Bab 33. Semak-semak🔞

94.7K 2.9K 105
                                        

Yunifer merasa risih ketika Alaric terus mengikutinya sendari tadi. Gadis itu benar-benar kehilangan cara untuk mengusirnya.

"Saya akan menyiapkan anda sarapan, mohon Yang Mulia untuk duduk dulu," pinta Yunifer.

Alaric mengangguk kemudian duduk di kursinya dengan tenang sedangkan Yunifer menyiapkan makanan untuk dihidangkan.

Setelah menyelesaikan urusan membuat makan, mereka pun mulai makan bersama. Alaric menoleh ke arah gadis itu sambil tersenyum.

"Hal bejat apa yang aku lakukan pada Alaric? Aku takut jika masa depan yang aku lihat terjadi sekarang, aku terlalu pengecut untuk mendekati pria ini. Aku takut senyumannya itu hanya topeng, aku takut dia diam-diam merencanakan pembunuhanku seperti di masa depan," batin Yunifer.

"Alaric harus bersama Grasella, itulah rencana terakhirku, harus karena hanya gadis itu yang bisa menyembuhkan Alaric, aku ingin menjauhinya, sejauh mungkin. Tapi di satu sisi, aku ingin meninggalkan kesan yang baik," batin Yunifer.

"Aku takut ikut jatuh ke dalam permainannya. Yah, kejadian semalam harus aku pastikan hanya terjadi sekali saja, aku tidak boleh hamil anak pria ini," batin Yunifer.

Yunifer meminum minuman anggur yang terletak di depannya, kening gadis itu mengerut dengan heran.

"Apa Yang Mulia menyetok begitu banyak anggur?" tanya Yunifer.

Pasalnya minuman anggur tersebut berasal dari pemberian Alaric. Tadi pagi pria itu minta izin untuk pulang karena ingin mengambil sesuatu di penginapan.

"Iya!" seru Alaric dengan penuh semangat.

"Rasanya agak sedikit aneh," batin Yunifer.

"Apa Yunifer tidak merasa mual?" tanya Alaric secara tiba-tiba.

"Mual? Memangnya ini anggur basi sampai saya harus mual?" Yunifer mengerutkan keningnya dengan keheranan.

"Tidak, itu adalah anggur kelas atas milik para bangsawan, bukan itu maksudku. Apa Yunifer tidak merasa pusing atau mual?" tanya Alaric.

"Tidak." Yunifer menjawab dengan entengnya. 

Ekspresi Alaric yang tadinya semangat berubah menjadi murung, jari-jarinya kini mengetuk-ngetuk meja berkali-kali.

"Apa dia belum menunjukkan tanda-tanda akan hamil? Jujur saja, aku benar-benar tidak sabar ingin menikahinya segera. Jika dia tidak hamil, aku yakin dia tidak mau menikah denganku, bisa saja dia akan kabur lagi," batin Alaric sembari menatap Yunifer.

"Memangnya kenapa?" tanya Yunifer.

"Polos sekali pertanyaannya, apa dia tahu sebenarnya apa isi pikiranku? Atau dia hanya pura-pura tidak tahu, tapi sepertinya dia memang polos," batin Alaric.

"Tidak, aku hanya merasa mual karena sinar matahari yang terlalu panas, jadi aku juga bertanya pada Yunifer, apakah Yunifer merasakan hal yang sama atau tidak," jelas Alaric.

"Ohh, begitu ya." Yunifer menganggukkan kepalanya, namun tingkah itu membuat Alaric menggila.

"Apa yang dia lakukan? Dia percaya begitu saja? Mana ada seorang pria yang mual hanya karena sinar matahari?" batin Alaric.

"Aku benar-benar tidak sabar ingin menerkamnya lagi di atas ranjang, membuatnya menangis hingga rambutnya menjadi berantakan, serta mendengar bibirnya yang memerah menyebut namaku berkali-kali di atas ranjang," batin Alaric.

"Kapan perut rata itu akan sedikit berisi?" batin Alaric sembari melirik ke arah perut Yunifer.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang