Part 52

1.1K 48 0
                                    

Sementara itu, setelah kejadian saga mempermalukan dita, seorang gadis mengajak ia untuk bertemu disebuah club.

"Apa yang mau lo omongin sama gue?",

"Cepat gue gak ada waktu", sinisnya.

"Santai aja kali,  gue mau nawarin kerja sama sama lo". Gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

"Kerja sama apa?",

"Kita singkirin si kuman itu sama sama",

"Gue juga udah gedek sama tuh cewek, so baik so polos yang nyatanya jalang gitu,  gue jijik sama cewek yang so polos biar dilirik banyak cowok, apalagi cowok itu saga". Ajakan perempuan itu membuat dita tertarik, ya gadis itu dita dan dhea.

"Oke gue terima jadi gimana rencananya?", dhea menyuruh dita untuk mendekat.

"Oke gue setuju, kita lihat aja nanti alinka". Senyum jahat itu muncul disudut bibir kedua gadis itu.

***

Entah kenapa selama alinka tidak menemani hari harinya, saga merasakan kekosongan lagi.

Setelah kehilangan sahabat kecik yaitu lila, dan dipertemukan lagi dengan waktu yang tidak bisa ia jelaskan, lalu sekarang bahkan walau tiga hari alinka tidak sekolah pun membuat ia cemas sampai tidak bisa tidur.

Pernah kemarin ia mengunjungi rumah darma untuk menemui alinka, namun ia ia dapati malah dhea yang memulai menggodanya disana, begitu juga ada bima dan istrinya yang sedang duduk bercanda dengan harmonis dan beberapa kali menggoda ia dan dhea kalau mereka sangat cocok, cih mengingat hal itu membuat saga jijik.

Ia bahkan tidak suka melihat dhea, karenanya ia teringat saat kejadian dimana dhea membabi buta pada alinka saat ditoilet.
Perempuan jahat sepertinya tidak cocok bersanding dengannya, dhea terlalu jahat untuk saga, bahkan dhea tak segan menghalalkan segara cara untuk melukai atau menyingkirkan alinka.

*Tok tok tok....

"Masuk",

"Abang!", ginata melompat ke kasur saga yang disambut saga dengan senyum lebar.

"Apa?",

"Gina pengin ketemu kak alin, mau main bareng lagi". Saga terdiam, bahkan ia tak tahu alinka dimana sekarang.

"Iya nanti abang bawa kak alinka kesini ya",

"Kok nanti sih pengin sekarang bang", rengeknya.

Dengan gemas saga mencubit hidung mungik adiknya, ginata mengaduh kesakitan.
"Hehe...  Maaf ya, tapi kak alin lagi sibuk sama tugas sekolahnya nanti deh kalau kak alinka udah ada waktu, abang ajak dia kesini". Senyum ginata yang tadinya melengkung kebawah, terbit.

"Beneran bang?!", saga mengangguk.

"YEAYYY!!!!", ginata melompat antusias ia berpamitan untuk pergi keruang keluarga bersama ibunya.

Setelah adiknya pergi, saga terdiam menghilangkan senyumannya.

"Alinka lo dimana?", frustasinya. Saga menjambak rambutnya sendiri.

***

"Hugghp", alinka menutup mulutnya.

"Hughhp", deon terkekeh melihat ekspresi alinka yang lucu.

"Minum in", deon memberikan air mineral pada alinka.

"Hughpp..", meskipun sudah minum cegukan itu masih ada.

"Aduh hughhpp..  Ini kenapa hugghhpp sih", kesalnya.

Ia sedang enak enak makan sate, malah cegukan.

"Kalau kata pepatah, cegukan tanpa sebab itu tandanya ada yang rindu in". Ucap dinar.

"Hughhpp mana ada kak hughhppp gak ada yang rindu sama inka kali hughhp", kekehnya.

"Ya siapa tau aja, temen kamu atau pacar kamu tuh". Candanya.

Alinka terdiam ketika dinar menyebut 'pacar' ia jadi teringat saga, gimana ya kabarnya cowok itu karena ia tinggal? Apa para gadis mengerumuninya lagi pikirnya.

Dinar memberi kode pada deon, melihat alinka yang diam tampak memikirkan sesuatu dengan sedikit senyuman tipisnya.

"Ekhem.. Kayak nya bener nih, pacar kamj kangen kali in". Ucapan deon membuat alinka kembali ke kesadarannya.

"Ck hughhpp apasih kak deon, inka ga ada pacar kok hughhp". Deon tertawa renyah.

"Iyadeh percaya", alinka menatap deon kesal.
***

Zalvin membuka kamar alinka, kosong. Tidak ada kehidupan disana, lampu kamar yang mati.

Zalvin menghela nafas pelan, ia memasuki kamar alinka. Ia menyalakan lampu kamar, dan lampunya pun terang. Terlihat rapi kamarnya namun sedikit berdebu, sudah tiga hari alinka tidak ada dirumah ini semenjak kejadian itu.

"Apa alinka kabur ya?",

Terenyuh hatinya melihat kasur yang sudah lapuk dan usang, meja belajar yanh sudah reot dan lemari yang sudah pudar warnanya.

Lantainya sangat dingin, zalvin mendudukkan dirinya dikursi meja belajar alinka ia menatap sebuah buku berwarna biru tua yang terlihat menarik dari buku buku yang lain.

Alinka's diary~

Zalvin menatap buku itu lama, ia ingin tau isinya apa tapi kalau alinka tau ia yang mengambil bukunya ini gimana cara menjelaskannya, pikir zalvin.

Mungkin ia akan mencari alasan lain, lagi pula sang pemilik kamar tidak ada zalvin memilih untuk mengambil buku diary biru itu.

Zalvin melangkah keluar dan menutup kembali pintu kamar alinka dengan hati hati, takut ada yang mendengar.

Tanpa zalvin sadari, dari atas lantai dua revan menatapnya heran dan curiga.

Kakaknya membawa sebuah buku berwarna biru tua ditangannya dari kamar alinka, buku apa itu pikir revan.











Pengen banget ga zalvin atau revan yang sadar sama kelakuan mereka selama ini????

Komen jangan lupa vote juga ya ︶︿︶

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang