Hari mulai terang sehingga matahari mulai menampakkan dirinya di atas langit. Sinarnya menyinari dua sejoli yang tidur sembari berpelukan satu sama lain.
Hari itu, Yunifer dan Alaric tidur sambil berpelukan tetapi berpelukan layaknya seorang keluarga bukan sebagai sepasang kekasih.
Yunifer membuka kedua matanya secara perlahan dan melihat sisik di wajah Alaric kian mereda karena mantra yang diberikannya kemarin. Gadis itu bergegas bangkit dari ranjang untuk menyiapkan sarapan pagi.
Ketika hendak turun dari kasur tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang.
"Apa Yunifer tidur nyenyak?" tanya Alaric dengan wajah ceriahnya.
"Tentu saja, bagaimana dengan anda?" sahut Yunifer.
"Aku juga tidur nyenyak, Yunifer mau ke mana?" Alaric melepaskan pelukannya kemudian duduk di samping Yunifer.
"Saya ingin memasak untuk anda, sebaiknya anda pergi ke meja makan." Yunifer memakai sendalnya kemudian pergi menuju ke dapur.
"Wah, aku jadi tidak sabar!" seru Alaric.
Kini Alaric sedang duduk di meja makan dengan hati yang tak sabar ingin segera makan. Tiba-tiba ada beberapa orang yang mendatangi mereka.
"Kak Alfonso?" Suara Alaric gemetar ketakutan ketika melihat para kakaknya datang menjenguknya.
Alfonso, Ishakan dan Drake tampak menatap jijik ke arah Alaric. Mereka bertiga tak suka dengan sisik yang berada di tubuh adiknya.
"Aku tidak ingin berlama-lama di sini, entah sihir apa yang dilakukan oleh pelayan barumu itu sehingga ayah memintamu untuk datang ke istana langsung," ujar Alfonso.
Alaric hanya menundukkan kepalanya dengan perasaan penuh bersalah.
"Pakai penutup wajah jika ingin datang ke istana," timpal Drake.
"Aku tidak ingin datang, Kak," sahut Alaric.
"Apa kau berani melawan perintah seorang Raja?!" bentak Ishakan.
"Dia akan pergi," ujar Yunifer yang baru saja datang dengan makanan di tangannya.
"Baguslah, paksa dia untuk datang!" Alfonso menatap Yunifer dengan sinis.
Setelah menyampaikan pesan tersebut, Alfonso dan para adiknya segera meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan Alaric hanya menatap makanan di atas meja dengan tatapan yang tak berselera.
"Kenapa anda begitu? Bukankah harusnya anda senang jika bertemu dengan ayah anda?" tanya Yunifer.
"Ayahku pernah memukulku, dia tidak menginginkan aku lahir di dunia ini," ujar Alfonso sembari menunduk.
Grep!
Yunifer mengengam telapak tangan Alaric sembari tersenyum.
"Temui saja ayah anda, jika dia memukul anda nanti saya yang akan membalasnya," ujar Yunifer sembari tersenyum penuh arti.
"Baiklah!" ujar Alaric.
Walaupun terasa sangat berat, Alaric berusaha keras untuk melawan rasa traumanya di masa kecil.
* * *
Di sinilah Alaric berdiri, kini ia sudah berada di istana utama tempatnya semua orang berkumpul. Ada begitu banyak pelayan yang berlalu-lalang seolah sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Kaki Alaric melangkah dengan ragu-ragu untuk menuju taman kerajaan karena ayahnya sudah menunggu di sana. Setelah sampai di taman, ada begitu banyak kupu-kupu indah yang hinggap di bunga sehingga membuat Alaric terpukau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Tyrant [END]
Roman pour Adolescents"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pangeran Alaric adalah manusia setengah monster, ditubuhnya terdapat sisik naga hitam sehingga membuat s...