Prolog

196K 7.7K 699
                                    

Alaric POV.

"Apa Yunifer memiliki teman pria yang tidak aku ketahui? Tidak, mungkin mereka hanya sekedar teman berbagi informasi saja," gumamku.

Aku tidak percaya jika Yunifer memiliki teman selain aku. Yunifer kan sudah bilang bahwa aku adalah manusia sempurna yang pernah dia lihat.

Akulah yang sempurna di matanya, tidak mungkin ada pria yang lebih sempurna di matanya. Aku meremas ujung balkon berusaha untuk menyalurkan rasa panas dalam tubuhku.

"Bagaimana jika dia berpaling darimu? Uhh, aku tak bisa membayangkan mereka berdua menghabiskan malam pertama bersama," bisik Lucifer.

Aku kembali mendengar suara dari Lucifer yang sejak tadi berdiri di belakangku. Aku mencoba untuk mengabaikan suaranya.

Aku sangat kesal ketika mendengar perkataannya yang seolah-olah ingin memojokkanku, aku ingin menangis dan marah ketika mendengarnya.

"Apa yang akan terjadi jika dia dan lelaki itu berpacaran? Kau kan hanya anak kecil yang masih polos, Yunifer tak mungkin berpasangan dengan anak kecil yang polos," bisiknya padaku.

Aku tidak percaya dengan perkataan sampahnya karena Yunifer sudah bilang padaku bahwa Yunifer tidak akan pernah meninggalkanku.

Ada sesosok bayangan hitam yang tinggi dan besar yang senantiasa berdiri di belakangku. Aku menamainya Lucifer karena wujudnya yang seperti iblis neraka. Hanya aku yang dapat melihatnya, bahkan Yunifer tak dapat melihatnya. Lucifer menyerupai aku tetapi bedanya ia memiliki tanduk, tubuh yang tinggi dan memiliki gigi-gigi tajam seperti seekor monster.

Lucifer adalah makhluk aneh yang selalu mengikutiku sejak aku menginjak umur tujuh tahun, bahkan dia sering mengangangu tidurku di tengah malam. Dia juga kadang mencuri makanan dari istana untuk diberikan padaku tetapi terkadang sifatnya menyebalkan.

"Kau terlalu polos Alaric, sangat polos. Kasihan sekali Yunifer karena harus berhadapan dengan manusia yang polos sepertimu, Yunifer tak akan merasa puas di ranjang jika bersanding dengan manusia polos sepertimu," bisiknya.

Aku merasa ingin memukul mulut Lucifer tetapi aku tahan. Aku sibuk memperhatikan kedekatan Yunifer dengan seseorang yang tak aku kenal.

"Yunifer itu bilang bahwa dia tak akan meninggalkan aku, kenapa kau tidak mengerti?!" ujarku padanya.

Aku meremas ujung tembok sehingga membuat tembok tersebut hancur. Serpihan tembok jatuh ke tanah. Tembok yang aku genggam sudah tak berwujud lagi.

"Aku sangat takut denganmu, berhenti berpura-pura menjadi anak yang cengeng dan tunjukkan wajah aslimu di hadapannya. Aku sangat jijik ketika melihatmu berakting menangis di depan Yunifer, hahaha! Dasar, manusia munafik! Kau munafik dan menjijikan!" bisiknya.

Aku hanya memasang ekspresi datar seolah tak mendengar perkataan tersebut. Aku segera masuk ke dalam kemudian menuruni tangga dengan gerakan cepat.

Aku sedikit berlari ke arah taman untuk menemui Yunifer. Sesampainya di taman, dapat aku lihat pria yang sok ganteng itu masih menghalangi langkah Yunifer.

"Yunifer, kenapa kau lama sekali. Aku sudah sangat lapar." Aku berlari kemudian memeluk tubuh Yunifer di depannya.

"Kenapa anda datang ke sini? Seharusnya anda istirahat saja di kamar," ujar Yunifer.

"Aku tak bisa karena aku sudah lapar." Aku menatap dengan polos ke arah Yunifer.

Yeah. Aku akan membohonginya dengan tatapan polosku agar dia luluh padaku kemudian memperlakukan aku seperti anak-anak pada umumnya.

"Dia siapa? Apa Yunifer punya teman baru?" tanyaku.

"Dia hanya tamu," sahut Yunifer.

"Wah, benarkah? Apa aku punya teman baru? Wah, keren aku sangat suka! Paman, siapa namamu?" Aku melepaskan pelukanku kemudian menghampirinya.

Dia hanya menatapku dengan tatapan kasihan seolah-olah merasa kasihan denganku. Bangsat sekali, aku tak mau kau mengasihaniku. Aku rasanya ingin menyuruh Lucifer yang sejak tadi berdiri di belakangku untuk memakan pria ini.

* * *

Ini spoiler cerita Monster Tyrant yah.

Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang