"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya.
* * *
Pangeran Alaric adalah manusia setengah monster, ditubuhnya terdapat sisik naga hitam sehingga membuat s...
Anne tersenyum penuh kemenangan ketika berhasil menjebak Yunifer ke dalam jebakkannya. Wanita yang berumur empat puluh tahun itu duduk di kursi dapur sembari memakan buah anggur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sudah bisa dipastikan dia akan mati besok," ujar Anne sembari tertawa.
Tiba-tiba Dania yang merupakan pelayan yang tugasnya bekerja di dapur tidak sengaja mendengar perkataan dari Anne.
"Siapa yang akan mati?" tanya Dania.
"Cih! Tentu saja Rossela, pelayan berambut merah yang datang tadi. Aku tidak suka dengannya, dia itu sombong sekali, anehnya Yang Mulia memperlakukannya dengan baik," sahut Anne.
Dania yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya dengan mengerti. Mereka berdua kini duduk bersama, mereka sedang menunggu suara teriakkan dari arah kamar tersebut.
"Apa Rossela akan selamat? Selama ini tidak ada orang yang berhasil selamat dari kamar mawar berdarah," ujar Dania.
Kamar mawar berdarah sebutan untuk kamar yang dimasukki Yunifer tadi. Kamar tersebut adalah tempat untuk para gadis dibunuh oleh Alaric.
Kamar tersebut setiap malam akan terdengar suara teriakkan kesakitan dari para gadis yang telah terpilih menjadi tumbal. Jika seorang gadis sudah masuk ke kamar tersebut, maka bisa dipastikan esok pagi hanya akan ada jasadnya.
"Aku yakin kepalanya akan dipenggal hari ini," ujar Anne.
"Kasihan sekali," sahut Dania.
"Kenapa kasihan dengan pelayan seperti itu? Dia bahkan berani membantah perkataan Yang Mulia. Kenapa kau masih kasihan padanya?" Anne menatap tidak suka ke arah Dania.
"Bukan seperti itu, hanya saja apa kau tidak kasihan?" tanya Dania.
Anne memang oranglah yang cerewet dan mudah akrab pada para bawahannya. Jadi, ia selalu menggunakan bahasa non baku jika berbicara dengan bawahannya karena begitulah dirinya.
"Cih! Melihat wajah angkuhnya itu membuatku percaya diri untuk membuatnya mati!" Anne kembali menguyah buah anggur di tangannya sambil tersenyum bahagia.
"Kenapa lama sekali teriaknya? Apa Yang Mulia mencekik lehernya sehingga gadis itu tidak bisa berteriak?" tanya Anne.
"Tidak mungkin, biasanya Yang Mulia jijik menyentuh gadis lain selain gadis bernama Yuni, Nia, Yuni apa yah? Aku lupa namanya." Dania menggaruk kepalanya dengan harapan bisa mengingat nama gadis tersebut.
"Yuniar?" tanya Anne sambil tertawa.
"Jangan bercanda!" Dania memasang ekspresi kesal.
"Yunifer," ujar Anne membenarkan perkataan Dania.
"Nah itu kau tahu!"
"Iya, aku jarang melihat wajah gadis bernama Yunifer itu," ujar Anne.
"Aku sering melihatnya, setiap kali aku mengantarkan makanan ke kamar Yang Mulia, aku selalu melihat lukisannya ada di setiap sudut kamar Yang Mulia. Kamar mawar berdarah juga ada banyak lukisan Yunifer," jelas Dania.