut sehingga membuat Yunifer merasa gemas dengan tingkah pria itu.
"Anda harus menurut pada saya." Yunifer membelai poni Alaric dengan lembut.
"Baiklah tapi izinkan aku bersandar di bahu Yunifer," pinta Alaric.
"Tentu saja."
Alaric bersandar di bahu Yunifer sambil menutup kedua matanya, perlahan-lahan kedua tangannya meraih pinggang ramping Yunifer. Namun, gadis itu masih memaklumi sifat Alaric.
Mereka berdua sama sekali tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan mereka. Seorang pria bersembunyi di balik pohon besar sambil meremas kedua telapak tangannya.
* * *
Malam harinya Yunifer membawakan lilin aroma ke dalam kamar Alaric, kemudian kembali ke kamarnya. Gadis itu segera mengenakan selimutnya kemudian menutup kedua matanya.
Sementara itu, Alaric kembali membuka kedua matanya kemudian menyeka selimutnya dengan kasar. Pria itu mengambil pedangnya yang berwana merah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.