27

115 6 0
                                    

Saat berada di luar ruang musik tampaknya Binar tak enak hati dengan Lentera apalagi Lentera ingin di antar Kalan untuk pulang.

" Kal mending Lo anterin Tera deh " ucap Binar.

" Loh kan ada Aldar ?"

" Ya gue nggak enak aja dia kan maunya sama Lo "

Di saat bersamaan Lentera dan Aldar menghampiri mereka.

" Tera gimana Lo mau pulang sama Kalan ? Nggak apa-apa nanti gue pulang sendiri aja " sahut Binar.

" Eh nggak bin Lo pulang bareng Kalan aja ntar gue sama Aldar bisa " ucapnya namun sedikit kaku.

" Yaudah bin ayo pulang " ajak Kalan.

Melihat ucapan tadi hati Aldar lega, ternyata Tera masih memberikan kesempatan untuknya walaupun sekedar mengantar pulang. Tapi sebenarnya dari ekspresi Tera masih enggan menerima, ia hanya terpaksa kalau bukan karena Kalan.

Setelah di parkiran.....

" Ini Tera helmnya " senyum Aldar namun tetap saja Tera masih memasang ekspresi datar.

Di sisi lain saat Binar pulang dengan Kalan, batin binar masih merasa tak enak kala Lentera mengajak Kalan untuk pulang bersama. Ia begitu takut Lentera marah padanya meskipun mereka tak ada hubungan apa-apa tapi Binar tau kedekatan Tera dan Kalan apalagi mereka sahabat masa kecil.

" Kal " ucap Binar dengan posisi ia membonceng motor Kalan.

" Iya ? " Sahutnya sedikit menengok ke arah pantulan spion.

" Gue boleh ngomong bentar ? " Ucapnya.

" Oke. Nanti berhenti di pinggir halte depan "

Kalan melajukan motornya menuju pinggir jalan agar tidak menganggu pengendara motor lain dan tampaknya juga Binar ingin berbicara serius kepadanya.

Setelah sampai keduanya lalu turun, Binar yang sedang berusaha untuk membuka helm tampaknya masih susah untuk di lepaskan. Kalan yang memperhatikan berinisiatif membukakan helmnya.

" Sini biar gue bantu " sembari mendekat melepaskan pengait di helm tersebut.

Deg.....deg....

" Astaga ini jantung gue kenapa ya, pliss Bin jangan baper " batin Binar.

Layaknya Binar, Kalan pun tampak grogi.

" Duh jantung gue kenapa kenceng banget saat deket Binar " batin Kalan

Seolah-olah batin mereka sedang saling bicara.

Posisi mereka berdua tampak begitu dekat membuat jantung Binar berdegup kencang sama halnya dengan Kalan. Sempat terjadi adu tatap mata antar keduanya membuat sunyi, seketika hiruk pikuk jalanan tidak menganggu keberadaan  suasana saat itu.

" Eh maaf Kal " ucap Binar mengembalikan keadaan.

" Iya " sahut Kalan sembari tersenyum tipis namun tak begitu terlihat oleh Binar.

" Hmm kita ngomongnya di caffe itu aja ya, gue laper sekalian makan hehe" lanjut Kalan.

" Yaudah ayo "

Saat keduanya telah sampai di caffe terlihat suasana roof top yang indah dengan desiran angin sepoi-sepoi, tempatnya tidak terlalu ramai jadi lebih leluasa jika ingin sekedar mengobrol.

" Kal maaf ya jadi ngerepotin Lo " ucap Binar sembari menyematkan helaian rambutnya yang tergerai ke belakang kuping.

" Santai aja bin gue sama anak Alister kan udah janji bakal bantuin Lo apalagi soal teror gue nggak tega kalau Lo ikut-ikutan jadi sasaran gara-gara gue juga" ucap Kalan.

KALAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang