PART 29

1K 55 0
                                    

Happy reading... Gapapa belum ada yang nengok hwaiting for me!!!

*Brraakk...

Deon yang hendak menyuapi alinka, tak sengaja menumpahkan sendok berisi bubur ayam itu kelantai.

Ia melihat kebelakang, deon menatap kedua gadis itu dengan tajam.

"eh kirain gak ada orang, maaf ya kak".

"Lain kali kalian ketuk pintu dulu kalau mau masuk, lihat saya sampe numpahin makanan alinka!". Mereka berdua menunduk, alinka yang melihat itu tersenyum tipis.

"Udah kak jangan marahin mereka muku ih lihat temen temen aku pada takut sama kakak". Ucap alinka membuat deon memberenggut kesal,

"salah siapa ngga ketuk pintu dulu",

"udah ah, maya fina sini masuk. Kak deon ngga bakal makan kalian kok", ucap alinka yang mendapatkan pelototan dari deon, alinka terkekeh melihat itu.

"uhhmm maafin kita ya, tadi gue sama maya kaget pas pak yuda bilang lo dibawa ke rs lin yaudah deh kita kan panik gitu, yakan may". Maya mengangguk,

"iya udah nggak papa kok, aku ngerti kalian pasti panik banget".

"iya tadi juga-",

"kak deon keluar dulu",

"Iya kak," maya dan fina menatap kepergian deon dengan heran.

"Lin dia beneran kak deon?", tanya fina yang diangguki alinka.

"Dia kesambet apa sampe peduli sama lo?", ucap maya.

"Maya, fina aku mau cerita sama kalian soal kak deon". Alinka menceritakkan awal mula ia dan deon akrab, maya dan fina yang mendengar itu merasa tidak percaya, namun alinka meyakinkannya karena deon butuh waktu ucapnya.

"gak nyangka aja sih sikap dingin kak deon itu cuma pertahanan dia aja",

"ya tapi sikap dia juga salah sih, bertingkah seolah olah gak peduli pas ayah lo siksa lo juga dia malah diem jadi gerem sendiri gue". Ucap maya menggebu gebu,

"ya begitulah, aku sangat bersyukur banget masih ada kak deon yang sayang sama aku diantara keluargaku may, fin". Mereka mengangguk,

"eh lin, tadi pagi kita kan kerumah lo kan". Ucap fina, alinka mengangguk.

"Nah disana tuh ada nenek lampir sama anaknya, lo tau apa yang mereka bicarain gak?".

"ya nggak lah tolol, orang alinkanya disini gimana sih lo". Ucap maya ia menoyor kepala fina, membuat fina mecebikkan bibirnya. Alinka tertawah renyah melihat kedua sahabatnya.

"Jadiii mereka ngomong gini....", alinka menunggu ucapan fina namun fina tak malah memanjangkan ucapannya.

"ah kelamaan lu ogeb!",

"ish maya gue kan belum selesai ngomong sama-",

"udah diem lo," ucap maya ia menatap fina dengan pelototannya membuat fina ciut dan diam.

"Nenek lampir itu ngomong gini 'hahah.. Rasain anak itu sekali kali emang harus dikasih pelajaran sayang biar jera dia' terus si anak gobloknya bilang gini 'iya mah, gimana akting aku kemarin baguskan? Untung aja ada temen aku yang bantuin aku buat menyempurnakan rencana aku hahah...' ish gedek banget sumpah gue sama dua curut itu". Ucap maya ia menirukan suara feby dan dea dengan ekspresi jijik, membuat alinka terkekeh.

"Lah kok malah ketawa sih emang ada yang lucu apa?",

"hehe.. Iya kamu yang lucunya may", maya mendelik kesal.

"hahahahh..", maya menatap fina dengan alis terangkat.

"kenapa lo kesambet setan rumah sakit?",

"hushh may ngomongnya ih",

"ya abisnya ketawa dia nyeremin kayak kunti-",

"orang cantik begini dibilang kunti, emang kamu kayak-".

"udah udah, jangan pada ribut ih".

"dia duluan yang-",

"dih lo duluan kali", alinka memutar bola mata malas.

"ck diem deh berisik tau," ucapan alinka sukses membuat mereka berhenti bercekcok.

"Lin lo kok ngga kaget atau apa gitu pas denger tadi?", ucap maya. Alinka menggeleng pelan,

"aku emang udah tau sifat dia, rencana dia tapi percuma aku bilang pun gak akan ada percaya sama aku so for what again?",

"lo harus kuat ya, kita disini sama lo".

"iya al, gue sama maya sayang sama lo, jadi kalau nanti lo diapa apain lagi sama nenek lampir itu lo lapor sama kita, biar kita yang maju". Alinka tersenyum haru mendengar ucapan maya dan fina,

"makasih udah dukung aku may, fin aku beruntung banget punya sahabat kayak kalian",

"justru gue yanh beruntung, gue punya sahabat sekuat setegar dan setabah lo alinka",

"Aaa... Gue terharu bangsul ayok pelukaann...", fina menarik maya untuk memeluk alinka. Jadilah mereka saling berpelukan seperti teletubis.

                       ***
Saat ini alinka berusaha untuk membujuk kakaknya deon, agar ia bisa pulang kerumah.

"Kaakk please, inka gak betah sumpah, sumpek banget disini bau obat ya kak ya bolehin yaaa ya..", deon tetap diam saat alinka terus menarik ujung kemejanya.

"Kaak.. Inka beneran udah sembuh, kak deon gak percaya sama inka? Nih ya kalo kak deon gak percaya nih nih",

*puughh..

*puughhh

Deon menyimpan ponselnya keatas nakas, ia menahan tangan alinka yang memukul mukul badannya sendiri.

"inka inka berhenti, inka berhenti!". Alinka menghentikan aktivitasnya, ia menatao deon dengan mata yang berkaca kaca.

"Please kaakk... Inka udah sehat kok, beneran deh inka mau pulaangg", rengenknya. Deon menghela nafas kasar, ia mengusap surai alinka dengan lembut.

"inka kakak gak mau kalau nanti mereka ngelakuin hal kayak kemarin kemarin lagi,"

"ngga kak, percaya deh sama inka. Inka bisa jaga diri kok",

"ngga mendingan kamu tinggal sama kakak aja diapart ya", alinka menggeleng.

"ngga aku mau tinggal sama ayah, aku gak mau jauh dari ayah walaupun ayah gak sayang sama inka, inka tetep sayang sama mereka kak".

"Baiklah kalau itu mau kamu, tapi ingat kamu harus tetap jaga kondisi kamu, gak boleh-",

"Ck iyaa iyaa kaak.. Inka gak bakal ngelakuin kerja yang berat berat kok, kan ada bi iyem yang bantuin inka".

"tetep aja kak deon khawatir sama kamu in",

"kak deon percaya deh sama inka, yaah please inka gak betah disini kak".

"Oke fine, sekarang kakak beresin barang barang kamu dulu ya". Alinka mengangguk antusias,

"Yeaayy... Makasih kak deon inka sayang kak deon banyak banyak", deon terkekeh saat alinka menciumi pipinya dengan perasaan senang.









Haiii aku mau promosiin ceritaku buat nanti, in sya allah aku bakal buat covernya dulu semoga banyak yang suka deh...

Sinopsis...

Raina Meylasya Bagaskara, anak yang selalu disalahkan atas kelahirannya, atas kehidupannya, karena suatu alasan, dendam.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang