Part 40

1.2K 56 0
                                    

Holaaa.... How are you today?

Happy reading, maaf banyak typonya..

Bel pulang sekolah sudah berakhir 10 menit yang lalu, kini alinka masih tetap setia duduk dikursi satpam menunggu saga yang sedang membicarakan tentang perlombaan basket untuk minggu depan dengan pelatih basketnya.

*Tidd tidd..

"Masuk!", alinka mengangguk. Ia memasuki mobil hitam milik saga.

"Sorry lama", ucapnya menoleh pada alinka dengan senyumannya.

Alinka terpaku melihat senyuman saga, "Ekhem gue tahu gue ganteng, jangan kayak gitu juga lihatinnya" alinka tersadar, tiba tiba saja jantungnya berdetak kencang.

"Apasih pede banget kamu", saga terkekeh.

Tapi alinka tidak bisa mengelak kalau saga itu memang sangat tampan, hidung mancungnya dan rahang yang tegas, bibirnya kissable banget. Ah hentikan alinka, itu membuat otakmu blank seketika. Alinka menggelengkan kepalanya, mengundang perhatian saga.

"Kenapa geleng geleng gitu?",

"hah? Ah itu eng enggak ada kok". Saga mengulum bibirnya gemas dengan ekspresi alinka yang terlihat lucu.

Setelah 15 menit tak ada percakapan diantara mereka, alinka yang sibuk memerhatikan jalan dan saga yang fokus menyetir.

Alinka mengernyitkan dahinya heran, ini bukan jalan pulangnya. Ataupun jalan ke rumah lelaki itu, tapi alinka sebenarnya ingat ingat lupa jalan ke rumah saga, orang baru sekali kesana.

"Saga kita mau kemana?",

"Kita mampir dulu kecaffe dekat sini", alinka ber oh ria. Seketika matanya membola ketika saga membawanya kecaffe yang diberikan nenek renata untuknya.

***

"Selamat siang kak, eh bu al-".

"Siang kak", potong alinka. Ia mengisyaratkan kepada pegawai caffenya yang sedang berjaga didepan pintu untuk diam. Dan pegawainya itu pun mengangguk kecil.

"Ayok!", saga memilih tempat duduk didekat jendela dipojok kiri. Karena kursi sudah penuh dengan para pelanggan caffe.

"Lo mau mesen apa lin?", ucap saga.

"a aku mau pesen spagetti sama jus lemon aja". Saga mengangguk paham.

"Waiters!", seorang waiters dengan make up tebal menghampiri mereka.

"iya kak mau pesen apa ya?", ucapnya gemulai dengan suara dihaluskan semaksimal mungkin, ia menatap saga penuh minat dengan tatapan centilnya.

"Saya pesen spagetti satu dua sama jus lemon satu, jus jambunya satu". Ucapnya datar.

"Baik saya ulangi, spagetti dua, jus lemon 1 dan jus jambunya satu?". Ucap pelayan itu sambil mencatat pesanannya pada note book, saga mengangguk tak menatap waiters genit itu.

Alinka menggelengkan kepalanya melihat tingkah pegawainya itu yang ia ketahui namanya ranti,

"Ck kenapa sih kayaknya lo suka banget ya geleng geleng kepala?". Alinka tergelak, ia tertawa renyah.

"Ng nggak..", jawabnya kaku.

**

"Jadi... Gimana kabar kamu tanpa aku lila?", alinka yang hendak menyuapkan spagettinya terhenti. Saga menatapnya intens dengan senyum tipisnya.

'aku-kamu?',  batin alinka geli.

"Hmm... Ya gak gimana gimana", mata saga terbelak.

"Jadi lo nggak ngerinduin gue selama bertahun tahun hah?". Ucapnya,

"Bu bukan gitu, eh ma maksudnya aku i iya a aku juga selalu mikirin gimana keadaan gaga diluar sana dan aku juga rindu sama gaga". Ucap alinka gamblang dengan menunduk, saga tersenyum geli.

"Kenapa ngomongnya gagap gitu la?", alinka mendongak.

"Ng nggak apa apa",

"Ya yaudah ddeh", ejeknya.

"Ish saga!", mereka berdua tertawa bersama sambil berbincang bincang masa kecil mereka dulu.

***

"Ngomong ngomong saga, aku mau bicara sesuatu sama kamu". Ucap alinka saat mereka sudah berada dalam mobil saga.

"Bicara apa?",

"Mmm anu itu.. Aku mau berhenti kerja dicaffe kamu",

"Of course, itu terserah lo dan hak lo alinka. Bye the way kenapa lo mau berhenti kerja? Bukannya-".

"Itu karena kak deon ngelarang aku buat kerja paruh waktu, dia takut kesehatan aku terganggu".

"Kak deon? Ah ya gue hampir lupa nanya kabar kakak lo la",

"Gimana kabar kak deon?",

"dia baik, malahan sekarang dia udah jadi dokter".

"Gue seneng dengernya", saga memang mengenal deon. Saat itu alinka tengah bermain dengannya bermain hujan hujanan, dan saat itu deon menyusul alinka sambil membawa payung besar, disana deon dan saga berkenalan hingga kenal cukup baik. Deon memang peduli pada hal hal kecil yang alinka lakukan, namun ia tak menunjukkan secara langsung.

***

"KAK ALINKA!!!", gina berlari menuju alinka yang baru turun dari mobil saga.

"Heii sayang, jangan lari lari nanti jatuh". Gina berhenti berlari dan berjalan biasa menuju alinka, gadis kecil itu memeluk alinka yang mensejajarkan tinggi mereka.

"Gimana kabar kamu hm?",

"Kabarl gina baik kak, kalau kakak gimana?". Alinka tersenyum lebar, ia menjewel hidung gadis kecil itu dengan gemas.

"Kakak baik juga sayang",

"Eh ada alinka, gina ajak masuk kak alin nya don". Ucap ghavia yang baru tiba diteras, dengan sapu yang sedang ia pegang.

"Tante apa kabar?", ucap alinka menyalimi tangan bunda dari sahabat kecilnya saga.

"Alhamdulillah tante baik sayang, kamu gimana?".

"alinka baik tan",

"Kamu jarang main kesini sih, gina selalu ricuh mulu pengen ketemu sama kamu katanya kamu itu orangnya asik, humble dan baik. Padahal gina itu susah kalau berbaur sama orang baru, tapi sama kamu dia langsung akrab". Kekehnya, alinka tersenyum lembut.

"Yaudah alinka ayok masuk, tante udah siapin makanan buat kamu. Ayok gina", gina mengangguk ia menggandeng tangan alinka.

"Berasa anak tiri gue", guman saga.

***

"Gimana alinka, masakan tante?".

"Emmhh.. Ini masakan yang paling enak yang pernah aku makan setelah masakannya bi iyem", ghavia tertawa renyah.

"kamu bisa aja",

"emang bener tan, masakan tante enak banget alinka jadi nagih".

"Ayok ayok sayang gak papa makan yang banyak yah",

"Hehe.. Tante alinka cuman becanda kok".

"Ck nggak nggak, ayok makan yang banyak supaya kamu cepet besar haha...". Alinka tertawa pelan menanggapi.

"Bunda gina mau sayul sopnya lagi", ucap gina menyodorkan piringnya.

"boleh sayang sini",

"Wah mentang mentang ada alinka, saga dilupain ya bun". Ucap saga yang mendudukkan dirinya dikursi sebelah alinka, alinka tersenyum tak enak. Saga yang melihat itu menepuk pelan pundak alinka.

"Ck gue becanda lin, jangan dibawa nyata". Kekehnya,

"Tahu kamu ini bang, alinka itu tamu dirumah ini jadi bunda harus perlakuin alinka dengan special ya nggak sayang?". Ucap ghavia tersenyum lembut, alinka mengangguk kaku.

"Jangan terlalu kaku sama kita, anggap ini keluarga kamu sendiri alin". Alinka tersenyum, andai. Andai saja keluarganya seharmonis ini, bunda yang menyiapkan makanan dan ayah juga dia dan kakak kakaknya akan bercanda ria, sambil berceloteh ringan layaknya keluarga yang harmonis. Tapi sekali lagi itu hanya hayalannya saja, dan akan tetap begitu.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang