Happy reading! Iya 😋
Hari ini minggu, waktunya semua orang untuk berlibur merefreshingkan otak dari panasnya belajar dan pekerjaan.
Saat ini alinka sedang membereskan kasurnya, setelah itu ia duduk dimeja belajar. Alinka meraih bingkai foto didalam laci meja belajarnya.
"Gaga kamu sekarang dimana?, apa kamu udah lupa sama aku?". Alinka mengusap sayang bingkai foto itu, disana terlohat seorang anak laki laki dan anak perempuan yang dimana alinka sedang digendong oleh anak lelaki itu, senyum lebar alinka tercetak jelas disana dan senyum tipis seorang anak lelaki itu. Alinka meletakkan kembali bingaki foto itu kedalam lacinya,
"bunda, bunda juga apa kabar disana? Alinka gak pernah sekalipun tau gimana wajah bunda, inka cuma tau nama bunda doang". Ucap alinka air matanya mengalir begitu saja saat ia mengingat bagaimana perilaku keluarganya padanya.
Semua itu tak luput dari penglihatan bima ayahnya alinka saat ia akan pergi kedapur ia tak sengaja mendengar ucapan alinka, ia terdiam untuk beberapa saat lalu kembali melanjutkan langkahnya.
------
"Heh sini lo!", alinka yang sedang menyapu menghentikan aktivitasnya dan menghampiri orang yang memanggilnya.
"iiya kak", ucapnya sambil masih memegang sapu ditangannya.
"pijitin kaki gue sekarang!", alinka terdiam, zalvin mengangkat kedua kakinya kemeja dengan sedikit kasar membuat alinka tersadar dari bengongnya.
"Cepetan g****k!", alinka segera memijit kaki zalvin dengan pelan takut membuat sang empu merasa sakit. Sedangkan zalvin melihat alinka yang fokus memijat kakinya ada perasaan sedikit ingin memeluk dan akur layaknya sauadara kandung,namun lagi lagi ia teringat gara gara aalinka, zalvin harus kehilangan sosok ibu dalam hidupnya.
"Yang bener an***g! Lo bisa mijit kagak sih letoy banget emang dasarnya lo gak guna mati aja sono!", zalvin menyentakkan kakinya membuat alinka terkejut ia menundukkan kepalanya.
"maaf kak in-", zalvin tidak menggubrisnya ia pergi menuju kamarnya. Alinka tersenyum pilu,
"huftt.. Sabar ya in tapi sampai kapan?",
----------
Di sisi lain seorang cowok dengan kemeja hitam dan celana jeans biru itu tengah mengamati sebuah foto ditangannya.
"la lo dimana sih?, gue udah nyariin lo ketempat waktu kita kecil dulu tapi gue ngga pernah nemuin lo bahkan titik terangnya pun". Ucapnya lirih,
"bang tolong anterin mama kesupermarket dong, bahan makanan dah mah abis nih". Saga buru buru menyembunyikan foto itu didalam laci nakasnya.
*ceklek..
"eh iya mama?",
"ayok cepet anter mama ke supermarket", saga menghembuskan nafas pelan, sedang malas malasnya ia untuk keluar tapi ibunya minta diantar yasudahlah.
"biar mama yang nyetir",
"kok mama sih, kan saga yang-",
"kamu itu masih belum punya sim ga, gimana kalo nanti kita ditilang sama polisi mau kamu?!", saga menggeleng malas.
"yaudah", saga berputar untuk duduk dikursi sebelah kemudi.
-------
"Garam udah, micin udah, sayuran juga udah tinggal apa ya? Tepung terigu!", gadis itu mendorong trolinya menuju rak bagian tepung tepungan.
"ish tinggi banget sih", alinka terus berjinjit karena tepung terigunya berada dipaling atas.
Alinka membulatkan matanya saat punggungnya serasa menyentuh tubuh seseorang, ia berbalik dengan ekspresi terkejutnya.
"Sa saga?", ucapnya terbata jarak mereka sangat dekat tenggorokan alinka merasa tercekat melihat penampilan saga yang kasual.
"makanya minum susu biar tinggi",
"ha hah?", mendadak otak alinka ngeblank ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Saga yang melihatnya mengigit pipi bagian dalamnya,
"Astagfirullah kalian ngapain?!", sontak alinka mendorong saga sampai sang empu terjatuh dengan tepung terigu yang memenuhi seluruh wajahnya.
"Pffftt.. Hahahhaa... Jhhabwahaha...", seorang wanita paru baya yang masih terlihat muda itu tertawa terbahak bahak sampai memegang perutnya yang sakit akibat tertawa terus. Sontak semua orang memerhatikan mereka, semua orang nampak terkejut dan sebagian tertawa dan ada juga yang menahan tawanya.
Alinka mengernyit heran ia melihat kearah ibu itu melihat dan oopps ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"sa saga ma maaf aku gak sengaja, tadi-", saga bangun dari jatuhnya ia melirik alinka dengan tatapan tajam membuat sang empu menelan ludah dengan susah.
"yaampun saga kamu udah kayak setan aja haha...", ucap ibu itu yang meredakan tawanya meskipun ia masih tertawa sedikit sedikit.
Saga memutar bola mata malas, "ck awas lo!", ucapnya alinka memasang raut takut sekaligus khawatir, penjaga supermarket itu berlari kearah mereka.
"yaampun ini ada apa?!",
"eh mas maaf tadi saya ngga sengaja itu", alinka terdiam tak bisa berkata kata pelipisnya mulai mengeluarkan keringat dingin.
"mas ini semua biar saya yang ganti rugi, maaf tadi kita gak sengaja jatuhin tepungnya biar nanti saya bayar dikasir". Ucap ibu itu,
"aduh yaudah atuhlah, lain kali hati hati ya mbak". Ucap penjaga supermarket itu pada alinka yang memasang raut cemasnya lalu ia pergi dari sana untuk mengambil sapu untuk membersihkan kekacauan itu.
Sementara saga ia sungguh malu, semua orang tak berhenti menertawakannya ia pergi darisana dengan wajah yang dipenuhi tepung.
"eh kamu ngga papakan? Gak usah takut gitu, anak tante emang gitu". Alinka mendongak menatap wanita paru baya itu dengan senyuman canggung,
"maaf tante tadi aku ngga sengaja", ibu itu tersenyum tulus.
"iyaa udah ngga papa kamu mau ambil tepungnya ya", ucapnya alinka mengangguk. Ibu itu mengambilkan tepung yang berada diatas rak itu dan menyerahkannya pada alinka.
"tante aku aku ma makasih tante", ucapnya dengan gugup.
"udah santai aja, jangan gugup gitu kalo gitu tante duluan ya mau bayar ini kekasir". Ucapnya dengan tersenyum lembut, dan alinka mengangguk membalas senyum ibu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINKA (END) {REVISI}
JugendliteraturIni kisah alinka hermion darma, gadis yang dibenci keluarganya karena alasan yang tidak logis. Start: 16-09-2021 End: 21-04-2022