41

93 5 0
                                    

Pagi tampak cerah dengan secercah cahaya masuk di sela-sela jendela kaca kamar Binar. Hari ini binar bangun lebih awal, ia ingin menjemput Dirga di rumah sakit. Hatinya tampak sedikit lega atas kejadian yang menimpanya hari-hari lalu meski entah hari ini Dirga akan bersikap sama atau bahkan takkan menerima keberadaan dirinya lagi. Binar tetap tegar dan akan selalu berusaha ada untuk Dirga.

" Hari ini bawain makanan kesukaan kak Dirga semoga dia suka " gumam Binar sembari senyum dengan suasana hati masih gundah.

Setelah beberapa langkah keluar rumah dan hendak mengunci pagar, ia terkejut dengan keberadaan suara motor yang tiba-tiba berhenti. Saat binar sekilas melihat jaket hitam yang di kenakan pemotor itu, ia paham.

" Kaka Raka " ucap Binar menyapa, lalu Raka yang sudah melepas helmnya segera melangkah ke tempat Binar berdiri.

" Lo mau jemput Dirga kan?" Tanyanya.

" Iya kak "

" Biar gue anter ya " Raka memang sengaja datang untuk mengantarkan Binar, ia benar-benar tidak ingin gadis itu melakukan apa-apa sendiri.

" Hmm ta-pi...." Ucapannya menggantung kala Raka memotong pembicaraan.

" Udah ayok, nanti kelamaan kalah nunggu ojek "

Binar terdiam sejenak, apa yang di katakan Raka memang benar masih jam se pagi ini pasti ojek belum datang.

" Padahal tujuan gue nggak mau ngerepotin Lo lagi eh tapi gue selalu ngerepotin Lo maaf ya kak Raka " ucapnya sedikit lesu.

Raka yang melihat sikap Binar tampak tersenyum manis lalu mengusap pucuk rambut kepala Binar.

" Ihhh rambut gue kak Raka jadi berantakan kan " mendengus kesal.

" Tetep cantik kok hehe "

Seketika Binar tampak canggung ia melihat sisi Raka yang begitu baik andai saja Dirga seperti Raka. Hidupnya mungkin akan selalu bahagia.

Tapi tak semua yang kita lihat benar-benar realita atau hanya pura-pura ?

" Hmm kira-kira kak Dirga bakal marah nggak ya ?" Tanya Binar dengan mata sendu sembari memperhatikan Raka yang akan menyalakan motor.

" Semua bakal baik-baik aja kok " jawab Raka dengan ragu-ragu ia juga tidak tega jika melihat Binar sedih.

" Ayo naik kita segera ke rumah sakit " ajak Raka.

" Siap "

Raka melajukan motornya menuju rumah sakit.

Setelah beberapa menit kemudian sampailah mereka.

" Kenapa kok diem ?" Tanya Raka melihat ekspresi Binar yabg tiba-tiba diam.

" Nggak kok "

" Jangan takut, Dirga nggak akan marah lagi " ucap Raka agar Binar kembali tenang.

Raka dan Binar melangkah ke lorong demi lorong rumah sakit, tak lama kemudian mereka berhenti tepat di ruang Dirga berada.

Binar sedikit ragu langkahnya terhenti kala ia akan membuka pintu, melihat keadaan itu Raka mengangguk untuk menyakinkan Binar.

Sebelum masuk ia menghela nafas panjang agar hatinya begitu siap menerima perkataan Dirga.

Krekk....

Perlahan pintu terbuka, mata Binar menatap ke arah lelaki yang sedang duduk melihat ke arah jendela dengan selang infus yang masih menempel di lengannya.

" Dirga " panggil Raka membuat lelaki itu menengok ke arah mereka.

Tatapannya bertemu Binar takut ada bayang-bayang raut kemarahan dan dari ekspresi datar kakaknya itu.

KALAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang