Part 23

1.1K 57 0
                                    

*cekllkek..

Alinka melangkahkan kakinya kedapur untuk membawa air minum, tapi ia mendengar suara gelak tawa dari seorang perempuan bersama kakaknya, ia melihat dari jauh.

"Hahha... Kak zalvin geli oh ud udah be berhenti hahah...",

"Rasain nih nih...", zalvin terus menggelitiki gadis itu dengan semangatnya.

"udah udah iihh hahhah...",

"Udah kak zalvin kasian dea, nanti gak bisa makan dia". Ucap revan yang baru menuruni tangga, ia duduk disamping gadis itu.

"Iya iya, lagian dea lucu banget sih kakak seneng punya adik kayak kamu de", zalvin mengacak acak rambut gadis itu dengan gemas.

"ih kak zalvin, jangan diacak acakin sih rambut dea jadi berantakan tauu..", ucapnya dengan wajah cemberut membuat revan mencubit kedua pipi gadis itu.

"iihh kak revan sakitt...", rengeknya membuat kedua laki laki itu tertawa renyah.

Pemandangan itu membuat hati alinka mencelos, ia menghapus air matanya yang keluar tanpa disengaja.

"Heh bego buatin kita jus jeruk sana!", alinka terkaget.

"Ck napa diem lo? Cepetan sana!", teriak zalvin membuat alinka sadar dari terkejutnya. Alinka membuatkan mereka jus jeruk,

"Ini kak jus jeruknya",

"Lama lo ah!",

"Emm.. Kak zalvin dia siapa?", zalvin meletakkan gelasnya ia menatap alinka remeh.

"Ooh dia adik kita", jawabnya dengan smirk membuat dahi alinka mengerut.
"Hai aku dea arnasari, kamu?", ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya dengan senyum penuh arti. Alinka tak membalas uluran itu, ia hanya menatapnya saja.

"A adik? Tapikan aku adik kalian dia buk-",

"Lo? Adik kita? Cih bahkan mengakuinya aja gue gak sudi! Anak sialan yang udah bunuh ibunya sendiri, seharusnya bunda dulu nyelamatin dirinya sendiri karena lo bunda meninggal dan lo adalah pembawa kesialan, heh pantas lo disebut adik kita setelah bunda kita lo renggut hah?!", ucap revan dengan berteriak tepat diwajah alinka. tubuh alinka membeku mendengar penuturan kakaknya.

"Kak revan, kakak gak boleh gitu sama dia kak, biarpun begitu dia tetap adik kalian". Ucap gadis itu ia menghambur memeluk alinka, namun alinka mendorong gadis itu hingga terjatuh.

"Aww...",

"ALINKA!!!", alinka melihat kearah pintu dimana bima dan feby yang berjalan kearah mereka dengan tergesa.

*Plaakk...

"Kurang ajar lo ya?! Beraninya lo dorong adik gue hah?!", ucap zalvin dia mendorong alinka dengan keras sampai alinka terjatuh mengenai meja.

"APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN ANAK SIALAN?!!",

*Plaakkk...

Kini pipi sebelah kirinya yang ditampar bima, alinka menatap mereka satu persatu dengan tatapan sendu.

"GAK USAH NATAP SAYA SEPERTI ITU!!", bima menendag kaki alinka.

"MAASS!! Jangan kayak gitu mas!!!", ucap feby yang sedang memeluk dea dengan berlinang air mata buaya.

"Biarkan feby, dia harus diberi pelajaran supaya dia sadar diri!". Ucap bima menghunus hati alinka.

"Aku ngga dorong dia dengan keras ayah, dia aja yang lemah aku ngga-",

*Gpplakk..

"Diam anj***!!! Jelas jelas lo dorong dea sampe dia jatuh pergi lo dari sini, kenapa sih lo gak mati aja hah?!". Alinka menyipitkan matanya, ucapan revan begitu menyayat hatinya.

"Kerja bagus sayang", bisik feby.

"iyalah siapa dulu dong", jawabnya dengan bisikan pula.

"Astagfirullah non inka, non gak papa?", bi iyem menghampiri alinka yang terduduk sambil memegangi pipinya. Bi iyem memeluknya dengan erat, tanpa disadari banyak orang feby dan gadis itu memutar bola matanya dengan malas.

"Maryam tolong bawa anak itu pergi dari pandangan saya?!", bi iyem memapah alinka kekamarnya.

Alinka berjalan tertatih dengan pandangan kosong, ia melirik kebelakang dan mendapati gadis itu melihat juga padanya dengan smriknya.

                       ***

"Shh.. Pelan pelan bi",

"aduh maaf non, tangan bibi gemeteran". Alinka mengangguk,

"Non kenapa bisa seperti ini non?", alinka menceritakan kejadian dari awal sampai akhir pada bi iyem.

"Bi iyem yakin seyakin yakinnya mereka bakal nyesel senyesel nyeselnya sama perbuatan mereka non, apalagi itu ada uler dirumah ini eh malah nambah lagi, non harus hati hati kali ini bi iyem yakin mereka bakal buat drama lagi nanti". Alinka mengangguk meniyakan, memang ia sudah menduganya.

"makasih udah ngobatin dan nemenin inka ya bi",

"pasti non, yaudah sekarang non inka tidur ya istirahatin dulu badannya biar fit".

"Iya bi", bi iyem membaringkan tubuh alinka dan menyelimutinya sebatas dada. 
 
                              ****

Seorang laki laki duduk dengan tegap diruangan gelap, ia menatap monitor itu dengan tatapan tajamnya, ia mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

Laki laki itu merogoh saku celananya, ia menekan beberapa digit nomor.

"Apa kalian sudah menemukannya?",

"......",

"Percepat gerakan kalian, saya tidak mau tau secepat mungkin semuanya harus dapat dalam waktu yang saya tentukan",

".......",

Laki laki itu menutup panggilnya sepihak, ia bangkit dari duduknya dan meraih jas yang tersampir dikursi lalu pergi meninggalkan ruangan itu.


ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang