Part 09

1.3K 79 0
                                    

Happy reading!(○゚ε゚○)

Dilain tempat seorang lelaki dengan setelan kemeja dan jeans hitam panjangnya tengah memikirkan seseorang dikamarnya.

"Huhfftt... Kenapa sih kebayang cewek itu mulu aahh... Tapi gue rasa dia kayak mirip seseorang", ia mengigit kukunya seraya berfikir.

"Ck kenapa sih tuh cewek muncul mulu dipikiran gue, ngapain juga gue mikirin tuh cewek". Ucapnya,

Cowok itu bangkit dari kasurnya ia membuka laci meja belajarnya, diambilnya kalung berbandul matahari itu dengan seksama.

"Ini... Kok kayak mirip sama kalungnya lila ya?",

"tapi gak mungkin dia lilakan? Udah bertahun tahun gue nyari dia tetep aja gak ketemu, dan kalung ini gue ngerasa ini mirip dengan kalungnya lila", monolognya.

*tokk tookk tokk

Cowok itu terkejut ia menyimpan kembali kalung itu ke laci meja belajarnya, laki laki dengan tinggi 174 cm itu membuka pintu kamarnya.

"bang makan malam dulu sana, semua udah pada ngumpul". Ucap seorang wanita paruh baya yang terlihat masih awet muda itu.

"i iya bun, abang kesana sekarang". Wanita itu mengangguk pelan,

******

Sementara itu alinka baru pulang dari caffenya, ia terlihat sangat letih dengan bejunya yang sudah dipenuhi keringat karena ia berjalan kaki untuk pulang, uangnya habis untuk sesuatu yang ia butuhkan.

"Assalamualaikum-",

"SINI KAMU ANAK SIALAN!", Alinka yang masih lelah itu ditarik paksa oleh ibu tirinya si feby dengan kasar sehingga pergelangan tangan alinka memerah dan sedikit berdarah karena kuku wanita itu menancap ditangan mulusnya.

"Ma mama lepasin aku, kenapa mama narik narik aku ma, lepas ma ini sak-",

*Plaakkk...

Wajah alinka tertoleh kesamping, "Kemana aja kamu hah jam segini baru pulang?!",

"lihat dikamar mandi pakaian saya udah numpuk, dan kamu belum mencucinya sepercikpun sialan!".

*Plaaakk..

Sekali lagi tangan itu menampar pipi alinka dengan keras, alinka bisa merasakan rasa asin dan bau anyir dimulutnya.

"JUAL DIRI KAMU HAH?! JUAL DIRI SAMA SIAPA KAMU HAH?! DASAR JALANG! IBUMU JALANG DAN KAU JUGA MENURUTI JEJAK IBUMU SEBAGAI SEORANG JALANG!!", emosi alinka tersulut kala bundanya dibawa bawa dan disebut seperti itu oleh ibu tirinya.

*Plaaakk...

Alinka menampar feby dengan tangan lemahnya tidak keras namun juga tidak pelan, feby terkejut ia memegangi pipinya yang panas.

"Ooh.. Berani kamu sama saya hah?!", mata alinka berkaca kaca ia menatap tangannya sendiri.

"ak aku gak bermaksud buat nampar mama feby, ak aku-",

*Bughh...

"Awshh..", alinka terjatuh dengan memgangi perutnya yang ditendang oleh feby. Ia bangkit kembali,

"apa salah aku sama mama feby, sampai mama feby benci aku?", ucap alinka dengan bergetar. Feby terkekeh sinis, "saya pengen kamu mati sialan, sama seperti ibumu yang jalang itu!".

"JANGAN PERNAH BILANG SEPERTI ITU PADA BUNDAKU!!!", alinka terkesiap ia sampai meninggikan suaranya dengan bergetar.

Feby mendengar langkah kaki dari luar rumah, ya memang kondisinya sekarang mereka tengah berada diruang tamu.

Feby menjatuhkan dirinya kelantai, ia menampar nampar pipinya sendiri sampai mengeluarkan darah, alinka membulatkam matanya.

"Ma apa yang mama lakuin?!", alinka meraih tangan febh yang terus menampar dirinya sendiri.

"Aww.. Alinka sakit! Hikss... Maafin mama lin, hiksss...iya mama salah maafin mama, hiksss mama cuma ngga mau kamu hikss sampe keluyuran malam malam gini alinka hikss..", alinka mengerutkan dahinya bingung, ia masih memegang tangan feby.  Dan tepat saat pintu terbuka feby menamparkan tangan alinka kewajahnya, alinka kembali melotot dengan mukut terbuka.

Seseorang yang sudah dari tadu mendengarkan dari luar rumah pun terkesiap melihat kejadian didepan matanya. Ia berjalan tergesa menuju feby dan alinka, orang itu menarik tangan alinka.

*Plaaakkk....

Lagi.... Wajahnya tertoleh kesamping kali ini sangay keras sampai rasanya alinka benar benar merasa pusing dikepalanya.

"LO APAIN MAMA FEBY HAH?! LO JUGA MAU CELAKAIN DIA HAH?!", Air mata alinka lolos begitu saja mendengar bentakan dari kakaknya, revano darma.

"Kak semua itu ngga seperti yang-",

*Bughh...bugghh... Bugghh...

Itu sakit percayalah pukulan yang revan berikan padanya tak main main ia memukul kepala, perut, dan wajah alinka dengan keras. Darah mengucur dari hidung alinka dengan derasnya, revan terkejut melihat alinka dengan hidungnya yang berdarah, tapi seketika ia menyembunyikan ekspresinya ia bahkan terlihat puas, ia hanya terkejut saja tidak merasa iba atau pun apapun itu.

Semua pukulan itu tak berarti apa apa sakitnya daripada batinnya saat ini, ia sudah biasa dengan pukulan pukulan itu bahkan sudah menjadi makanannya sehari hari. Alinka menangis dalam diam sembari terduduk memegangi perutnya yang terasa sedikit nyeri, tanpa revan sadari feby tersenyum menang melihat penderitaan alinka.

"Astagfirullahal'aziim, non inka!!", Semua mata memandang pada asal suara.

"non, non inka ya allah den revan apa yang terjadi ini den", bi iyem sungguh sangat kalut melihat alinkanya terbujur lemas dilantai dengan darah yang mengucur dari hidung dan mulutnya.

Revan melirik sekilas kearah alinka, ada sedikit rasa kasihan padanya tapi ia menepisnya jauh jauh. "Dia berusaha buat nyakitin mama feby," revan menuju tempat feby terjatuh lalu ia membantunya berdiri.

"ma mama gak papakan?", tanya revan dengan raut wajah khawatirnya.  Feby menggeleng sambil tersenyum, mereka tak tahu bahwa dibalik senyum palsu itu terdapat seringaiannya.

Bi iyem menatap nanar kepergian mereka, ia menangis tersedu sedu melihat alinkanya yang lemas sambil memegangi perutnya.

"non inka masih bisa denger bibi non? Ay ayok kita ke kamar non inka", bi iyem memapah tubuh alinka dengan hati hati.

****
Kini alinka tertidur diranjangnya dengan wajah penuh lebamnya, kedua pipi alinka sangat bengkak, dan keningnya juga memar. Bi iyem menatap miris keadaan alinka ia menggantikan lagi kompresan pada kening alinka.

"non inka harus tabah non, mereka pasti akan sangat menyesal karena berlaku seperti ini sama non inka, ya allah kuatkanlah non inka ya rabb".ucap bi iyem ia menghapis air matanya yang menetes, "dan semoga aja kedok wanita uler itu segera terbongkar".

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang