Part 53

1.1K 50 0
                                    

Zalvin menutup pintu kamarnya lalu menguncinya dari dalam, ia duduk dikasur king sizenya.

"Sorry gue buka privacy lo, tapi gue kelewat penasaran apa aja yang lo tulis dibuku diary ini alinka". Dengan hati berdebar, zalvin membuka diary alinka secara perlahan.

*Welcome to the world of alinka*

                      •Hari yang buruk•
         Bunda hari ini inka disiksa lagi ayah
         Sakit banget bun, sampe rasanya inka
         Pengen nyusul bunda ke surga. Tapi
         Inka harus kuat, apalagi ternyata tante.  feby ngggak tulus sayang sama ayah.

Jantung zalvin berdetak kencang membacanya, ini baru satu halaman belum lagi yang lainnya ia sudah didiamkan oleh catatan alinka dibuku diary ini.

Dan apa maksud alinka? Feby tidak tulus mencintai ayahnya begitu? Tapi itu tidak mungkin, secara ibu tirinya itu sangat tidak mencurigakan dan malah mencurahkan kasih sayangnya pada ia, revan, deon, dan tentu ayahnya.

              •Hari ini inka mimisan, gak tau kenapa jadi sering mimisan gini. Mungkin karena kecapean, tapi jujur saat bersamaan kepala inka suka sakit kayak dihantem batu.

            •Hari yang cerah, karena saat inka dikatain sama kak zalvin sampe tangan inka luka, kak deon dateng kasih plaster dan obat merah buat aku. Aku tau kak deon pasti ngga benci aku, soal kecil begini aja kak deon sampe khawatirnya sama aku. Makasih kak deon.

          •Aku gak tau kenapa dhea sebenci itu sama aku, padahal aku nggak merasa ada salah sama dia. Sampai sampai dhea fitnah aku yang bully dia toilet, kak revan bisa percaya gitu aja padahal yang banyak luka saat itu aku:)

Mata zalvin membulat, membaca ini ia sedikit kaget itu kejadian saat bulan lalu.

         •Apa salah aku? Aku cuman lahir kedunia ini karena ayah sama bunda, tapi mereka benci aku. Mereka bahkan nggak menganggap aku keluarganya, mereka sedih atas kepergian bunda setelah melahirkan aku kedunia kejam ini, apa mereka tidak tau kalau aku bahkan paling sedih diantara mereka, mereka egois. Aku bahkan tidak pernah bertemu bunda walau sedetik pun, bahkan aku nggak boleh lihat foto bunda sama ayah karena ayah bilang bunda nggak akan sudi melihat wajah aku.

Zalvin tertegun, ia baru menyadari. Alinka bahkan tidak tahu nama ibunya siapa, wajahnya bagaimana.
Padahal  wajah ibunya tercetak jelas diwajah alinka, alinka sangat mirip dengan ibunya mereka seperti pinang dibelah dua. Tapi bodohnya zalvin tidak menyadari itu, pantas saja melihat wajah alinka ia seperti tidak asing, ya memang dia adiknya tapi sebelum ada alinka wajah itu pernah terbayang dihatinya.

Zalvin menutup buku diary itu, ia tidak kuat bahkan untuk membacanya lagi. Wajahnya mengeras, dengan mata yang memerah.

*Tes..

Zalvin menatap setetes air dipunggung tangannya yang jatuh entah darimana, padahal tidak hujan dan atap kamarnya pun tidak bocor.

Ia mengusap wajahnya, zalvin termenung.

Ia menangis? Seorang zalvin menangis karena membaca diary alinka, yang notabennya sangat ia benci.

Ini aneh, zalvin tidak tau mengapa dirinya bisa mengeluarkan air mata, mungkin karena efek mata yang kelelahan saat membaca jadi matanya berair, yah mungkin begitu.

Zalvin tidak tau saja, bahwa air matanya itu bukan karena matanya yang kelelahan. Tetapi ikatan batin yang juga ikut merasakan bagaimana sakitnya berada diposisi alinka.

****

Empat hari kemudian, luka memar dibagian kaki dan tangan serta bahu alinka mulai memudar. Kini ia diperbolehkan pulang, sebenarnya dari hari yang lalu pun alinka sempat merengek untuk pulang. Tapi deon dan dinar keukeuh tidak mengizinkan alinka untuk pulang dulu, karena perawatan fisik alinka yang bukan itu saja tetapi tulang sumsumnya.

"Inka seneng banget, boleh pulang sekarang".

"Iya tapi kamu harus jaga kesehatan kamu nanti dirumah in, jangan kecapekan pola makan juga harus dijaga". Ucap dinar sambil membereskan pakaian alinka pada tasnya.

"Iya kak dinar, itu pasti kok". Kekehnya.

"Kalau mereka ada apa apain kamu lagi, kamu hubungin kakak atau enggak kak dinar in, kak deon nggak mau hal serupa terjadi lagi sama kamu". Ucap deon penuh penekanan, kali ini ia tidak ingin lengah.

"Iya kak, makasih udah baik sama inka". Deon menatap alinka tak terima.

"Kakak ini kakak kamu ya tentu aja harus baik, dan paling utama jagain kamu alinka walaupun kak deon banyak kerjaan diluar tapi kak deon tahu kondisi kamu saat dirumah jadi jangan berani berbuat bohong sama kakak". Alinka menunduk sambil menautkan jemarinya.

"Iya kak", deon tersenyum menghampiri alinka lalu mengusap surai kecoklatannya dengan sayang.

***..

*Ting nong~

*Ting nong~

"Ck siapa sih pagi pagi gini udah berisik tekan bel aja, pasti orang iseng". Ucap feby yang mencat kukuknya merasa terganggu.

Namun lama kelamaan bel rumah terua menerus berbunyi, tidak mau berhenti ingin menyuruh pembantu pun sedang pulang kampung. Dan pak yuda lagi bawa mobil dibengkel, dengan terpaksa feby bangkit dari posisi nyamannya sambil menghentakkan heelsnya.

"Siapa sih ganggu aja pagi pagi gini berisik?!",

*Ceklekk...

Seketika mata feby membola, didepannya berdiri sosok jangkung membawa tas dengan dua orang perempuan.

"De-deon, alinka kalian-", ucapan feby terpotong ketika deon nyelunduk masuk kedalam rumah.

"Kak deon", cicit alinka. Deon menarik tangan alinka lalu mendudukkannya diatas sofa.

"Diam disini kakak buatin kamu susu hangat dulu", alinka mencegah deon namun deon tak menggubrisnya.

Alinka melihat kesamping, disana feby masih berdiri tegak.

"Hai tante kita ketemu lagi", tubuh feby menegang.

"Ka kamu i ini ng ngapain kamu disini?!", dinar terkekeh pelan.

"Kira kira menurut tante gue mau ngapain?", wajah feby memerah.

"Dengar dinar, kita udah nggak ada hubungan apa pun lagi. Itu semua salah kakakmu sendiri bukan salah saya", dinar menganggukkan kepalanya.

"Terus kalau gitu ini apa?", ucap dinar polos. Ia merogoh sakunya dan menyetel rekaman video, disana terdapat dua orang yang berada dikamar.

Dan itu feby dengan kakaknya dinar, yang sedang bersitegang. Lalu tak lama kemudian feby mengambil sebilah pisau buah dimeja lalu menusuk kakak dinar hingga tak sadarkan diri.

Wajah feby berubah pucat, bahkan tubuhnya bergetar melihat video itu.

"I itu semua settingan, itu bukan saya!".

"Bukan saya bagaimana orang wajah lo tercetak jelas gini divideonya", feby menatap dinar takut.

"Mah ada apa? Kenapa mama berdiri diambang pintu gini?", feby terlonjak kaget.

Dinar yang melihat itu menahan tawanya, wajah feby yang memerah disertai keringat dingin itu sangat lucu.

"D-Dhea? Se sejak kapan ka-amu disini?", dhea mengerutkan keningnya melihat sosok perempuan berambut pendek dihadapan ibunya.

"Siapa dia mah?",

"Saya dinar temannya deon",

"Dinar kesini jangan bergaul sama hama disana!", teriak deon dari dalam rumah.

Dinar tersenyum miring pada feby, lalu melangkahkan kakinya menyusul deon juga alinka kedalam rumah.

*Dukh..

Dinar menubrukkan bahunya dengan feby, sehingga membuat feby sedikit mundur.

"Mamah...", dhea merangkul ibunya.

"Mama gak papa?", feby menggeleng.

"Sial banget tuh cewek gak ada sopan santunnya sama orang yang lebih tua", kesal dhea.

                       

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang