Setelah menyelesaikan kegiatan mandi, Alaric kembali berlatih berpedang seorang diri untuk meningkatkan kemampuannya. Tiba-tiba Yunifer datang dengan membawa pedang kayu di tangannya.
"Jika anda latihan seperti itu maka lawan akan dengan mudah membaca pergerakan anda," ujar Yunifer.
Alaric agak terkejut dengan suara yang tiba-tiba didengar olehnya. Dia hanya tersenyum ketika melihat gadis itu sudah berdiri di hadapannya.
"Bagaimana jika kau mengajariku cara berpedang?" Alaric tersenyum.
"Nama saya Yunifer, silahkan panggil dengan nama saja."
Mereka mulai latihan berpedang bersama-sama tiba-tiba Alaric tidak sengaja melukai tangan Yunifer. Latihan pedang pun berhenti.
"Ma--maafkan aku." Alaric menjatuhkan pedangnya kemudian menghampiri Yunifer.
"Ini semua salahku seharusnya aku tidak berada di sekitarmu karena aku sudah terkena kutukan, maafkan aku." Alaric menunduk sedih sembari memperhatikan memar di tangan Yunifer.
"Jika anda terus menyalahkan diri anda sendiri maka saya akan meninggalkan anda detik ini juga," ujar Yunifer.
"Jangan begitu, setelah sekian lama aku berdoa pada dewa untuk mendapatkan seorang teman, jadi tolong jangan ucapkan kata seperti itu. Maafkan aku." Alaric mendongak untuk menatap wajah Yunifer.
"Ini bukan salah anda, mana ada orang tampan di dunia ini yang membawa sial?" Yunifer mengacak-acak rambut Alaric.
"Aku? Tampan?" Alaric menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan tidak percaya.
"Pangeran Alfonso bilang aku buruk rupa," ujar Alaric sembari duduk di rumput hijau.
"Kau lebih tampan dari pangeran Alfonso, pangeran Alfonso hanya iri denganmu." Yunifer duduk di samping pria itu.
"Benarkah? Berarti Alfonso berbohong padaku," Alaric tersenyum penuh bahagia.
"Sebentar lagi akan ada pesta dansa di kerajaan, apa anda ingin pergi bersama saya?" tanya Yunifer.
"Aku? Tidak, aku takut orang akan muntah karena melihat wajahku, jadi kau saja yang pergi karena kau cantik!" Alaric berucap sembari tersenyum.
"Jika anda tidak mau ikut maka saya juga tidak akan ikut."
Mendengar perkataan tersebut membuat Alaric refleks merasa bersalah lagi. Pria itu melirik tangan Yunifer yang masih memar sehingga membuat perasaan bersalahnya semakin parah.
"Baiklah, aku akan ikut," ujar Alaric.
"Ayo latihan lagi!" ajak Yunifer.
Selama latihan dimulai Alaric berusaha keras untuk tidak melukai pergelangan tangan gadis itu. Baru kali ini Alaric berpedang menggunakan hati bukan menggunakan pikiran dan akal.
* * *
Kini Yunifer sedang sibuk dengan buku hariannya. Ia sedang menulis tentang masa depan yang akan terjadi nanti.
"Putri Grasella akan bertemu dengan Alaric di pesta dansa kali ini, jadi aku harus membantu mereka berdua untuk saling bertemu. Putri Grasella akan melepaskan perisai yang ada pada pangeran Alaric lalu aku akan membantunya untuk menjadi seorang raja, hmmm ini rencana yang matang." Yunifer sibuk menuliskan kalimat tersebut di buku hariannya.
"Aku juga akan meminta imbalan berupa ramuan langkah yang dimiliki oleh kerajaan ini, setelah menyatukan mereka berdua aku akan kembali ke negaraku. Aku yakin ini yang terbaik," gumam Yunifer.
Gadis itu menulis semuanya di buku harian miliknya setelah itu ia kembali berbaring di atas kasur miliknya dengan senyuman di bibirnya, setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan lega. Kini tidak akan ada yang bisa membunuhnya di masa depan karena Alaric sudah patuh padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Tyrant [END]
Dla nastolatków"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pangeran Alaric adalah manusia setengah monster, ditubuhnya terdapat sisik naga hitam sehingga membuat s...
![Monster Tyrant [END]](https://img.wattpad.com/cover/282111635-64-k116558.jpg)