Part 16

1.3K 73 0
                                    

Happy reading, maaf banyak typo....

Dua hari alinka merasa aman dirumahnya tanpa siksaan dan bentakan dari keluarganya, karena mereka sedang pergi kevila menghambiskan waktu bersama tanpanya, kecuali deon laki laki itu tidak ikut dan memilih untuk menyinbukkan diri dengan pekerjaannya.

Saat ini alinka sedang merebahkan dirinya dikasur sempit itu, ia menatap langit langit kamarnya.

"bosen banget, kerja libur sekolah libur maya sama fina juga lagi ada acara keluarga, masam banget hidup aku". Alinka menghela nafas pelan, ia memegang lehernya.

"Ck apa aku lupa naroh dimana kalungnya ya?, tapi perasaan kalung itu selalu aku pakek kok". Alinka mendudukkan dirinya, ia mulai menggeledah isi kamarnya kali ini ia benar benar khawatir takit kalung pemberian bundanya hilang.

Fyi" :saat sebelum alinka lahir desy sempat menitipkan sebuah kalung pada bi iyem untuk putrinya kelak karena ia tak tau akan masih hidup atau tidak saat alinka sudah lahir.

Beberapa hari lalu alinka berfikir bahwa pasti ia menyimpannya disuatu tempat, tapi saat ia mengingat ingat kembali dia tak pernah melepaskan kalung berharganya itu.

"yaampun kalungnya dimana sih", alinka sudah mengobrak abrik seluruh kamarnya namun ia tak dapat menemukan kalung itu.

Alinka terduduk lemas dilantai sambil menyender pada tembok, "hikss itu satu satunya kenangan yang aku punya tentang bunda hikss, kalung kamu dimana?! Hikss",

"Yaampun non inka kenapa non?", ucap bi iyem baru saja ia akan masuk tapi ia mendengar tangisan alinka.

"cerita sama bibi kenapa hm?", bi iyem menangkup wajah sembab alinka dengan tangannya.

"ka kalung pe pemberian bunda hikss kalung itu hikss hi hilang bi", ucap alinka dengan terisak isak. Bi iyem membulatkan matanya,

"kenapa bisa hilang atuh non? Non inka ngga lupa nyimpenkan?", alinka menggeleng.

"inka gak pernah lepas kalung itu bi, sekarang inka gatau harus nyari kalung itu dimana lagi hikss", bi iyem memeluk alinka dengan sayang.

"udah non jangan nangis nanti wajahnya jelek, biar nanti bi iyem bantu cariin ya udah jangan nangis lagi non bibi sedih nih", alinka mendongak ia mengangguk lemah sambil membalas pelukan bi iyem.

   
                 --------

"Alinka!"

"Aaa... Gue kangen banget tau sama lo," ucap fina ia memeluk erat sahabatmya itu dengan merengek membuat maya mual melihatnya.

"Lesbi lo", fina memelototkan matanya ia menatap maya dengan sengit.

"enak aja gue masih suka pisang tai!", ucap fina lantang membuat beberapa mata melirik kearah mereka.

"Eh sorry itu gue bukan yang seperti kalian fikirkan looh ya", ucap fina cengengesan. Maya menahan tawanya.

"Gak usah ketawa lo!", sengit fina. Ia menatap alinka yang sedari tadi diam dengan pandangan kosongnya.

"Lin lo kenapa dah bengong mulu, jangan jangab lo kesambet setan kelas kita ya?!", alinka menoleh pada fina dan menatapnya tidak terima.

"enak aja kamu fin, ngga ya aku cuma lagi ngga mood aja". Ucap alinka ia menidurkan kepalanya dilipatan tangannya, maya mengernyit bingung.
"gak biasanya lo kayak gini lin, kalo bad mood lo jiga ngga segininya juga". Ucap maya, alinka menghela nafas pelan.

"Aku-",

*Kriiinggingg...

Tepat saat bel bunyi pak tono memasuki kelas mereka, "nanti aku ceritain deh pas istirahat". Maya dan fina mengangguk pasrah.

                     -------
Sementara itu saga tengah berada ditaman sekolah yang jarang dikunjungi para murid rajawali, karena sempat beredat rumor angker jadilah taman itu tak banyak dikunjungi kecuali oleh para kutu buku, eitss walai begitu saga tidak terlalu kutu buku.

Ia duduk didekat sebuah pohon beringin, ia merogoh sakunya dan memerhatikan kalung itu dengan intens.

"apa gue balikin aja sekarang ya?",

"tapi gue harus bilang apa sama cewek itu?". Monolognya ia menghela nafas pelan lalu menyakukan kembali kakung itu kedalam sakunya. Saga melangkahkan kakinya menuju kelasnya karena bell sudah berbunyi.

                         ******

"Jadi gitu ceritanya mauy, fin. Aku bingung harus nyari kalung itu kemana lagi". Maya dan fina turut prihatin dengan keadaan alinka ia sangat murung setelah kehilangan kalungnya,

"Mungkin kalung lo jatuh disuatu tempat lin, lo mungkin gak ngerasakan kalo itu kalung jatuh". Alinka menunduk sambil mengaduk aduk teh manisnya mukanya sangat masam sekali ditambah ucapan maya tadi. Gimana kalo kalungnya ada yang nemuin terus dijual? pikirnya.

"Ekheem", ketiga gadis itu menoleh pada asal suara.

"Saga lo ngapain kesini?", saga hanya melirik fina sekilas lalu menatap alinka dengan tatapan datarnya.

"Ikut gue, gue ada perlu ngomong sama lo". Alinka terperangah ia menunjuk dirinya sendiri takut takut saga salah orang.

"iya elo, cepetan gue tunggu ditaman". Fina memberenggut kesal saat pertanyaannya diacuhkan,

"Lo ada hubungan apa sama saga lin? Apa jangan jangan kalian-",

"ngga may, bukan seperti yang kamu fikirkan. Nanti deh aku jelasin sekarang aku mau nyusul saga dulu takut dimarahin aku dah", maya dan fina melongo mendengar ucapan alinka 'takut dimarahin katanya?' mereka berdua semakim yakin kalo ada hubungan antara saga dan alinka.

             *****
Saat alinka sampai ditaman ia melihat saga sedang duduk dikursi taman itu, tanpa pikir panjang lagi alinka menghampiri saga.

"Duduk!", alinka terdiam lalu akhirnya ia mendudukkan diri dikursi itu. Saga mengambil sesuatu dalam sakunya ia mengepalkan tangannya, saga meraih tangan tangan alinka yang dingin.

"ini kalung lo kan?", alinka membulatkan matanya ia tersenyum sumringah dan buru buru memeluk kalung itu seakan takut diambil oleh seseorang.

"Inikan kalung aku, kenapa bisa sama kamu ga?",

"yaampun aku gak nyangka kalo kalung yang selama ini aku cari cari ternyata ada dikamu saga hikss",

"waktu aku kehilangan kalung ini aku ngerasa terpukul banget, soalnya ini adalah kalung pemberian almarhum bundaku ini satu satunya barang yang aku punya dari bunda". Dunia saga tiba tiba teralihkan pada sosok anak gadis kecil berumur lima tahun,

'gaga lihat deh kalungnya bagus nggak? ini adalah kalung pemberian almarhum bundaku ini satu satunya barang yang aku punya dari bunda' ucap gadis kecil itu dengan senyum yang tak hilang dari bibir mungilnya.

Alinka yang merasa tak ada jawaban dari saga pun melambaikan tangannya didepan saga namun nihil, saga tidak mengindahkannya.

"Saga!", alinka menepuk bahu saga dengan sedikit keras membuat sang empu terkaget dan kembali kedunia aslinya.

"Lo apaan sih, kalo gue jantungan gimana hah?". Ucap saga yang terkaget sungguh jantungnya sangat berdebar bukan karena ia kaget atau apa tapi saat ia mengingat kilasan tadi ia merasa lilanya berada disampingnya.

"ya kamunya bengong mulu yaudah aku gituin aja", jawab alinka tersirat rasa takut dihatinya namun entah kenapa ia malah merindukan suara itu.

"Tadi lo ngomong apa?",

"yang mana?", saga berdecak kesal ia berdiri hendak pergi namun tangannya dicekal.

"Makasih ya udah nemuin dan jagain kalung aku", ucap alinka dengan tulus.
"hmm.. By the way gue nemuin kalung lo pas kita dibus waktu itu", tanpa mendengar kata lagi saga melaju meninggalkan alinka dengan muka senangnya.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang