12

160 12 0
                                    

Setelah Dirga melihat Binar yang mengantar pesanan bunga, ia buru-buru ke sebuah ruang yang mungkin menjadi tempat favorit Dirga.  Ia membuka pelan pintu itu karena sudah lama sekali ruang itu tidak di gunakan sehingga di kunci.
Setelah terbuka terlihat ruangan itu hampir semuanya terselimutkan kain putih dengan banyaknya debu-debu dan sarang laba-laba di tembok-tembok.

Dirga mulai berjalan menuju sebuah benda yang juga di tutup kain putih.
Tangan mulai menarik kain tersebut dan setelah dibuka ternyata sebuah piano besar lengkap dengan kursi duduknya.

Dirga mulai menyapu debu-debu halus di sekitar piano tersebut.
Ia lalu duduk tepat berhadapan dengan piano kemudian merenggangkan jari jemarinya dan perlahan menekan satu persatu di setiap not piano.

Walau masih bisa senyum
  3 6 5 5 4 3 4 6
Namun tak lepas dulu
  6 7 1' 7 6 5/ 2' 1'
Kini aku kesepian
6 7 1'1' 6 7 1'7

Kamu dan segala kenangan
  5 6 7 1' 2' 5' 4' 3' 3'
Menyatu dalam waktu yang berjalan
  2' 3' 4' 1' 7 1' 2' 4 3 2'1'
Dan aku kini sendiri
  6 71' 2'3' 6' 5' 4'4'
Menatap dirimu hanya bayangan
3' 4' 5' 4'3' 6 7 1' 3' 2' 2'

Tak ada yang lebih pedih
5 6 7 1' 2' 5' 4' 3'
Daripada kehilangan dirimu
2' 3' 4'1' 7 1' 2' 4 3 2' 1'
Cintaku tak mungkin beralih
6 7 1' 2' 3' 6' 5' 4' 4'
Sampai mati hanya cinta padamu
  3' 4' 5'4' 3' 6 7 1' 3' 2'2'

Dengan nada yang di hasilkan oleh setiap tekanan jari jemari Dirga membuat setiap bunyi yang di hasilkan begitu terasa tenang dan nyaman.

Namun ternyata Binar mendengar suara piano itu.

" Siapa ya yang main piano apa jangan-jangan kak Dirga " ucapnya
Kemudian ia berjalan mendekati sumber suara tersebut

langkahnya terhenti ketika melihat sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka serta sumber suara semakin dekat.

Saat memainkan piano tersebut mendadak di tengah-tengah nada, nafas Dirga terengah-engah. ia beberapa kali memegang dada kanannya sembari menenangkan diri, satu persatu nadanya bersuara semakin kecil. wajah Dirga juga kembali memucat, Binar yang melihat itu segera melangkah ke arah Dirga.

Namun saat hendak menghentikan permainan pianonya di akhir lirik pandangan Dirga semakin blur dan tubuhnya lemas, dan hendak berdiri tiba-tiba kehilangan keseimbangan.

" Bruk....." Suara vas bunga di samping piano terjatuh setelah Dirga berusaha untuk menahan dan di situ pula tangan Binar menompang bahu Dirga agar tidak terjatuh.

" Kak Dirga kenapa ? " Ucapnya panik membuat Dirga kaget dan terdiam sejenak.

" Lo ngapain disini siapa yang nyuruh masuk ? "  Ucapnya dengan nada lirih namun penuh penekanan.

" Ma-af kak tadi gue denger dari luar, biar gue bantu ya "

" Nggak perlu gue bisa jalan sendiri "

" Kak izinin gue ya buat antar kak Dirga sekali ini aja biar nggak jatuh " ucapnya memohon dan Dirga membiarkan Binar menuntunnya ke ruang tamu.

" Biarin gue mau duduk "

" Tunggu ya kak biar gue ambilin obat "

" Eh tunggu Lo pikir gue sakit apa ? Udah biar gue aja ambil sendiri " tegasnya.

" Biar gue ambilin ya " sembari melangkah pergi.

" Nggak usah Binar, jangan pernah melanggar apa yang gue bilang " sahutnya kemudian Dirga berusaha untuk masuk ke kamarnya.

" Tapi kak Dirga nggak apa-apa kan ? Aku bilang ya sama ibu "

" Binar jangan ngelakuin apa yang nggak gue suruh paham ! " Kesal Dirga sebab Binar selalu membantah.

KALAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang