Pelan-pelan Shena membuka sebuah kotak dengan pita berwarna biru yang tak lain hadiah dari Kalan. Mungkin sebenarnya dia sangat membenci Kalan namun tak memungkiri bila nanti Shena akan menerimanya.
Setelah kadonya di buka betapa terkejutnya Shena, ia melihat gelang yang berhiaskan manik-manik berwarna putih dan pink dalam hatinya ia begitu senang melihat gelang itu dan ada secarik kertas di dalamnya. Namun saat ingin membuka kertas itu ada telpon masuk, ia buru-buru merapihkan dan menaruh di atas meja.
Lain hal setelah Kalan sudah sampai di rumah, ia langsung mengajak si kembar main agar nantinya saat papanya dan Tante Lisa pergi si kembar tidak bosan. beberapa jam bermain dan makan ada suatu kejadian dimana Kalan tiba-tiba di hantui rasa cemas kepalanya pusing dan bayangan akan masa lalu membuat Kalan berteriak.
" Tidak ! Jangan !" Teriak Kalan sembari menutup kedua telinganya, kembar yang melihat itu ketakutan.
" Jangan lakukan itu, jangan sakiti gue !" Ucap Kalan yang belum sadar akan halusinasi kemudian Kalan mendekati si kembar tampak mereka begitu ketakutan dan saat itu fio berada di atas mainan rumah-rumahan yang ingin menghindari tapi belum sempat fio terjatuh dari atas rumah-rumahan itu. Tapi untungnya Ali dan Lisa baru saja pulang, mendengar hal keributan di dalam rumahnya mereka dengan sigap masuk.
" Fio, Leo ada apa ini?" Ucap Lisa dengan khawatir.
Ali melihat Kalan yang hanya mematung sambil berjongkok ketakutan melihat kejadian tadi.
" Kalan ada apa dengan adik kamu ?" Ucap Ali.
Namun pandangan Kalan masih datar belum ada ekspresi apapun.
" Fio kamu kenapa Sampai terluka kalan apa yang kamu lakukan sama anak saya " ucap Lisa marah.
" Sa-ya tidak melakukan apapun Tante "
" Bohong, bagaimana bisa kamu saya suruh buat jagain anak saya tapi kenapa sampai terluka, bawa fio ke rumah sakit sekarang mas " ucap Lisa khawatir.
" Kalan kenapa kamu lakuin ini, papa tau kamu masih benci sama papa tapi nggak gini caranya, untuk sementara jangan tinggal di sini dulu " ucap Ali yang buru-buru pergi ke rumah sakit.
Kini hanya Kalan yang duduk di dalam kesunyian rumah, ia benar-benar bingung ia tidak tau kenapa traumanya tiba-tiba muncul dan tidak sengaja membuat adiknya terjatuh, ia masih termenung. Masa lalunya memang belum hilang sepenuhnya dia juga sebenarnya belum siap bertemu papanya. Apalagi dulu ia di ajarkan sangat keras untuk menjadi pemain basket. Ia ingat sekali bahwa papanya itu sangat keras kepadanya dulu di tambah ada kesalahan di masa lalu sampai ia begitu takut bahkan sekarang saja ia masih mengingat hal itu bahwa nanti papanya akan semakin membencinya.
Kalan buru-buru membereskan pakaian serta membawa koper untuk pulang ke rumah mamanya.
Sebelum benar-benar ke rumah, Kalan menemui psikiater yang pernah mamanya rekomendasikan. Tempatnya yang tak begitu jauh membuat dirinya segera untuk ke sana agar pikirannya sedikit tenang.
Sesampainya di tempat psikiater, Kalan yang masih keadaan shock dan lesu mengantri di lobi untuk daftar antrian. Ia tak sengaja melihat seorang anak kecil sendirian yang duduk terdiam di kursi depan lobi. Kalan yang mendapat nomer antrian agak lama menghampiri anak kecil lelaki tersebut. Ia penasaran mengapa anak kecil itu duduk sendirian.
" Hei nama kamu siapa ? " tanya Kalan duduk di samping anak kecil tersebut.
" Hai kakak, aku Azi " sahutnya sembari tersenyum ceria.
" Azi lagi nunggu siapa ? "
" Nunggu antrian juga kak " ucapnya seketika membuat Kalan terdiam.
" Kakak juga mau periksa ya sama dokter " lanjutnya membuyarkan lamunan Kalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
KALAN [ SELESAI ]
General Fiction[ FOLLOW + VOTE DULU SEBELUM BACA] Cerita ini tentang Kalan Abakhtar, seorang mahasiswa yang pintar nan berbakat bahkan menyandang sebagai ketua basket yang terkenal di universitasnya. Namun, masa lalunya membuat ia trauma dan mengalami penyakit PTS...