Part 03

2.1K 102 2
                                    

Happy reading! Typo bertebaran 🙈( ̄3 ̄)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-setahun kemudian-

*ting nong....

"Iya sebentar", bi iyem membuka pintu rumah, saat membukanya ia terkaget.

"maryam tolong panggilkan anak anak saya ke ruang keluarga sekarang juga," ucap seorang pria dengan jas abu abunya ia menggandeng seorang wanita berpakaian minim dengan riasan tebalnya.

Wanita itu berjalan menggandeng mesra tangan bima sambil melengak lengokkan pinggulnya.

"Ayah siapa tante itu?",

"Zalvin, revan, deon sini sayang kenalin ini calon mama baru kalian, namanya mama feby". Ucap bima membuat semua anak anaknya terdiam kaget, mereka mengernyi tak suka.

"ngga ayah gak boleh nikah lagi sama tante itu! Inka gak mau punya mama balu!!". Mereka semua menoleh keasal suara, disana dibelakang deon alinka berdiri dengan baju lusuhnya, bima melototkan matanya pada alinka, membuat sang empu menciut..

"Siapa kamu berani beraninya mengatur saya hah?! Kamu tak lebih dari anak pembawa sial alinka!". Alinka tersentak kaget dengan ucapan ayahnya,

"Mas kayaknya anak anak kamu ngga setuju kalau kita menikah, tidak apa kita batal-",

"tidak feby, mereka hanya butuh menyesuaikan diri saja sama kamu, dan jangan kamu fikirkan ucapan anak kecil itu". Feby tersenyum lembut jauh dilubuk hatinya ia muak melihat anak sok berani itu, lihat saja nanti ketika dia sudah menjadi nyonya besar dia akan menyiksa anak itu sampai mati. Tak ada yang tahu kalau sekarang feby menghunuskan tatapan tajamnya pada alinka,

"Yasudah sek-",

"Ayah udah gak cinta lagi sama bunda?", bima terdiam dengan ucapan deon.

"Ngga deon, ayah cinta sama bunda kalian, ayah han-",

"Terus kenapa ayah ingin menikah lagi dengan wanita itu?", ucap zalvin menunjuk feby dan dengan tatapan tajamnya..

"Denger deon, zalvin, ayah mau kalian ada yang mengurus, ayah juga, dan kalian akan dapat kasih sayang seorang ibu yang udah direnggut oleh anak itu nak". Revan meluluh tetapi tidak dengan deon, ia menatap ayahnya datar setelah itu ia meninggalkan mereka..

Feby memasang wajah cemasnya, "mas apa aku bilang anak kamu-",

"Udah feb, diam aku akan tetap menikahi kamu oke?". Ucap bima meyakinkan feby,  feby lagi lagi tersenyum lembut yang dibuat buatnya.

"zalvin sama revan kalian masuk kamar ayah mau pergi nganterin calon mama kalian pulang ya", mereka mengangguk.

Alinka menatap sendu kepergian mereka, apa setidak diinginkannya ia dirumah ini, sampai ayahnya sendiri menganggapnya tak ada?.

"Non inka, non jangan sedih ya. Kan masih ada bibi disini, bi iyem juga ngga setuju kalo tuan bima nikah sama orang itu hm". Ucap bi iyem yang sedari tadi memerhatikan interaksi mereka, ia menghampiri inka dan memeluknya.

"iya bi, makasih inka sayang bi iyem". Alinka balas memeluk bi iyem tak kalah erat,.

"bi iyem juga sayang sama non inka", mereka berpelukan.

"Hadehh... Udah kayak teletubis aja kalian berdua!", alinka dan bi iyem melepaskan pelukan mereka.

"Kak revan? Kakak ngapain disini?", revan yang baru turun dari anak tangga mendelik tak suka.

"Terserah akulah, rumah rumah aku juga! emang kamu! Pembawa sialnya rumah ini dasar kuman!", revan menabrak bahu alinka kasar hampir terjatuh jika saja bi iyem tidak memegangi badan alinka, alinka tertunduk dalam.

Tak luka fisik, tak luka batin semuanya menyakitkan baginya, masih mending luka fisik bisa diobatin, tapi batinnya sangat sakit mendengar ucapan ucapan tajam dari keluarganya sendiri.

"Sabar ya non, sekarang non inka makan dulu gih, udah siang ini".ucap bi iyem mencairkan suasana,

"iya bi, bibi juga makan yah sama inka". Bi iyem menggangguk tersenyum pilu.

**
Setelah makan siangnya, alinka meminta izin pada bi iyem untuk pergo main ketaman, awalnya bi iyem tak mengijinkan, tapi melihat wajah melas inka bi iyem mengiyakan saja dengan berat hati.

Sudah dua jam alinka berada ditaman, dan yang dilakukannya hanya duduk berdiam diri melihat keluarga harmonis ditaman, ia tersenyum miris. Andai saja kehidupannya seindah anak anak seperti oada umumnya huhfftt ia lelah memikirkannya.

Sore ini suasana mendung awan mulai menitikan air matanya, sama seperti seorang anak berusia 6 tahun itu, ia duduk disebuah taman dengan air mata mengalir, semua orang berhamburan pergi dari taman menghindar air hujan menyisakan gadis kecil yang memeluk dirinya sendiri.

"Kenapa semua hikss.. olang benci inka bunda? Hiikks.. Ayah, kak deon, kak zalvin, sama kak revan hikss.. benci inka, hikss.. inka cuma punya bi iyem sama pak yuda hikss.. yang sayang sama inka hikss.. Hikss".

"i inka pengen ka kayak meleka hiikss.. yang bahagia sama olangtuanya hiikss.. , main sama kakak dan temen temennya hikss.. Hikkss..", tangisan alinka begitu memilukkan telinga.

Tanpa alinka sadari seorang anak laki laki menatapnya sedari tadi dengan tatapan sulit diartikan, tubuhnya juga basah kuyup karena hujan terus mengguyur. Anak laki laki itu menghampiri alinka.

"ini hujan kenapa kamu ga pulang?", ucapnya sedikit berteriak karena suaranya tertelan air hujan, alinka mendongak matanya menyipit.

"ka kamu si siapa hikss..", tanya alinka heran dengan masih sesenggukannya.
"ck ayok aku antel kamu pulang sekalang, nanti kamu bisa sakit kalo ujan ujanan telus!".

"Pelcuma aku sakitpun ga ada yang peduli sama aku, bialin aja!". Anak laki laki itu memegang pundak alinka yang bergetar dan mengigil,

"kalo tau gitu, kenapa kamu ngelepotin dili sendili kalo ga ada yang peduli sama kamu?, setidaknya kamu halus kuat buat hidup demi olang yang sayang sama kamu". Alinka kembali mendongak ia terdiam dengan ucapan anak laki laki itu,

Benar juga katanya, alinka gak boleh ngerepotin bi iyem lagi, alinka harus mandiri sendiri, alinka harus kuat demi bundanya.

"hmm.. Kamu benal hikss, aku ga mau ngelepotin bi iyem sama pak yuda, ma makasih u udah ngingetin aku hikss..". Alinka berlari cepat tanpa mempedulikan hujan yang semakin lebat.

Anak laki laki itu tersenyum tipis, hatinya bergetar mendengar suara gadis kecil itu, ah betapa manisnya tapi kenapa katanya semua orang tidak sayang padanya? apakah ayah dan ibunya... Ah sudahlah dia tidak mau berfikir terlalu jauh, anak laki laki itu berjalan santai kerumahnya.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang