Part 06

1.6K 79 3
                                    

Happy reading! >_<

Cuaca cerah pagi ini tak secerah hari seorang alinka, pagi pagi sekali ayahnya membangunkannya dengan cara menamparnya dengan keras sehingga membuat sudut bibirnya terluka.

"Kamu kan yang udah curi uang dilaci kamar saya?!", alinka lagi lagi terjengkit kaget, ia mendapati feby ibu tirinya yang sedang tersenyum menang padanya tanpa diketahui oleh mereka, zalvin dan revan yang tersenyum mengejek padanya.

"JAWAB SAYA SIALAN! SUDAH PEMBUNUH KAMU JUGA PENCURI DIRUMAH SAYA?! APA KAMI JUGA MENCURI DARI ORANG LAIN HAH?!", Bima menarik rambut alinka dengan keras membuat alinka merasakan pusing yang amat menyakitkan, kulit kepalanya seakan ingin terlepas.

"in inka ngga ny nyuri uang ayah dilaci yah, inka dari kemarin ngga kemana mana inka cuma di da-",

*Ddugghh..

"Aww....ayah kepala inka sakit!!", bima membenturkan kepala alinka kedinding didekatnya,

*dduughh.. Duughh..

Alinka terus menjerit memohon untuk berhenti tapi bima tidak mengindahkan ucapannya, darah segar mengucur dari kepala alinka.

"ANAK PEMBAWA SIAL KAYAK KAMU HARUS DIHUKUM BIAR JERA!",

"ayah hikss inka mohon jangan si siksa inka, hikss in inka be beneran nggga nyuri uang ay ayah hikss..", tangisan inka begitu memilukan tapi bagi mereka itu sebuah nyayian yang merdu.

"Dasar anak pembakang mati saja kamu hah!!", bima melayangkan tangannya untuk menampar wajah alinka.

"AYAH!", semua orang menatap oada seorang pria berjas navy ditangannya ia memegang amplop coklat yang tebal.

"Uang ayah udah ketemu dibawah kasur ayah", ucapnya dengan tenang. Bima yang hendak menampar alinka ia urunngkan ia berjalan menuju anak sulungnya itu.

"ka kamu serius ini dibawah kasur ayah deon?", ucap bima dengan kerutan didahinya. Deon melirik alinka sekilas lalu ia beralih dan menatap tajam feby, dan yang ditatap tersenyum lembut padanya membuat deon memalingkan mukanya.

"Iya, deon berangkat kerja yah. Assalamualaikum", tanpa menunggu jawaban deom segera pergi dari sana dengan raut wajah sulit diartikan.

Bima berbalik ia menatap alinka tajam, "dengar alinka, meski kamu tidak mengambil uang saya ini, kamu pantas mendapatkan itu dari saya karena kamu hanya pembawa sial!", setelah mengatakan itu bima pergi disusuli zalvin dan revan.

"gimana hadiah paginya? seru bukan?, ya meski ayah kamu tidak menyiksamu lebih parah lagi saya cukup merasa puas, karena rencana saya gagal buat kamu terusir dari rumah ini saya gak akan tinggal diam saya bakal melakukan lebih dari itu hehe... Byee anak pembawa sial", Alinka menatap nanar kepergian feby. Jadi semua ini ulah ibu tirinya? Terus tadi kak deon? Dia memberikan amplop uang itu? Apa dia yang? Ah tidak semua orang dirumah inikan membencinya kecuali bi iyem dan pak yuda.

Alinka bangkit dari terduduknya, ia memegang dinding untuk jalan bertumpunya.

"Aakkhh..",

"Astagfirullah non inka!", bi iyem dan pak yuda segera membantu inka untuk berdiri mereka membaringkan alinka diranjang kecilnya.

"non maafin bibi non hikss, bibi gak ada pas non disiksa sama tuan bima hikss", bi iyem memegang kepala inka yang berdarah. Pak yuda memberikan kotak p3knya yang ia ambil dibawah kolong kasur alinka.

"ini bi obatin non inka dulu bi", ucap pak yuda dengan nada khawatir. Alinka sedari tadi tidak bergeming, ia terdiam menatap langit langit kamarnya yang berwarna gelap.

"non hikss non jangan gini atuh non hikss jangan diam terus bibi jadi sakit liatnya non hikss", ucap bi iyem yang masih mengelap darah dikening alinka menggunakan kapas.

"iya atuh non, jangan diam gitu, pak yuda juga jadi sedih liatnya", alinka beralih menatap mereka berdua.

"Makasih bi iyem, pak yuda kalian masih ada buat inka. Inka ga tau apa jadinya kalau inka ga ada kalian", ucapnya lemas.

"jangan bilang gitu non, bi iyem sama pak yuda udah anggap non seperti anak sendiri, non jangan putus asa ya non masih ada Allah yang selalu ada disisi kita". Alink mengangguk lemah,

"tapi kenapa Allah kasih cobaan yang berat buat inka ya bi? Dibenci keluarga sendiri", alinka tersenyum miris.

"non jangan gitu, Allah ngga akan kasih hambanya cobaan yang berat yang sesuai kemampuannya",

"tapi inka gak mampu bi, inka udah ngga kuat inka pengen nyusul bunda".

"Astagfirullah non, jangan bilang gitu. Allah tau non inka pasti bisa ngelewatin cobaan ini dengan baik, non inka harus sabar, non harus kuat, non harus bisa menyadarkan keluarga non, non inka belum membongkar kedok siuler itukan non, kasihan bunda non inka pasti sedih lihat anaknya putus asa kayak gini", ucap pak yuda yang sedari tadi diam, alinka tersadar dengan dunia gelapnya, ia mulai menangis pilu.

"hikss.. Astagfirullah, maafin inka yaAllah, inka bakal sabar buat semua cobaan inka, inka harus kuat inka akan berusaha bongkar kedok mama feby itu, biarpun nanti keluarga inka bakal benci lagi sama inka". Bi iyem mengusap surai coklat milik inka, kepalanya sudah ia perban.

"nah gitu dong, itu namanya non inka hehe..", bi iyem mencoba untuk menghibur alinka.

"Oh iya non maafin bibi ya kemarin bi iyem disuruh sibuk sama nyonya uler itu dipasar. Tadi juga bibi sama pak yuda dilarang masuk ke kamar non inka sama tuan bima", alinka tersenyum maklum.

"iya gak papa bi iyem, pak yuda, duh kepala inka pusing nih, inka mau istirahat aja dulu ya bi iyem, pak yuda". Ucapnya dengan nada tak enak, pak yuda dan bi iyem terkekeh.

"yaudah istirahat yang cukup ya non, bi iyem mau beberes dulu",

"pak yuda juga bentar lagi mau nganterin tuan bima kekantor ya non", ucapan mereka diangguki oleh alinka dengan senyum tulusnya. Mereka meninggalkam alinka sendiri,
"Huhfft... YaAllah izinin inka istirahat dulu ya", alinka mulai memejamkan matanya.

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang