Bab 10. Manipulatif.

59.7K 4.2K 287
                                        

Alaric POV.

Dapat aku lihat dengan jelas raut wajahnya yang seolah ingin lebih dalam mengenalku, sebenarnya aku penasaran dengan asal-usulnya karena dia tiba-tiba mendekati Yunifer.

Aku melirik ke arah keranjang yang kini berada di tangannya, sebuah keranjang tomat. Aku tersenyum dengan lebar sembari mengulurkan tanganku ke arahnya.

"Perkenalkan namaku Alaric," ujarku dengan senyuman yang tak pernah pudar.

Pria itu hanya tersenyum kemudian menerima uluran tanganku, aku berkali-kali lipat merasa sangat kesal dengan responnya.

"Saya Leo," ujarnya sembari melepaskan jabat tangan kami.

"Dia tampan kan?" bisik Yunifer padaku.

Aku terdiam kaku ketika mendengar perkataan tersebut keluar dari bibir Yunifer, aku masih tidak percaya bahwa pria di depanku ini berhasil menarik perhatiannya.

Aku menunduk sedih sedangkan Yunifer mengerutkan keningnya karena merasa heran dengan perubahan sikapku.

"Apa anda kedinginan karena terlalu lama berada di luar?" tanya Yunifer padaku.

"Entahlah." Aku menjawab dengan nada yang sedikit kesal.

"Kenapa anda menjawab seperti itu?" Yunifer menarik tanganku untuk segera masuk ke dalam.

Kini kita bertiga sudah berada di dapur. Aku berkali-kali menendang pelan kursi yang ada di depanku sembari memperhatikan Leo dan Yunifer yang sedang sibuk memasak. Aku cemberut setiap kali mereka tidak sengaja bersentuhan.

Aku melipat tangan di depan dada layaknya orang yang sedang merajuk.

Selang beberapa menit, akhirnya makanan di hidangkan di atas meja. Aku tidak mau makan, aku hanya diam.

"Apa begini caramu menarik perhatian lawan jenis? Jika kau tidak makan, kau akan sakit. Oh, atau jangan-jangan kau marah karena ucapanku yang tadi? Oh ayolah, jangan terlalu simpan di hati," ujar Lucifer.

Aku tidak mendengarkan perkataannya sama sekali, aku hanya melipat kedua tanganku di dada. Mau sebanyak apapun Lucifer berbicara, hanya aku yang dapat mendengarkannya.

"Kenapa anda tidak makan?" tanya Yunifer.

"Entahlah, sepertinya aku tidak lapar," sahutku sembari menatap ke sembarang arah agar tidak menatap wajah Yunifer.

"Apa anda ingin daging?" tanya Leo padaku.

Sok asik sekali gayanya. Dia pasti merasa tampan sedunia sehingga bersikap percaya diri seperti itu. Aku hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

"Jika anda tidak makan, anda akan sakit." Yunifer beralih duduk di sampingku.

"Memangnya Yunifer perduli padaku? Bukannya Yunifer lebih suka padanya," bisikku padanya.

"Anda ini kenapa? Jangan berpikiran seperti itu, anda adalah yang utama. Saya tidak mungkin berpaling dari manusia menggemaskan seperti anda ini," ujar Yunifer sembari mencubit pipiku.

Bukannya kesakitan, aku malah tersenyum penuh bahagia karena mendengar perkataan dari Yunifer.

"Benarkah? Tapi kan tadi Yunifer memujinya tampan, jadi mungkin saja Yunifer suka dengannya." Aku menunduk sedih.

Aku menunggu jawaban selanjutnya yang akan dia ucapkan. Aku tidak sabar.

"Anda tetaplah yang paling tampan di antara seluruh pria yang ada di dunia ini," ujar Yunifer.

Aku merasa bangga sekaligus bahagia ketika mendengarnya. Sudah aku duga bahwa akulah yang paling sempurna di matanya, sedangkan Leo hanyalah pria biasa.

Monster Tyrant [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang