Bab 7. Lagi Manja.

51.4K 3.8K 245
                                    

Alaric memakan kue di depannya dengan sangat lahap tanpa memperdulikan sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan pergerakannya. Lelaki itu tampak asik sendiri dengan dunianya hingga tanpa sadar kue di atas meja habis tanpa tersisa.

"Apa ini yang anda maksud makan bersama?" Yunifer terkekeh geli ketika menyaksikan Alaric menghabiskan semua kuenya.

"Ups! Maafkan aku Yunifer, aku benar-benar tidak sadar jika kau tidak dapat kue. Aku minta maaf." Alaric menundukkan kepalanya karena merasa amat bersalah.

Ada serpihan kue di bibir Alaric karena terburu-buru ketika makan. Jari-jari Yunifer terulur untuk membersihkan serpihan kue tersebut.

"Eh?" Kedua pipi Alaric kembali memerah ketika jari-jari dingin Yunifer menyentuh bibirnya.

"Apa anda sangat suka dengan kuenya?" Yunifer menyingkirkan tangannya kemudian mengambil posisi duduk normal seperti semula.

"Sedikit." Alaric mendongak dengan tatapan mata yang berbinar-binar.

Bohong. Yunifer sudah tahu bahwa perkataan itu adalah kebohongan karena sebenarnya lelaki itu sangat suka dengan kue dapat dilihat dari cara makannya seperti orang yang tidak makan selama sebulan saja.

"Ukh!" Alaric berdesis ketika merasakan sisik-sisik di tubuhnya kembali terasa sakit.

Alaric memegang wajahnya yang ditumbuhi sisik, wajahnya terasa sakit dan panas seperti sedang terbakar. Pria itu berusaha untuk menyembunyikan rasa sakit pada wajahnya dari Yunifer.

"Apa anda baik-baik saja?" tanya Yunifer dengan raut wajah khawatir.

"I--iya, aku baik-baik saja." Alaric menjawab dengan terbata-bata.

Yunifer menyadari bahwa pria di depannya itu berbohong untuk kedua kalinya lagi. Gadis itu tidak sebodoh itu.

"Uhuk!" Alaric tiba-tiba batuk darah.

Deg!

Yunifer membulatkan kedua matanya ketika melihat pria itu memuntahkan darah dengan entengnya. Raut wajah Yunifer yang awalnya tenang kini menjadi terkejut dan panik.

"Ma--maafkan aku Yunifer padahal ini di meja makan, tenang saja karena ini hanya muntah biasa. Aku akan baik-baik saja, maafkan aku!" Alaric buru-buru menyeka darah yang keluar dari mulutnya menggunakan sapu tangan yang selalu berada di sakunya.

"Sejak kapan anda sering muntah seperti ini?" Yunifer segera merobek ujung gaunnya kemudian membersihkan darah tersebut.

"Ini sering terjadi sesudah makan, ini adalah alasan utama ayahku tidak ingin mengajakku makan bersama karena takut aku akan menodai makanan," jelas Alaric.

"Ini tidak apa-apa, Yunifer tidak usah mengotori gaun milikmu." Alaric menghentikan pergerakan Yunifer yang terus saja membersihkan darah dari mulutnya.

"Ini sungguh tidak apa-apa." Alaric tersenyum dengan sepenuh hati.

"Ini sudah sering terjadi ya?" Yunifer kembali duduk di kursinya.

"Aku yakin jika aku sering memuntahkan darah, besar kemungkinan racun kutukan yang ada di dalam tubuhku akan hilang," jelas Alaric.

Yunifer menunduk dengan hatinya yang benar-benar merasa sangat tersentuh dengan perkataan tersebut. Gadis itu benar-benar merasa sakit hati sekaligus merasa kasihan. Pantas saja Alaric menjadi penjahat di masa depan.

"Ini biasa saja dan tidak perlu dibesar-besarkan." Alaric tersenyum sehingga memperlihatkan sederetan giginya yang putih.

Yunifer menatap lekat-lekat wajah yang tetap ceriah itu. Ekspresi ceriah tak pernah hilang walaupun kondisinya yang sedang berada di ambang kematian. Yunifer baru menyadari bahwa orang jahat tercipta dari seseorang yang hidup di lingkungan yang kurang tepat.

Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang