Bab 24. Ngomong sama Mayat.

34.2K 2.8K 175
                                    

Kemarahan dari Alaric mampu membuat kerajaan hancur dalam semalam, kebakaran terjadi di mana-mana sehingga membuat orang berhamburan ke mana-mana.

Alfonso mengarahkan prajuritnya untuk segera menyerang Alaric menggunakan busur panah. Beberapa prajurit mengambil ancang-ancang ingin memanah Alaric agar pria itu tumbang.

Namun, tiba-tiba Deric keluar dari ruangannya kemudian menghentikan pergerakan orang-orang yang ingin melarikan diri.

"Alaric, putraku jangan buat kekacauan ini. Bukankah kau sebentar lagi akan menjadi seorang raja?" ujar Deric.

Deric mengetahui bahwa Alaric yang membuat kekacauan sebab topeng yang pria itu gunakan adalah topeng khas milik Alaric.

Alaric mengepalkan kedua telapak tangannya kemudian dengan cepat menghampiri Deric.

"Jangan banyak bicara, apa begini caramu memperlakukan aku? Aku tidak ingin menjadi putra mahkota, aku tidak ingin menjadi penerusmu karena jika aku mau aku bisa membunuhmu kemudian menguasai kerajaan sampahmu ini." Alaric menarik baju Deric dengan kasar.

Beberapa prajurit langsung menodongkan senjata mereka ke arah Alaric karena berusaha untuk melindungi sang raja.

"Aku baru tahu bahwa putra tercintaku ternyata memiliki sikap yang kasar dan tidak sopan, padahal waktu kecil kau memohon seperti pengemis demi bisa bertemu dengan pelayanmu itu," bisik Deric.

Bruk!

Alaric dengan kasar mendorong tubuh Deric sehingga membuat tubuh pria itu terjatuh. Para prajurit segera membantu Deric untuk berdiri kemudian melindungi lelaki itu dari putra mahkota.

Alaric hendak mengeluarkan kekuatannya untuk membakar istana tetapi salah satu pelayan tiba-tiba datang sambil membawa lukisan ibu kandungnya.

"Apa kau lupa dengan surat terkahir dari ibumu?!" tanya Deric.

Alaric seketika sadar dan merenung, jika bukan karena surat terakhir dari ibunya pria itu akan kabur dari istana tetapi karena ia terkekang dengan permintaan ibunya.

"Apa kau lupa dengan surat ini?" Deric mengeluarkan surat dari sakunya kemudian menunjukkannya pada Alaric.

Alaric sadar bahwa kini seharusnya ia menjadi penerus dari ayahnya sesuai dengan keinginan almarhum ibunya, miris sekali tetapi itulah alur kehidupannya.

Alaric mengepalkan kedua telapak tangannya dengan penuh amarah, dadanya terasa sangat sesak kemudian ia terduduk di tanah, ia pasrah.

Pria itu menangis di hadapan semua orang, ia menyalurkan rasa sesak di dadanya. Saat ini Alaric hanya menginginkan keadilan bagi dirinya sendiri. Namun, bukannya mendapatkan keadilan ia malah dipaksa untuk mengingat surat peninggalan ibunya.

Orang-orang segera meninggalkan Deric dan Alaric karena mereka ingin memadamkan api yang membakar taman istana.

"Apa kau sudah lupa dengan janjimu sendiri? Ibumu meninggal karena ulahmu dan kau harus membalas budi dengan cara menjadi penerusku," bisik Deric.

Deric memerintahkan salah satu prajuritnya untuk memukul pundak Alaric. Sehingga membuat Alaric pingsan seketika.

* * *

Satu Minggu Kemudian.

Kini Alaric sudah satu Minggu tinggal di istana utama bersama dengan orang-orang, ia juga senantiasa memakai topeng.

Pria itu juga mengikuti beberapa kelas khusus untuk putra mahkota, seolah-olah pria itu sudah menerima semua keadaannya.

Alaric sudah setuju menjadi penerus ayahnya sehingga membuat Alfonso dan antek-anteknya merasa iri setengah mati kepadanya.

Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang