Bab 46. Mual-mual.

33K 2.7K 147
                                    

Pagi itu Abdul memilih untuk pulang lebih cepat karena trauma dengan kejadian semalam. Sungguh kejadian semalam membuatnya tidak mau berlama-lama untuk segera pulang.

"Pangeran!" panggil Yunifer.

Mendengar suara tersebut Abdul buru-buru berjalan cepat kemudian segera masuk ke kereta kuda tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Kereta kudanya jalan dengan cepat tanpa memperdulikan Yunifer di belakang sana.

"Kenapa buru-buru sekali?" Yunifer benar-benar dibuat kesal dengan tingkah Abdul.

Gadis itu mengepalkan kedua telapak tangannya dengan penuh emosi. Baru kali ini ada pria yang berani memperlakukannya seperti ini.

Alhasil Yunifer memilih untuk kembali ke istana daripada berdiri diam di sana layaknya orang tolol.

* * *

Kini sudah sebulan berlalu. Kerajaan yang tadinya berjalan dengan buruk, kini menjadi lebih baik setelah pernikahan Alaric. Para rakyat mulai bisa makan dengan benar dan bekerja dengan baik. Kini istana tersebut tidak lagi dijuluki dengan istana berdarah.

Alaric sedang mengadakan pertemuan penting dengan para bangsawan, mereka membahas terkait urusan wilayah.

"Kapan selesainya? Aku perlu membaca buku siang ini untuk mencari mengenai asal-usul sisik Alaric," batin Yunifer.

Masalah utamanya di sini adalah setiap kali ada pertemuan maka Yunifer wajib mendampingi Alaric. Sebenarnya tidak apa-apa jika hanya mendampingi saja tetapi Yunifer dipaksa untuk duduk di pangkuan Alaric.

"Memang wilayah yang dipenuhi monster bagus untuk dijadikan tempat latihan para prajurit," ujar Alaric. Wajah pria itu benar-benar sangat fokus.

"Apa dia tidak malu? Aku duduk di pangkuannya sedangkan orang lain terus menatap ke arah kami? Hancur sudah imageku yang kujaga selama ini." Yunifer membatin.

"Yang Mulia? Apa sebaiknya saya diturunkan saja?" bisik Yunifer.

"Apa pahaku terlalu keras sehingga membuat tubuhmu sakit?" sahut Alaric.

"Brengsek! Suaranya kencang sekali, aku yakin orang-orang akan mendengarnya," gumam Yunifer.

"Tolong turunkan saya," pinta Yunifer.

Alaric hanya tersenyum kemudian beralih mengelus puncak kepala Yunifer dengan penuh kelembutan.

"Tidak usah malu, Permaisuriku. Mereka tidak akan berani merendahkanmu." Alaric sedikit tertawa kemudian kembali memeluk tubuh mungil Yunifer.

"Tubuhnya benar-benar sangat besar dan kekar," batin Yunifer.

Yunifer memperhatikan dengan seksama lengan Alaric yang memeluk tubuhnya. Urat yang terlihat jelas, lengan besar dan perkasa sungguh Yunifer benar-benar dibuat kaget dengan pertumbuhan pria itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang