Tabib segera memeriksa keadaan Yunifer, sedangkan Alaric terus menatap si pendeta dengan tatapan penuh cemburu. Ini adalah pertama kalinya ada seorang pria yang berani menyentuh Yunifer di hadapan Alaric.
"Apa yang terjadi?" tanya Alaric.
"Istri Yang Mulia sedang hamil," jelas Tabib itu.
Alaric bingung harus berbicara apa, senang dan sedih bercampur aduk. Ia senang karena akan memiliki anak tetapi sedih karena menjadi sakit-sakitan karena sedang mengandung.
"Keluarlah!" perintah Alaric kepada Tabib.
Tabib itu segera keluar dari kamar tersebut. Alaric berbaring di samping gadis itu sembari mengelus rambut gadis itu.
Beberapa menit kemudian Yunifer bangun kemudian melirik ke arah samping dan mendapati ada Alaric di sampingnya. Pria itu sedang menatapnya dengan ekspresi sedih.
"Kau sedang mengandung. Apa menyakitkan?" tanya Alaric.
"Benarkah? Bukankah bagus?" Yunifer tersenyum tipis sembari menatap Alaric.
"Setidaknya aku bisa memberikannya keturunan, setidaknya bukan hanya dia yang berkorban." Yunifer membatin.
"Apa menyakitkan?" Alaric beralih menyentuh pipi Yunifer.
"Telapak tangan anda sangat dingin, tatapan mata anda juga terlihat seperti sedang ketakutan." Yunifer merasa keheranan ketika merasakan telapak tangan pria itu yang terasa sangat dingin.
"Kau muntah kemudian pingsan dan tabib bilang kau sedang mengandung. Aku tanya, apakah rasanya menyakitkan?" tanya Alaric.
"Iya, tetapi rasa sakit itu menjadi rasa bahagia," sahut Yunifer.
"Ayo gugurkan!" ajak Alaric.
Yunifer terkejut bukan main ketika mendengar ucapan tersebut, sungguh tidak akan terbesit di pikirannya bahwa pria itu akan mengucapkan sebuah kalimat singkat yang mampu membuat gadis itu merasa sakit hati.
"Kenapa?!" Suara Yunifer sedikit meninggi ketika mendengar permintaan dari pria itu.
"Aku takut," bisik Alaric.
"Takut apa? Bukankah bagus anda akan memiliki keturunan?"
"Aku takut kehilanganmu, aku takut tubuhmu terlalu lemah dan meninggalkanku suatu saat nanti, aku takut. Tolong jangan buat aku ketakutan," bisik Alaric. Kali ini ekspresi wajahnya benar-benar terlihat menyedihkan.
Yunifer memahami perasaan pria itu, mungkin semua pria akan berpikiran seperti sekarang ini tetapi Yunifer itu adalah wanita yang tangguh dan kuat, tidak mungkin mati hanya gara-gara melahirkan, itu terlalu sepele.
"Malulah pada diri anda sendiri, Yang Mulia memiliki tubuh yang perkasa tetapi memiliki sifat penakut, apa Yang Mulia tidak malu?" Yunifer menghadap ke arah Alaric kemudian menangkup kedua pipi pria itu.
"Aku memang penakut," ujar Alaric.
"Tidak, Yang Mulia berbohong! Saya tidak akan sakit-sakitan lagi, jadi berhenti menjadi orang yang penakut," ujar Yunifer sembari terkekeh.
Alaric menggenggam terlapak tangan Yunifer kemudian mengecup telapak tangan gadis itu. Kemudian Alaric mengambil posisi duduk, lalu membungkuk sehingga membuat wajahnya berhadapan langsung dengan perut Yunifer.
"Tolong jangan sakiti ibumu, ayah mohon," bisik Alaric tepat di depan perut Yunifer.
Mendengar perkataan tersebut membuat Yunifer merasa amat malu serta geli, ini adalah pertama kalinya Alaric menyebut namanya sendiri dengan sebutan ayah.
![](https://img.wattpad.com/cover/282111635-288-k116558.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Tyrant [END]
Genç Kurgu"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pangeran Alaric adalah manusia setengah monster, ditubuhnya terdapat sisik naga hitam sehingga membuat s...