36

97 4 0
                                    

Raka dan Binar masih menunggu di luar ruangan. Dan di saat yang sama dokter pun keluar.

" Kalian keluarga dari Dirga ? " Tanya seorang dokter paruh baya itu.

" Iya dok Dirga kakak saya, gimana keadaannya, baik-baik saja kan dok ? "

" Hmm untuk saat ini Dirga perlu di rawat inap sementara karena kondisinya belum stabil " dokter menghela nafasnya berat.

" Kakak saya sebenarnya kenapa dok ? " Tanya Binar dengan penasaran.

Saat dokter hendak menjelaskan Raka sepertinya segera memotong pembicaraan.

" Bin apa sebaiknya kita langsung lihat keadaan Dirga "

Karena cemas binar menuruti perkataan Raka, sepertinya Raka memang ingin menyembunyikan sesuatu kepada Binar bahwa Dirga memang sudah sakit sejak lama.

Binar dan Raka dengan segera masuk keruang rawat inap, mereka melihat keadaan Dirga yang lemah dengan infus yang terpasang di tangannya serta beberapa alat oksigen menutup hidung dan mulut Dirga agar membantu pernafasannya.

" Kak Dirga cepet sadar ya, gue pingin tau kak keadaan ayah yang Lo bilang tadi pagi nggak bener kan " ucap Binar mengusap lembut kepala Dirga, matanya masih terpejam sedang binar hanya memandanginya.

" Dirga pasti akan cepet sembuh dia nggak mau terlihat sakit di hadapan Lo Bin " sahut Raka.

" Lo bisa kok benci sama gue tapi jangan pernah tinggalin gue sendirian kak " Binar mencoba menahan agar air matanya tidak menetes.

Raka yang sedari tadi tak tega melihatnya menangis, lalu ia merangkul kedua bahu Binar pelan dan membawa dalam pelukannya.

" Jangan nangis lagi ya " Raka dengan lembut mengusap pucuk kepala Binar agar lebih tenang.

" Gue takut kak-" lirihnya pelan-pelan air matanya deras mengalir.

" Hustt jangan ngomong gitu "

Binar sontak kaget melihat pergerakan jari jemari Dirga menandakan ia sudah bangun.

" Kak Dirga siuman " melihat ke arah Raka dengan senyum.

Perlahan mata Dirga terbuka.

" Gue dimana ? " ujarnya

" Dir tenang Lo tadi pingsan " ucap Raka mendekat.

" Kak Lo baik-baik aja kan?" Tanya Binar tepat di samping Dirga.

" Mau ngapain Lo kesini ! " balas Dirga dengan tatapan tajam.

" Kak yang tadi pagi Lo bilang nggak bener kan ? Ayah keadaannya baik kan ? "

"PERGI DARI SINI !!!, LO PENYEBAB SEMUANYA " teriak Dirga namun tubuhnya melemas detak jantungnya berdetak kencang.

Binar yang mendengar itu tak kuasa menahan tangis ia segera keluar dari ruangan itu secepatnya. Binar berlari ke lorong-lorong rumah sakit dengan keadaan air matanya mengalir deras.

" Ayah " gumam Binar berhenti di salah satu lorong sepi ia menyenderkan tubuhnya di dinding lalu berjongkok dengan memeluk kedua lututnya dan menundukkan kepala.

" Maafin Binar ayah, ini semua karena kesalahan, semua fitnah dan binar belum bisa kasih bukti " ujar binar ia menangis tersedu-sedu merasa bersalah apalagi sikap Dirga yang mungkin tak akan bisa memaafkan dirinya lagi.

" Binar " ucap seseorang.

Binar lalu mendongak ke atas dengan keadaan mata bengkak untuk melihat siapa yang memanggilnya.

" Aldar " dengan buru-buru Binar menghapus sisa air matanya agar Aldar tak melihat.

" Lo kenapa kok nangis ? " Sembari berjongkok menyetarakan posisinya.

KALAN [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang